Tanpa diperintah pun Vano tidak menahan amarahnya. Pukulan terus saja dilayangkan Vano tanpa jeda, dan Trian juga tidak melawan.
Entah karena perasaan bersalah yang memang harus menerima hukuman, atau karena perasaan kecewa hingga Trian mati rasa. Hanya Trian saja yang tahu apa yang dilakukannya saat ini.
"Vano, cukup! Hentikan!?" Cheery meneriaki Vano untuk berhenti memukul Trian yang sudah penuh lebam.
Tapi sepertinya Vano tidak bergeming. Bahkan Vano tanpa sengaja mendorong Cheery yang memegangi tangannya.
Tubuh Cheery terdorong, tubuhnya terbalik ke belakang dan terjatuh. Kepala bagian depannya tanpa sengaja membentur ujung meja di antara sofa di ruangan Trian itu.
"Akh!" pekik Cheery seketika hingga membuat Vano langsung berhenti memukul Trian.
"Cheery!?" panggil Trian dan Vano secara bersamaan. Keduanya panik saat melihat Cheery tergeletak dengan dahinya yang berdarah.
"Cheery! Bangunlah, Sayang!" Vano langsung panik.