Descargar la aplicación
4.84% Apologize To Love / Chapter 8: Paket Aneh

Capítulo 8: Paket Aneh

"Aku ingin mati saja! Aku tidak kuat! Perasaan ini kenapa begitu menyakitkan, Tou-chan? Dia selalu berubah-ubah. Apa aku sama sekali tak berarti baginya?"

Kenkyo menangis sesenggukan di nisan ayahnya. Kenkyo tak punya keberanian memberontak. Yang Kenkyo bisa lakukan hanya mengeluh di sini, di makam ayahnya. Seandainya boleh, Kenkyo ingin menyusul ayahnya. Namun, ada suatu hal yang menahannya.

Terhitung 1 tahun, Kenkyo menjadi istri Shinsuke. Namun, tak ada yang berubah, sikap Shinsuke tetaplah sama. Mengabaikan Kenkyo. Hanya pada sosok Masaru, Kenkyo dapat menemukan sosok yang Kenkyo inginkan.

Namun, ke mana kini Masaru? Kenkyo tak menemukan lagi sosok Masaru setelah kejadian malam itu. Malam yang membuat Kenkyo menjadi wanita sempurna.

Kenkyo tenggelam dalam kesedihan. Tanpa Kenkyo sadari, ada seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Hmmpphh!!" Kenkyo meronta, mulutnya dibekap dengan sapu tangan. Bau menyengat mulai tercium oleh Kenkyo. Detik berikutnya, Kenkyo kehilangan kesadaran.

***

Shinsuke mendapatkan sebuah paket misterius. Tak ada nama pengirim. Shinsuke segera membuka paket itu. Sebuah ponsel lengkap dengan SIM CARD-nya. Shinsuke mengaktifkan ponsel itu. Beberapa saat kemudian, ada sebuah panggilan. Buru-buru Shinsuke menjawabnya.

'Wah, paketku ternyata sudah sampai di tanganmu, Detektif Takahashi'

"SIAPA KAU, HAH?"

'Aku? Hmm, aku adalah utusan Kami-sama'

"Cih! Kalau kau hanya ingin bermain-main, kau salah memilih kawan!"

'Ah, benar juga. Sungguh membosankan jika bermain denganmu. Mungkin aku harus beralih bermain dengan bocah rambut karamel ini. Astaga! Bibirnya mungil sekali. Imut sekali~!'

"Tunggu! Apa maksudmu, hah?!"

'Bocah yang biasa tinggal di rumahmu kini bersamaku. Dia adikmu, ya? Hm, tapi kenapa tidak mirip?'

"BEDEBAH!! SIAPA KAU?"

'Dalam 2 jam jika kau tak berada di sini, kupastikan akan melenyapkan bocah ini!'

"BRENGSEK! DI MANA KAU, HAH?"

'tut ... tut ...tut'

Panggilan diputus dari seberang. Shinsuke kalap. Shinsuke membanting apapun yang dilihatnya.

Shinsuke mengambil ponsel dan menghubungi rekannya di kepolisian.

"Takeru! Lacak tempat di mana nomor yang baru saja menghubungiku di nomor ini!"

***

Kenkyo perlahan membuka matanya. Kepalanya pening. Kenkyo menyipitkan mata, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang begitu menyilaukan. Kepala Kenkyo terasa memanas.

Lampu besar tepat berada di atas kepala Kenkyo. Hanya berjarak beberapa senti. Tangan dan kaki Kenkyo terikat di kursi. Mulut Kenkyo disumpal kain. Kenkyo mencoba berteriak, tapi yang keluar hanya gumaman-gumaman tak jelas.

Air mata Kenkyo berderai. Bukan mengkhawatirkan dirinya sendiri, tapi Kenkyo menghawatirkan nyawa yang ada di dalam dirinya. Janinnya.

Bruak!!

Prakk!

Bugh!!

Terdengar keributan dari arah luar. Kenkyo waspada. Kenkyo berusaha membuka ikatan pada tangan dan kaki, tapi hasilnya nihil. Itu malah membuat tangan dan kaki Kenkyo terluka oleh goresan tambang yang mengikatnya.

'Kami-sama! Selamatkan kami!' batin Kenkyo.

Beberapa saat kemudian, samar-samar Kenkyo melihat bayang mendekat. Kenkyo menyipitkan mata, untuk mempertajam penglihatan. Dilihatnya pemuda yang selama ini menjadi tempat Kenkyo bersandar. Yamada.

Yamada terseok-seok berjalan menghampiri Kenkyo. Kaki Yamada terluka. Tangan Yamada mencengkeram lengan kiri. Darah keluar dari sela-sela jemarinya.

Tangisan Kenkyo semakin menjadi. Kenapa malah Yamada yang lebih dulu menyelamatkan Kenkyo? Kenkyo berharap jika itu adalah suaminya. Namun, itu tak lagi penting. Kenkyo hanya ingin segera keluar dari tempat ini.

Pertama, Yamada membuka kain yang menyumpal mulut Kenkyo. Selanjutnya, Yamada melepaskan ikatan tangan dan kaki Kenkyo.

Kini, Yamada membantu Kenkyo berdiri. Ditangkupnya pipi pucat Kenkyo dengan tangan yang bersimbah darah.

Mata Kenkyo berkaca-kaca, tak tega melihat wajah Yamada yang babak belur dengan tubuh penuh luka sayatan.

"Kenkyo ... chan, kau ... tak apa?" ucap Yamada terbata. Sesekali Yamada menggertakkan giginya, menahan segala rasa sakit yang menyayat tubuh.

Kenkyo hanya mengangguk. Detik berikutnya, Kenkyo memeluk erat Yamada.

"Kenapa? Kenapa, Yamada-kun? Kenapa hanya kau yang berada di sisiku saat aku terluka? Kenapa hanya kau yang selalu menyelamatkanku ... huhuhu?" Kenkyo berucap di sela isak tangisnya.

Yamada merengkuh tubuh mungil Kenkyo, melupakan segala rasa sakit yang mendera.

'Karena aku masih sangat mencintaimu, Kenkyo-chan. Tak peduli jika kini kau telah menjadi milik orang lain. Selama aku masih bernapas, aku akan melindungimu dengan seluruh nyawaku.'

Yamada semakin erat merengkuh Kenkyo yang masih menangis sesenggukan. Pandangan Yamada mulai mengabur akibat pukulan di kepala Yamada tadi. Dalam samar, Yamada melihat sosok bayangan mendekat. Sosok itu menyembunyikan sesuatu dari balik jaketnya. Benda yang berkilau.

Mata Yamada membeliak. Dengan cepat, Yamada membalikkan badan menjadi berada di posisi Kenkyo kini. Tubuh Yamada tersentak. Ia menunduk ke bawah. Bilah pisau menikam perut hingga tembus ke depan.

Darah merah menetes. Terbatuk, Yamada terhuyung ke depan. Bilah pisau semakin menembus perutnya. Jemari yang sudah berdarah semakin berlumuran darah, menekan pisau agar tak semakin menyembul ke depan.

Pengap seakan tenggorokan menyempit. Sulit menghirup udara.

Memuntahkan darah segar, Yamada merasakan tubuhnya semakin gemetaran. Pandangan Yamada semakin mengabur. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuh.

Tubuh pendek Yamada langsung ambruk, tersungkur dan meringkuk di lantai dingin, saat pisau dicabut cepat oleh sosok yang masih berada di belakang.

Yamada terceguk beberapa kali, memuntahkan darah. Seluruh tubuh Yamada menegang kaku.

Kenkyo membawa tubuh Yamada yang berlumuran darah ke pangkuan perempuan itu.

"Ya-Yamada! Yamada-kun! Bertahanlah! Buka matamu!" Kenkyo menepuk-nepuk pelan pipi pucat Yamada.

Sosok misterius tadi hendak menikam tubuh Kenkyo juga, tapi kepala lelaki itu tiba-tiba dihantam benda besar. Batu bata. Seketika itu juga tubuh lelaki itu ambruk. Darah mengucur deras dari kepala belakang. Tangannya dibekuk oleh benerapa orang yang baru saja datang. Shinsuke bersama rekan-rekannya.

Shinsuke terduduk lemas menyaksikan adegan dramatis di hadapannya. Shinsuke telah gagal lagi menyelamatkan satu nyawa. Dilihatnya Kenkyo menangis meraung-raung sembari mendekap tubuh Yamada yang berlumuran darah.

Shinsuke benar-benar menyesal. Kalau saja, Shinsuke bisa datang lebih cepat. Mungkin ini tak akan terjadi. Seperti de javu, Shinsuke pernah merasakan atmosfer seperti ini.

Shinsuke merangkak mendekat ke arah Kenkyo dan Yamada.

"Ma-maafkan ... aku, Taka-hashi-sama ... Aku ... aku ... tidak bisa ... berhenti ... mencintai istri ... Anda ughh ...." Yamada mengeram, menahan segala rasa sakit yang kian menggerogoti tubuh. Ia mengerjap, berusaha tetap terjaga. "Na-Naomi Ba-san di balik ... ini semua ...."

Pandangan Yamada beralih ke arah Kenkyo. Tangan Yamada menggantung di udara, hendak menyentuh wajah Kenkyo. Namun, itu terlalu sulit.

Kenkyo menggenggam tangan Yamada yang menggantung. Dibawa tangan yang semakin mendingin itu ke pipi Kenkyo.

"Ke-Kenkyo-chan ...." Mata Yamada semakin memberat. Dada Yamada begitu sesak. Ia benar-benar sudah tak bisa bertahan. Tangannya yang berada di pipi Kenkyo kini terjatuh. Kepala Yamada terkulai, masih dalam pangkuan Kenkyo. Mata Yamada terpejam rapat menuju kegelapan yang abadi.

"Tidak! Tidak, Yamada-kun! Jangan tutup matamu, kumohon! Huhuhu bantuan hiks akan segera datang."

(Maafkan aku, Kenkyo-chan. Selama ini aku telah gagal melindungimu. Kau yang ingin kujadikan satu-satunya pendampingmu, malah kubiarkan bersanding dengan orang lain. Aku memang pengecut. Aku tak punya apa pun untuk dibanggakan. Aku juga tak mungkin menghidupimu hanya dengan cinta. Maka, aku berusaha merelakanmu. Mungkin dengan lelaki dewasa seperti Takahashi-san kebutuhanmu akan terpenuhi seutuhnya.

Maafkan aku yang pengecut ini, yang tak mampu mempertahankan hubungan rapuh kita. Maafkan aku, wahai gadis terindahku yang kini menjadi milik orang lain. Selamat tinggal.)

To be continued ....


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C8
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión