Berdiri menyaksikan sebuah parade yang disiapkan untuknya lalu di ambil secara paksa oleh orang lain. Tanpa ada perlawanan, dirinya dibuat kalah secara mutlak. Tak ada kesempatan untuk menebus sesuatu yang seharusnya adalah hak untuknya.
Bahkan sebuah tembok yang di sebut sebagai tempat tinggal miliknya itu juga kini terasa seperti sedang mengejeknya secara tak langsung. Semua hal itu membuatnya gerah, geram, dan perasaan yang begitu campur aduk. Memalsukan senyum di momen yang seperti ini bahkan terlampau sulit untuknya.
Baru berjalan beberapa langkah, sosok yang sangat tak ingin di pandang matanya itu malah menghadangnya. Dia melemparkan kata-kata yang telinganya saja tak sanggup untuk mendengarnya seolah bara api di lempar ke arahnya. Lehernya mengeras, jika diperhatikan secara langsung, bahkan urat-urat pada lengannya sekarang juga terasa sedang mengencang, seiring dengan lengan itu yang mengepal secara perlahan-lahan.
Bagaimana menurut kalian chapter yang satu ini? Tinggalkan gift, vote, like dan juga opini kalian di kolom komentar. Trims!