"Apa yang sedang Tuan Ye Pikirkan?" Sing Poa membuyarkan lamunan.
"Apa hubungannya dengan kalung yang berada di leher Fang Yun sehingga Tuan Sing rela membuatkannya pedang tipis untuknya. Secara nilai jelas kalung itu tidak ada harganya selain dari rantainya yang terbuat dari emas. Meski begitu harga rantai itupun jauh lebih rendah di bandingkan dengan pedang Rare Baja Hitam."
"Itu adalah kunci untuk membuka makam Raja Se Wung dari dinasty Mangsu."
"Apakah disana ada Makam? Bukannya disana hanya ada senjata, harta, tumbuhan langka berkhasiat dan Area yang dipenuhi energi murni."
"Rupanya Tuan Ye Shang telah menerima banyak informasi tentang harta di sana." Sing Poa menjura kagum. "Selanjutnya n yang semua Tuan sebutkan masih ada Makam Raja Se Wung beserta pedang yang dia gunakan."
Tentu saja Ye Shang tahu apa yang ada di dalam harta Karun tersebut, karena dia selama tiga bulan pernah tinggal di dalam tempat tersebut. Mengelilingi setiap lorong, mengambil tumbuhan langka, tombak inti dan harta Karun lainnya. Bahkan di tempat itu dia bisa melakukan terobosan dengan menyerap energi murni. Tapi mengenai makam, dia sama sekali tidak menemukan. Apakah masih ada tembok rahasia yang belum di ketahui nya?
"Apa lagi yang ada di dalam Makam?."
"Tentu saja ilmu bela diri dari Raja Se Wung."
"Mengapa bisa kalung itu berada di tangan Fang Yun?"
"Baik. Aku akan menjelaskannya. Kaisar Se Wung sewaktu hidup pada masa nya adalah orang yang sangat di hormati karena kekuatan dan kebijaksanaannya. Negara damai dan rakyat sejahtera. Hanya kelemahannya dia mudah jatuh cinta. Ketika dia bertemu secara tidak sengaja dengan seorang kembang di rumah bordir, dia pun jatuh hati. Selanjutnya Raja hendak menjadikan wanita itu sebagai selirnya. Tapi pemikiran itu di tentang oleh para pembesar dan keluarga raja karena hal itu akan menghancurkan reputasi kerajaan dengan mengangkat wanita penghibur ke dalam istana. Setelah bertahun tahun dipenuhi rasa gundah akhirnya Raja menyerahkan jabatannya kepada anaknya kemudian dia menghilang bersama wanita penghibur itu." Sing Poa kembali meneguk gucinya sebelum melanjutkan ceritany. "Wanita penghibur itu membawa serta pelayan setia yang umurnya masih 14 tahun. Mereka menetap di tempat yang rahasia jauh dari urusan dunia luar. Akhirnya mereka di buahi seorang Puteri. Diberinya nama Kay Yee sesuai marga nama ibunya, karena akan berbahaya bagi Puterinya jika memakai nama marga Se. Setelah Puterinya tumbuh, sang raja bersama wanita penghibur bersepakat untuk melepaskan Puterinya ke dunia luar. Raja memberi bekal ilmu dan harta kepada Kay Yee dan wanita penghibur itu memberikan kalung kepada pelayannya. Jika suatu saat Puterinya akan kembali maka harus bersama si pelayan karena tempat itu begitu banyak jebakan. Demikianlah akhirnya si pelayan membawa si Puteri keluar dari tempat rahasia itu. Tak lama kemudian Kay Yee bertemu dengan pemuda nelayan sederhana bermarga Lung dan mereka menikah. Berhubung suaminya adalah seorang nelayan sederhana dan tidak menyukai seorang pelayan seperti bangsawan maka Sang Pelayan pun di suruh untuk kembali ke kampungnya. Di kampungnya si pelayan juga menikah dengan orang bermarga Fang bermana Fang Lie. Awalnya sang pelayan dan Kay Yee masih sering berhubungan dan dapat saling bertemu dan mengirimkan surat. Namun belakangan Nelayan Lung memutuskan untuk berpindah tempat di perairan yang ikannya lebih baik. Sejak itu komunikasi terputus. Fang yang memiliki kewajiban kepada Kay Yee semakin merasa bersalah. Si pelayan itu memberikan kalungnya kepada keturunannya dengan berpesan untuk memberikan kalung ini jika orang bermarga Lung meminta nya. Untuk mempermudah Keluarga Lung atau keturunan Kay Yee menemui keturunan Fang, maka kampung yang mereka tinggali di rubah namanya menjadi Fanglie sesuai nama suaminya. Namun setelah ratusan tahun keluarga Lung tidak pernah datang ke Fanglie. Hingga sekarang keluarga Fang tinggal di kota Fanglie. Tapi mereka sudah melupakan sejarah setelah ratusan tahun. Meskipun tempat yang di tinggali Raja Se Wung di rahasiakan, namun aku yakin kalau itu adalah Ban Ceng."
"Bagaimana kau bisa tahu semua itu."
"Aku adalah orang yang tinggal di perairan Timur tempat tinggal Keluarga Lung sebelum pindah. Kalau kau datang kesana, Disana terdapat Patung Raja Se Wung yang dibuat Kay Yee. Berbagai cerita tentang Kay Yee dan Keluarga Lung tersebar disana." Sing Poa merogoh saku nya kemudian mengeluarkan sebuah gulungan yang terbuat dari kulit binatang. Sebuah perkamen. "Tapi aku mengetahui lebih dalam tentang hal itu karena menemukan catatan Kay Yee sebelum meninggalkan Pantai Timur. Catatan ini secara kebetulan ku temukan di tempat rahasia di dalam patung Raja Se Wung."
Catatan yang di buat di kulit binatang yang di keringkan atau di sebut perkamen, akan membuat catatan itu bertahan lama dan tidak akan lapuk oleh waktu.
"Coba aku lihat catatan itu."
"Aku berjanji untuk memberikan informasi apapun yang kau butuhkan. Bukan meminjamkan barang."
"Aku akan meminjamkan cincin ini jika kau meminjamkan gulungan itu."
Setelah menimbang sejenak. Sing Poa akhirnya menyerahkan catatan itu kepada Ye Shang.
"<Hati hati membukanya.>" Suara Sing Poa menggunakan ilmu pengiriman suara.
Tapi Ye Shang tidak memperdulikan peringatan itu, dia membuka nya di atas meja. Gulungan ini begitu di beberkan memanjang sampai satu meter dan lebar 30 cm. Di dalamnya terlihat tulisan yang rapih dengan huruf yang sangat kecil. Seperti halnya catatan harian, di catatan itu juga terdapat tanggal dan waktu kejadian.
Ye Shang tidak perlu membaca tulisan yang begitu banyak dan akan memakan waktu yang lama. Ye Shang memiliki kemampuan Dewa yang dapat mengingat apapun yang dilihat. Kemampuan itu bagai merekam setiap apa saja yang dilihat. Otaknya bagai mesin foto copy. Jadi Ye Shang dapat membeberkan kembali dari ingatannya kapan pun di inginkan nya.
Setelah itu Ye Shang mengembalikan catatan itu kepada pemiliknya.
"Hei... Kau tidak membacanya sama sekali?" Sing Poa sedikit heran melihat lawan bicaranya seperti kurang tertarik dengan catatan itu.
Ye Shang tidak menjawab, tetapi hanya melempar cincin dari jarinya. "Ku beri waktu 3 detik.
Dengan wajah gembira Sing Poa menerimanya dan meletakkan di atas meja.
"Tunggu sebentar. Jangan di hitung dulu waktu nya."
Dia pun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah alat kecil sebesar ibu jari yang ada kaca cembung di ujungnya. Ini adalah alat kaca pembesar yang di tempelkan di mata. Setelah menempel di mata sebelah kanannya, barulah dia mengambil cincin itu untuk di pelajari.
"Satu... " Ye Shang mulai menghitung.
Sing Poa tidak memperdulikan. Dia hanya memutar cincin itu. Tangan kanannya memutar alat kaca pembesarnya.
"Dua..." Hitungan kedua.
"Adik Ye... " Terdengar suara Youmei memanggil.
Ye Shang melihat ke arah meja Youmei. Tampaknya kakak angkatnya itu sedang asik berbicara dengan Fang Jie dan Han Song. Sepintas mata Han Song beradu dengannya.
"Tiga... " Ye Shang membalik pandangannya ke Sing Poa kembali dan menutup hitungan terakhirnya.
"Ini ku kembalikan." Sing Poa menyerahkan cincin itu. "Itu bukan peninggalan Raja Se Wung. Tapi itu mungkin milik orang lain bernama Chen. Disitu tertulis nama itu."