"Untuk Putriku, Aryanti tersayang." Barisan pertama surat yang ibu berikan mulai ku baca. Baru saja sampai di sini, air mataku mengalir. Aku tak kuasa untuk menahannya. Bersamaan dengan itu, bayangan burukku tentang ibu datang yang membuat aku semakin ketakutan, bahkan dapat ku rasakan jika tubuhku ini bergemetar.
"Ibu tahu, ini akan menjadi cobaan hidupmu yang paling berat. Ibu tahu kau tak bisa jauh dari Ibu, tapi bagaimanapun juga kau harus bisa mandiri, Aryanti. Ibu yakin, kau akan bisa melewati segala rintangan yang akan menghadangmu."
Tidak, ibu. Aku tidak bisa jika melewati rintangan itu jika tanpa ibu. Aku rasa aku tak akan mampu untuk melakukannya. Aku membutuhkan ibu untuk melalui semua ini.