"Dia adalah anak pemilik pabrik teh itu, Kathrien. Namanya Nona Saartje, dia memang anak yang terlihat sombong dan angkuh. Tapi Ambu yakin, dia adalah anak yang baik hati."
"Aku ingin berteman dengannya, Bu."
"Kau boleh berteman dengan siapapun, asalkan dia memang baik dan tak membuatmu sakit hati. Kau juga boleh berteman dengan Nona Saartje, asalkan kau harus selalu menghormatinya, sekalipun jika suatu saat nanti ia akan menjadi teman atau bahkan sahabatmu."
Kathriena mengangguk dan tersenyum mendengar nasihat Aryanti. Menurutnya, Aryanti adalah ibu terbaik di dalam hidup Kathriena. Walaupun Aryanti bukanlah ibu kandung Kathriena, tetapi Kathriena tetap menyayangi dan menghormati Aryanti layaknya ibu kandungnya sendiri karena ia juga tahu bahwa selama 13 tahun ini, Aryanti lah yang telah menjaga dan membesarkannya.
"Ambu, aku akan membantumu memetik daun teh ini," kata Kathriena tiba-tiba. Gadis itu mulai memetik daun teh lalu menaruhnya di keranjang. Aryanti tersenyum, ia mengusap pelan puncak kepala Kathriena.
"Terima kasih anak baik," pujinya. Kathriena hanya menunjukkan deretan gigi untuk membalas pujian Aryanti.
Tak terasa, keranjang yang digunakan Aryanti untuk menyimpan semua petikan daun teh sudah penuh dan harus segera ditimbang. Aryanti pun menyuruh Kathriena untuk menunggu di bawah pohon besar, sementara Aryanti akan pergi ke pabrik teh untuk menimbang semua daun teh yang dipetiknya. Setelah mendapatkan upah atas hasil pekerjaannya, Aryanti pergi menemui Kathriena yang sudah menunggu dengan bekal makanan yang memang sengaja dibawa Aryanti untuk makan siang mereka. Kathriena terlihat tengah duduk di atas tikar sembari menyiapkan nasi beserta lauk pauk untuk sang ibu angkat tercinta.
"Kathrien. Ini untukmu," ucap Aryanti sembari memberikan beberapa gulden kepada Kathriena. Kathriena yang baru sadar jika ibunya sudah kembali pun terkejut. Ia melihat Aryanti menyodorkan beberapa gulden di atas telapak tangannya.
"Untuk apa, Mbu? Gulden itu kan upah untuk Ambu yang sudah bekerja keras memetik daun teh," ujar Kathriena menolak pemberian Aryanti.
"Tidak apa-apa, Kathrien. Kau kan sudah membantu Ambu memetik daun teh, kau juga berhak mendapatkan gulden ini. Ini, ambilah!"
"Ambu saja yang menyimpannya, lagi pula jika aku butuh apa-apa aku kan bisa memintanya kepada Ambu."
"Yasudah kalau gitu, kita makan siang bersama ya?" ajak Aryanti sembari memasukkan gulden itu ke kantung uang miliknya. Kathriena segera memberikan nasi dan lauk pauk yang sudah ia siapkan kepada Aryanti. Mereka pun mulai memakan nasi itu bersama-sama.
"Ambu, apa Ibuku secantik Ambu?" tanya Kathriena tiba-tiba saja disela makan siang mereka.
"Ya, dia sangat cantik bahkan cantiknya Ibu kandungmu itu melebihi cantiknya Ambumu ini, Kathrien. Hihi," balas Aryanti dengan diiringi tawa kecil. Ia terpaksa harus mengingat kembali wajah sahabat dulunya itu. Wajah cantik Sophie tiba-tiba saja melintas di pikirannya, begitupun dengan masa lalu kelam yang juga menghiasi pikiran Aryanti. Namun ia mencoba untuk tak menunjukkan kesedihan di depan anak angkatnya itu.
"Benarkah Ambu? Apa wajah Ibu mirip dengan wajahku?" tanya Kathriena lagi.
"Wajahmu lebih mirip dengan Ayahmu, Kathrien."
"Sungguh? Apa tak ada satu pun dari diriku yang mirip dengan Ibu kandungku?"
"Ada, hanya saja, Ambu belum berani untuk mengatakannya sekarang. Ambu akan mengatakan segalanya setelah kau menikah nanti. Ambu yakin, saat hari itu tiba, kau sudah sangat dewasa dan akan mengerti dengan apa yang terjadi sebelumnya, Kathrien. Ambu harap untuk saat ini kau jangan pernah bertanya tentang Ibu kandungmu lagi. Ambu yang akan menceritakan semuanya suatu saat nanti, setelah kau menikah dengan lelaki pilihanmu," jelas Aryanti panjang lebar. Kathriena terkejut dengan ucapan Aryanti, ia mengira jika hari ini ia akan tahu semua tentang ibu kandungnya. Namun perkiraannya salah, Aryanti malah melarang untuk bertanya dan mencari tahu tentang ibu kandungnya sendiri.
Kesedihan dirasakan Kathriena, rasa penasaran pun semakin bertambah. Selama ini, ia selalu bertanya-tanya siapa ibu kandungnya, di mana kediamannya, seperti apa wajahnya, namun semua pertanyaan itu tak pernah bisa terjawabkan. Kathriena tak merasa jengkel ataupun kesal kepada sang ibu angkat, menurutnya, Aryanti menutupi jati diri ibu kandung Kathriena pun untuk kebaikan Kathriena juga. Lagipula, ia akan tahu segalanya tentang ibu kandungnya suatu saat nanti, ketika ia telah menikah. Kathriena harus tetap bersabar dan harus menahan rasa penasarannya hingga hari yang ditunggu tiba.
***
Kathriena terlihat tengah duduk di kursi depan rumah sembari memakan cemilan kesukaannya. Tiba-tiba saja seorang gadis londo mengintip dari balik pagar bambu rumah Kathriena. Kathriena yang menyadari kehadirannya pun menghampiri gadis itu sembari membawa sepiring cemilan yang sedari tadi dipegang. Kathriena tersenyum senang karena gadis itu mau berkunjung ke rumahnya. Gadis londo cantik yang sudah tak asing lagi di mata Kathriena. Gadis itu pernah diajak Kathriena berkenalan di depan sebuah pabrik teh. Saartje Vandenberg, anak pemilik pabrik teh yang beberapa hari lalu menolak berkenalan dengan Kathriena saat ini tengah berdiri malu karena keberadaannya yang diketahui oleh Kathriena.
Kathriena menyodorkan piring berisi cemilannya kepada Saartje. Namun dengan angkuh, Saartje memalingkan wajah sembari memajukan bibirnya yang mungil. Kathriena hanya tersenyum melihat tingkah lucu Saartje.
"Nona Saartje, saya merasa terhormat bisa kedatangan Nona di gubuk kecil saya ini. Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Kathriena dengan sopan kepada Saartje.
"Aku ingin bertemu dengan Ibumu," ucap Saartje dengan judes.
"Maaf, Nona. Ibuku sedang pergi bekerja di perkebunan dekat pabrik teh milik keluarga Nona Saartje. Jika Nona mau, saya bisa mengantarkan Nona kepada Ibu saya."
"Niet nodig. Aku tak butuh bantuanmu," balas Saartje lalu ia pun pergi begitu saja. Sado yang sedari tadi menunggu pun berlalu dengan cepat saat Saartje meminta supir sado itu untuk membawanya kembali pulang ke rumah. Kathriena yang merasa heran hanya diam mematung di depan rumahnya sembari memandangi kepergian Saartje.
Saat hari mulai gelap, Aryanti pulang dengan keranjang teh yang sudah kosong. Kathriena yang menunggu kedatangan sang ibu angkat langsung menyambutnya dengan banyak pertanyaan. Ia sangat penasaran apakah Aryanti bertemu Saartje atau tidak, namun nyatanya, Saartje tak menemui Aryanti. Saartje hanya ingin bertemu dengan Kathriena, ia sangat ingin berteman dengannya. Bertemu dengan Aryanti hanyalah alasan untuk Saartje agar ia bisa bertemu dengan Kathriena dan mengajaknya bermain. Namun setelah ia tiba di rumah kecil Kathriena, Saartje malah memilih untuk mengintip gadis itu. Setelah ketahuan mengintip, Saartje malah memasang wajah sinis dan berbohong kepada Kathriena bahwa dirinya ingin bertemu dengan Aryanti. Jauh di dalam hati, gadis Belanda ini sangat ingin bermain dengan Kathriena. Karena rasa malu itu, ia mengurungkan niatnya tersebut.
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.