Chen tidak akan membiarkan sepupunya yang baik ini tewas karena perbuatannya, dia juga langsung melompat menyusul Yuan Eng. Kepala gadis itu di angkatnya ke atas agar kakinya yang berada dibawah supaya yang jatuh bukan kepalanya dahulu. Kemudian tangan gadis itu dipegang supaya lebih ringan dan lambat jatuhnya.
Masih di udara, Chen dengan cepat memasukan sesuatu di sela jubahnya.
Chen lebih dulu mendarat. Dijatuhkannya pedang milik Yuan Eng. Kemudian pria itu melompat lagi karena tidak ingin penyamarannya di ketahui.
"Maafkan aku Eng Moi." Yuan Chen mengucapkan perlahan.
Yuan Eng pun mendarat dengan selamat. Tapi tindakan pencuri membuat dirinya tidak bergerak mengejar.
"Pencuri itu pasti ber marga Yuan." Bisiknya dalam hati.
Pencuri itu telah menyelamatkan dirinya. Bahkan menyalurkan energi ke dirinya agar tidak terjatuh secara cepat.
Yuan Eng meraba raba perutnya. Ada sesuatu di dalam jubahnya. Setelah dikeluarkan ternyata ada sebuah gulungan kitab. Dengan rasa penasaran Yuan Eng membuka kitabnya. 'Jurus Pedang Semesta Alam'
"Ini jurus tingkat Bumi dan Tingkat Alam. Jurus ini sangat bagus dan cocok untukku." Yuan Eng terbelalak matanya. Dia tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Buku ini termasuk buku langka dan sangat tidak umum. Ini jurus rahasia tehnik kuno.
Kini dirinya semakin yakin kalau pencuri itu pasti bermarga Yuan yang mencoba membantu meningkatkan tehnik pedang kembarnya dengan jurus misterius.
Sementara Yuan Chen sudah mendekati perbatasan yang hendak kabur keluar dari kota. Tapi siapa sangka ada seseorang dari arah samping yang juga mengejar dirinya.
Chen yakin kalau pengejarnya itu bukan Yuan Eng. Tidak mungkin gadis itu memiliki peringan tubuh sedemikian cepat. Chen dapat menduga kalau dirinya akan bertemu dengan orang yang mengejarnya di dekat tembok perbatasan. Tembok perbatasan itu seperti benteng yang diatasnya banyak prajurit penjaga.
Sekali lagi serangan sebuah golok besar berkelebat dengan kejam mengarah ke lehernya. Chen berguling menyerupai kera menghindar serangan.
"Yuan Tung." Suara di hatinya menyebutkan nama penyerangnya. Ternyata tidak lain adalah ayah dari Yuan Eng.
Chen sudah menduga. Jika Yuan Eng yang bertugas maka pasti ayahnya juga pasti bertugas. Keluarga Yuan memang secara bergilir bergantian menjaga keamanan kota.
Chen harus menyelesaikan pertarungan ini dengan cepat sebelum banyak tokoh berkumpul. Masalahnya Yuan Tung berada di peringkat Alam tingkat dua. Tiga tingkat dari dirinya.
Chen tidak mau berlama lama, segera di keluarkan 'langkah Dewa' sebuah gerakan cepat yang tidak dapat di duga oleh pihak lawan. Gerakannya yang zig zag membingungkan lawan.
Yuan Tung mengeluarkan jurus andalannya dari yakni GOLOK PEMBUKA JALAN, di tangannya golok yang berat itu mengebas, anginnya saja dapat merobek dinding.
Tapi langkah dewa begitu cepat menghindari semua serangan tebasan angin. Ketika berada dalam jarak 5 meter, Chen mengeluarkan 'JEMARI YE SHANG Sebuah serangan yang cepat dan sulit di hindari oleh Yuan Tung.
Yuan Tung terkena serangan langsung terlempar ke belakang. Mulutnya mengeluarkan darah segar. Chen terpaksa melakukannya untuk menghambat pengejaran.
"Maaf kan aku Yuan Tung. aku terburu buru." Chen melemparkan dua buah buku ke arah Yuan Tung. "Ini untukmu."
Setelah mengeluarkan dua jurus dewa menghadapi Yuan Tung, energi Chen mulai terkuras habis. Tubuhnya akan semakin lemah. Kini hanya tersisa dua kali lagi gerakan dewa.
"Serang pencuri itu." Teriak Yuan Tung kepada para penjaga di dinding.
Chen terus berlari ke arah dinding. Panah panah beterbangan di atasnya. Melalui mata ke tiga, Chen dapat melihat serangan ratusan panah itu.
Dengan 'Langkah Dewa' membuat Chen melejit kencang mencapai tembok. Ternyata langkah dewa juga dapat di gunakan untuk berlari di atas tembok. Dipadukan dengan 'Cengkraman Kera Sakti' membuat tubuh Chen bergelayutan di pipa pipa kecil yang keluar dari tembok.
Sebentar saja sudah di atas tembok. Melumpuhkan beberapa penjaga. Melompat turun keluar dari kota Yuan.
Panah kembali beterbangan mengejarnya yang berlari memasuki hutan hingga lenyap di balik hutan.
Yuan Tung kesal karena tidak dapat menangkap pencuri yang tiga tingkat di bawahnya. Bahkan dapat melukai dirinya. Ini sangat memalukan. Apa yang akan di katakan Ayahnya, Tetua Ke empat Yuan Phan. Juga Tetua klan.
"Ayah." Teriak Yuan Eng dari belakang.
"Bagaimana Eng Eng. Apakah kau juga bertemu dengan pria berkerudung hitam." Ayahnya menegur.
"Betul. Dia adalah pencuri dari perpustakaan " Yuan Eng menjelaskan kepada ayahnya.
"Berarti dua Kitab ini hendak di kembalikan dari pencuri itu. " Yuan Tung menduga.
Yuan Eng merebut kitab itu dari Ayahnya. Lalu di tunjukkan nya di depan mata ayahnya.
"Apakah menurut Ayah 'Kitab Jiwa Golok Bumi' dan 'Golok Tombak pembelah langit' ada di dalam Perpustakaan.
Ayahnya merebut kembali kitab itu dari tangan anaknya. Dengan seksama di buka nya kitab itu. "Ini jurus yang aneh namun kuat. ini tehnik Kuno dan sangat cocok denganku. Ternyata selama ini aku salah dalam memusatkan titik berat tubuh "
"Dia juga memberikan ini kepadaku." Gadis manis itu mengeluarkan sebuah gulungan kitab. 'Pedang Semesta Alam'"
"Pencuri itu juga mengatakan 'ini untukmu' lalu melempar buku ini. Lalu 'Golok Tombak Pembelah Langit' ini?
"Itu untuk kakek. Bukan kah kakek juga pengguna senjata Golok Tombak."
Golok tombak adalah senjata berbentuk tombak tapi ujungnya terdapat golok.
"Berarti pencuri itu mengenal keluarga kita." Ayahnya mencoba menduga duga.
"Pencuri itu juga menyelamatkan nyawaku ketika jatuh dari atap perpustakaan Aku yakin pencuri itu bermarga Yuan."
"Suaranya juga terasa Familiar."
"Apakah Ayah mengetahuinya?,"
"Ayah hanya menduga, tapi rasanya tidak mungkin."
"Katakan siapa ayah?"
"Rasanya tidak mungkin. Orang yang sudah mati bangkit lagi. Bahkan meridiannya yang rusak sekarang sudah berada di tingkat tujuh."
"Yuan Chen...." Yuan Eng merenung. "Berita tadi pagi juga sempat menghebohkan dimana rumah bekas Yuan Chen terjadi pembunuhan. Apakah ini ada hubungannya?."
"Sebaiknya kita sembunyikan kitab ini jangan sampai di ketahui oleh para tetua." Ayahnya bergegas memasukan kitab itu."
"Ayah juga jangan mengatakan kalau mencurigai Yuan Chen atas semua kejadian ini." Putrinya mengingatkan.
"Tentu saja. semua orang di Tembok menyaksikan kalau pencuri itu menutupi wajahnya."
Demikianlah keduanya, anak dan ayah merencanakan bagaimana menghadapi para tetua.
Keesokan harinya semua petugas perpustakaan mulai memeriksa buku buku di dalam perpustakaan. Setelah tiga hari memeriksa lalu mereka memutuskan bahwa tidak ada buku kitab ataupun gulungan kitab yang hilang.
Tentu saja ini membuat Yuan Tung dan Puterinya bingung di buatnya. Tapi mereka juga senang karena tidak di jatuhi hukuman. Pencuri datang tapi tidak ada yang hilang.
Ayah dan anak ini juga menceritakan semua kepada Tetua ke empat seraya memberikan Kitab 'Golok Tombak Pembelah Langit'.
Bukan main tidak terkatakan senangnya kakek Yuan Phan. Buku kitab itu sangat cocok dan memiliki jurus yang maut.
Selama ini keluarga mereka berada di tingkat bawah dalam hal kekuatan bela diri, dari keluarga Yuan yang lain. Kini saatnya mengangkat martabat mereka kembali.