Aku sedang duduk di taman sambil melihat pak tukang kebun menyirami tanaman. Sempat terpikirkan olehku untuk melakukan sesuatu yang akan memancing kemarahan Argat. Bukan hanya kemarahannya yang bersifat sementara, tetapi juga rasa muaknya hingga sulit untuk memaafkanku. Karena kalau aku meminta cerai darinya secara tiba-tiba, Argat pasti curiga. Selain itu aku juga tidak bisa mengatakan yang sejujurnya tentang alasan kebebasannya dari penjara. Baru saja aku memikirkannya, Maya mengirimiku sebuah pesan untuk mengingatkanku akan janjiku. Aku hanya bisa membalasnya dengan meminta waktu sedikit lagi. Sebuah mobil berwarna hitam baru saja memasuki halaman rumah. Argat sudah pulang. Melihatnya yang turun dengan mengenakan kemaja putih, membuatku memiliki sebuah ide.
"Argat," panggilku.
Kemudian aku mengambil alih jas yang dipegangnya untuk kubawakan. Kami kemudian berjalan memasuki rumah. Sambil berjalan, Argat melepaskan dasinya dan memberikannya padaku.