"Benar sekali kau, Arnold."
"Kenapa sih kalian senang sekali mengejekku? Apa kalian ingin melihatku marah?" Oh tidak! Wajahnya mulai memerah. Dia nampak kesal kepadaku dan Arnold.
Arnold membalas, "Lagi-lagi kau menunjukkan wajah bebekmu. Kau akan semakin terlihat jelek jika seperti itu terus, Mary."
Aku dan Arnold saling pandang saat Marysa mulai mengerutkan kening serta air mata yang menggenang di matanya. Secara bersamaan aku dan Arnold menghitung berapa detik lagi Marysa akan menjerit.
"Een," ucap kami bersamaan.
"Twee."
"Drie."