161
Sesuai pesan Aletha tadi pagi, Linzy mengajak Anne ke rumah sakit. Bukan karena tidak berani ke sana sendiri, tapi Linzy malas bertemu Fayaaz cuma berdua saja. Ditangannya Linzy membawa rantang makanan.
"Dia tidak punya saudara apa. Kenapa merepotkan orang lain," gerutu Linzy.
"Sepertinya tidak ada Zy. Dia sendirian di kota ini," sahut Anne. "Kamu kenapa sih? Kalau ngomongin Fayaaz sensi banget. Kamu naksir dia ya?!" tuduh Anne.
"Sembarangan! Aku tidak suka saja. Jangan tanya kenapa!" tukas Linzy, bola matanya berputar seratus delapan puluh derajat.
"Jangan begitu Linzy, nanti malah suka jadi tumbuh cinta loh," goda Anne.
Linzy menghentikan langkahnya, ditatapnya Anne dengan sorot matanya yang tajam. "Kalau aku jatuh cinta pada Fayaaz, memangnya kamu ikhlas?" balasnya tersenyum sinis.
Anne menelan ludahnya, melihat raut muka Linzy, hatinya merasa tersulut api cemhuru. "Ya, kita berdaing saja secara sehat. Fayaaz sukanya sama siapa--," jawabnya gugup.