Ketika dirasa cukup untuk meluapkan perasaan sesaknya, Virna membilas wajahnya agar tidak terlihat terlalu kentara sudah menangis oleh Pangeran Jeelian.
Setelah merasa sudah baik-baik saja, Virna segera keluar dari kamar mandi, tapi ia terkejut ketika melihat Pangeran Jeelian sudah tidak ada di kamar itu.
Perasaan panik menyelimuti Virna. Panik sekaligus bertanya-tanya, apakah karena ucapannya tadi, Pangeran Jeelian memutuskan untuk pergi meninggalkan dirinya?
Kenapa rasanya ia sangat terpukul? Bukankah itu jauh lebih baik, karena artinya mereka tidak perlu sering bersentuhan fisik lagi?
Jika pria itu butuh obat penawar, pasti juga Pangeran Jeelian akan menemuinya.
Berpikir sampai di sana, Virna berusaha untuk menguatkan diri. Ini memang jauh lebih baik, karena jika mereka terus bersama, yang ada ia akan semakin sulit untuk melepaskan pria itu.
Tapi, tidak dapat dipungkiri, Virna merasa ada sesuatu yang hilang di sudut hatinya.