Emera merasa kesal dengan makanan kaleng yang terlanjur dimakan oleh Gastrea laba-laba. Namun dari pada larut dalam kesedihan, dia berhasil positif thinking dan memikirkan tindakan apa yang lebih baik dilakukan untuk saat ini.
"By the way, dari memikirkan Gastrea yang bisa mengetahui di sini ada makanan karena makanan itu ada di dalam kaleng, tempat yang ada di depanku ini jauh lebih aneh, sih.' Emera menatap dengan mata yang penasaran dan waspada terhadap objek di depannya.
Objek tersebut adalah sebuah kedai makan dengan bahan terbuat dari kayu dan memancarkan aura tradisional. Penampilan kedai tersebut terlihat baik-baik saja dan sama sekali tidak diserang oleh Gastera, padahal bangunan di sekitarnya memiliki satu atau dua kerusakan. Selain itu, kedai makan tersebut kelihatannya masih sangat bagus seakan terawat setiap harinya, padahal seharusnya sudah ditinggalkan sejak 9 tahun yang lalu.
"Ini aneh, perasaan bangunan itu tidak ada di sana sebelumnya. Aku mungkin bukan model Cursed Children yang memiliki status tinggi dalam ingatan, tapi aku sangat yakin bangunan itu tidak ada di sana sebelumnya. Dan lagi kalau-kalau ada, kenapa pula di sana menggunakan romaji bertuliskan "Kedai Makan Inter-universe" yang lebih aneh lagi kenapa aku seperti paham dengan makna tulisan itu."
Romaji itu tulisan Jepang yang pakai alfabet Inggris. Jadi intinya, romaji itu sama saja dengan alfabetnya Indonesia. Kita mungkin bisa membacanya dengan kaku, tapi sebagian dari kita mungkin tidak akan tahu maknanya.
"Yah, sudahlah. Asal ada makanan aku akan mengambilnya. Sebagai seorang gadis baik, seharusnya aku tidak terlalu pilih-pilih makanan. Aku pasti akan memakan semua makanan yang enak, sehat, dan memuaskan."
Emera membuang pikiran buruk di dalam pikirannya dan mulai melangkah pada kedai makan itu. Instingnya sangat kuat dan paham jika sesuatu yang tidak normal pada kedai makan ini, sehingga dia membuat matanya berwarna merah dan sangat waspada terhadap kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
"Permisi, apa ada orang di sini?" salam Emera.
'Apa maksudmu? Mana mungkin ada orang di tempat seperti ini!'
'Sepi, sih! Jadi aku ingin melakukan beberapa monolog seperti saat aku masih di area Tokyo.'
'Oh, begitu, ya. Terserah kau saja. Tapi tepat ingat, selalu pasang kewaspadaan dan hati-hati karena tempat ini sangat aneh.'
Seorang gadis tiba-tiba muncul dari balik meja kasir dan mengatakan, "Wa'alaikum salam, selamat datang di Guild Inter-universe. Kami juga menyediakan makanan. Jika kamu ingin memesan, ya …, ada uang ada barang."
"Nani!" Emera tersentak jauh dengan rasa terkejutnya yang sangat tinggi. Dia membuka tahannya lebar-lebar dan hampir terjatuh ke belakang karena rasa terkejutnya.
"Hmm, bisakah kamu bersikap biasa saja, Pelanggan Yang Terhormat. Tenang, aku masih manusia dan makhluk hidup ciptaan Tuhan, kok," kata Gadis itu sambil tersenyum ramah.
'Itu jauh lebih aneh lagi, woy!'
Emera mengambil napas dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya. Keterkejutan ini bahkan lebih besar dari pada saat dia pertama kali bertemu dengan Gastrea ataupun mendapatkan pengalaman buruk.
Bagaimana tidak, di tengah tempat yang hancur dan tanpa penghuni seperti ini ada seseorang yang membuka sebuah kedai makan. Sudah jelas ini sama sekali tidak jelas. Mengapa orang ini mendirikan kedai makan di sini dan apa faedahnya, coba?
"Hah, akhirnya aku bisa tenang." Emera memperhatikan Gadis di depannya yang tampak lebih tua darinya.
Gadis tersebut sepertinya berumur 14 tahun. Ia memiliki rambut hitam panjang sampai pinggangnya, mata berwarna hijau terang, dan kulit putih glowing. Dia memakai sebuah kemeja lengan panjang dengan celana panjang berwarna coklat. Di tangan kanannya, dia memakai sebuah jam tangan Rolex yang menunjukkan bahwa dia sultan.
"Jadi, Bisakah kamu menceritakan tentang tempat ini? Aku sama sekali gagal paham mengapa tempat seperti ini ada di sini," tanya Emera.
"Sebelum aku memberitahukan tentang kedai ini, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu." Gadis tersebut mengarahkan telapak tangannya pada dirinya sebelum melanjutkan, "Namaku adalah Elena, Elena Madison. Biasanya semua orang memanggilk—."
"Oke, Elena, aku hargai tentang dirimu yang memperkenalkan diri. Tapi, bisakah kamu langsung menjelaskan tentang tempat aneh ini?" potong Emera.
"Huh, dasar pelanggan yang tidak sabar. Tapi, sudahlah, karena lagi pula ini bukan tempat untuk memperkenalkan diri." Elena melipat tangannya dengan kesal bersamaan dengan memutar matanya.
"Ma-Maaf kalau aku membuatmu kesal." Emera menyatukan kedua telapak tangannya.
"Oke, lupakan saja tentang yang tadi, lagian aku juga bercanda tentang itu." Elena tiba-tiba membuat sebuah senyuman riang di wajahnya.
'Pst, Emera, sebaiknya kita pergi dari sini. Aku merasa pemilik tempat ini sangat aneh.'
'Tunggu sebentar, diriku. Walaupun dia sepertinya bertele-tele dan suka bercanda, aku rasa dia bukan orang yang buruk. Setidaknya aku ingin berbicara dengan orang sungguhan dari pada hanya berbicara sendiri seperti ini.'
'Oh, oke, jika itu maumu. Aku sebagai dirimu sendiri, juga memiliki pemikiran yang sama denganmu. Tapi, pergilah dari sini secepat mungkin.'
'Tentu, aku akan pergi, lagian kepentinganku saat ini adalah mencari makanan.'
Elena mengangkat alisnya dan berkata, "Apa kamu ingin kabur dari tempat ini? Aku tidak masalah jika kamu ingin pergi sekarang, tapi itu akan membuatmu ketinggalan sesuatu yang menarik, lho."
"Ap-Apa! Ba-Bagaimana kamu tahu yang aku pikirkan?" Emera sekali lagi tercengang.
Dia belum pernah mendengar tentang seseorang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran, bahkan jika orang itu adalah seorang Cursed Children. Mungkin dia pernah menonton film mengenai ini atau membaca novel tentang ini. Namun saat ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan satu yang asli di dunia nyata.
"Tentu saja aku bisa mengetahuinya. Begini-begini aku memiliki kemampuan untuk membaca pikiran, lho." Elena tersenyum percaya diri pada Emera, menunjukkan keunggulannya.
"Hah, baiklah. Aku akan mendengarkan ceritamu tentang tempat ini. Aku tahu ini akan sedikit mengganggumu, tapi tolong berikan versi ringkasan mengenai tempat ini, ya," Emera menghela napas lelah.
Dia melanjutkan dengan mengambil sebuah kursi dan duduk di sana. Selain tidak nyaman jika terus berdiri, dia juga merasa akan memerlukan waktu yang sangat lama mendengarkan cerita dari gadis di hadapannya.
'Ugh, jika saja aku memiliki uang, aku pasti akan memesan camilan di tempat ini. Aku lihat, dia memiliki banyak persediaan makanan, minuman, maupun camilan yang lengkap di rak di belakangnya.' Mata Emera tertuju pada rak di belakang Elena.
"Baiklah, aku akan menceritakan tentang kedai makan ini. Tapi sebelum itu …." Elena menjulurkan tangannya ke bawah meja, mengambil sebuah toples berisikan kue bolu, lalu meletakkannya di atas meja. "Kamu boleh menghabiskannya jika kamu mau, lho."
'Wah …, manisan! Aku sangat jarang memakan benda ini. Seingatku selama hidup ini, jumlah manisan yang aku makan bisa dihitung pakai jari satu tangan!' Mata Emera seketika itu berubah menjadi bintang.
Setelah semua itu, Emera tetaplah seorang Cursed Children. Walaupun orang tuanya cukup baik karena mau menampungnya selama 9 tahun, namun bukan berarti dia mendapatkan perlakuan sama seperti anak-anak pada normalnya.
Elena tersenyum melihat reaksi Emera. Di dalam benaknya, dia mengatakan, 'Gadis kecil, ini sangat mudah digoda. Mungkin aku bisa menjadikan gadis ini menjadi itu.'