Descargar la aplicación
83.33% Idol Tampan Untukku dan Dia / Chapter 5: Malam Ulang Tahunku

Capítulo 5: Malam Ulang Tahunku

Mokpo-si, Korea Selatan

29 September 2021

[10.40]

Namaku Hajun. Choi Ha Jun. Aku hidup sendirian. Ibuku sudah lama meninggal. Aku bekerja paruh waktu di sebuah kantor penerjemah bahasa asing di kota Mokpo. Beberapa bulan ini, hatiku sedang berbunga-bunga. Terkadang gelisah tapi aku menyukai perasaan ini. Ya, aku sedang jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan seorang wanita manis. Dia seniorku. Dia kupanggil dengan "Nuna". Entah sejak kapan aku menyukainya. Yang jelas, kepalaku nggak pernah bisa berhenti memikirkannya. Dadaku terasa geli, seperti perasaan senang yang nggak bisa kukendalikan setiap mengingat bagaimana dia tersenyum karena hal-hal kecil. Aku benar-benar jatuh cinta. Aku ingin membuatnya bahagia. Aku nggak ingin sesuatu menyakiti hatinya.

Karena itu... Sekarang aku sedang berjalan-jalan sendirian di tengah kota Mokpo untuk mencari sebuah hadiah yang bisa membuat hatinya luluh kepadaku. 30 September 2021. Besok nuna berulang tahun. Aku ingin memberinya sesuatu yang spesial. Tapi aku sangat kesulitan untuk memikirkan hadiah apa yang harus kuberi. Ini sangat membuatku kesal!

Ketika sedang berpikir sambil berjalan, aku melihat sesuatu yang indah. Kuhentikan langkahku. Kuperhatikan benda ini. Sangat cantik. Nuna pasti terlihat sangat cantik memakainya...

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pegawai di sana ketika aku masuk.

"Iya. Hmm... Aku ingin yang ada di sana." Jawabku sembari menunjuk benda yang terpajang di etalase bagian depan toko.

"Harganya 2.000.000 won. Anda yakin?" Petugas itu bertanya lagi padaku seakan menganggapku sedang bercanda.

"Iya. Tentu. Aku serius akan membelinya. Kubayar sekarang juga!" Jawabku dengan nada meninggi. Dia pikir aku nggak bisa membelinya? Kalau perlu, kebeli semua beserta tokonya!

"I-iya baik. Akan saya siapkan. Mohon tunggu sebentar." Jawabnya dengan gagap.

Petugas wanita tua ini menyepelekan seorang Hajun. Jangan membuat suasana hatiku jadi buruk.

Tak lama, barang yang kuminta pun mereka perlihatkan langsung padaku.

"Silakan Tuan."

Benar-benar indah. Mewakili kecantikannya. Cantik, anggun namun elegan. Semoga dia menyukai ini.

"Aku ambil ini." Ucapku lalu mereka membungkusnya untukku. Kubayar dengan cukup menggosokan black cardku. Hanya dengan harga segitu saja sudah membuat ribut.

Aku keluar toko dengan hati yang cemas. Aku khawatir, apakah dia akan menyukai ini.

Kita lihat saja nanti...

________________________

Sally -----

.

.

"Tabunganku hanya segini. Aahhh!! Ini nggak cukup! Aku benar-benar harus pindah dari sini!"

Aku sangat stres meratapi sisa saldo di buku rekeningku! Mas Agung sepertinya benar-benar sudah meninggalkanku. Dia sudah tidak membayarkan sewa apartemen ini. Aku pun masih tidak berani untuk mengubunginya lebih dahulu. Aku sudah berusaha untuk mengikhlaskan Mas Agung walau masih saja tidak bisa.

Jalan satu-satunya, aku harus pindah dari sini. Soal pekerjaan? Sudahlah, dipikirkan nanti saja.

𝘒𝘳𝘪𝘯𝘨𝘨... 𝘒𝘳𝘪𝘯𝘨𝘨!

Ponselku berdering. Kuambil ponsel yang kuletakkan di meja riasku. Kulihat di layar ponsel tidak tertera nama kontaknya. Ini nomer asing.

"Ya. Hallo?" Sapaku saat mengangkat telepon itu.

.

.

Ketika aku mendengar jawaban dari seseorang yang ada di balik telepon itu, aku terkejut setengah mati!

Dia!!!

______

[Hajun - 𝘕𝘶𝘯𝘢! 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶? 𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘪𝘩! 𝘗𝘰𝘬𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘺𝘢? 𝘖𝘬𝘦. 𝘕𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘶𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘫𝘢𝘮 19.00. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪! ( ˘ ³˘)❤]

Kubuka pesan chat yang kuterima barusan. Kubaca pesan dari Hajun lalu kumatikan ponselku. Hajun, maafkan aku. Aku tidak bisa membalas pesanmu...

"Bagaimana?" Tanya pria paruh baya yang duduk di hadapanku. Aku sungguh terkejut dan aku tak tahu harus berbuat apa.

Aku hanya bisa diam. Kupandangi semua hidangan mewah di hadapanku ini. Mengapa bisa begini?

Mas Agung... Kamu dimana?

____________________________

Narator ----

.

.

.

Mokpo-si, Korea Selatan

[19.15]

𝘛𝘦𝘦𝘵𝘵𝘵𝘵𝘵! 𝘛𝘦𝘦𝘦𝘵𝘵𝘵𝘵!

Hajun membunyikan bel di depan pintu apartemen Sally. Beberapa kali dia memencet bel, Sally belum keluar juga. Hajun lalu mencoba menghubunginya namun sebelum panggilan itu terhubung, Sally membuka pintunya.

"Nuna..." Belum sempat Hajun menyelesaikan perkataannya, ia terhenti karena melihat wajah Sally seperti baru saja menangis.

"Nuna, ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Hajun khawatir.

"Nggak apa-apa." Sally menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Hajun-a... Maaf ya. Aku tadi nggak bisa membalas pesanmu." Lanjut Sally.

"Jangan pikirkan itu. Tapi sekarang... Wajahmu nggak menunjukkan kalau kamu nggak kenapa-kenapa. Katakan padaku ada apa?"

"Masuklah dulu..." Sally mempersilakan Hajun untuk masuk.

"Tunggu di sini, akan kubuatkan minum dulu."

Sally berjalan menuju ke pantry namun langkahnya terhenti karena Hajun tiba-tiba merangkulnya dari belakang.

"Nuna... Kamu tahu aku mencintaimu. Jika memang belum bisa membalas perasaanku, setidaknya jadikanlah aku sebagai orang yang bisa kamu andalkan. Kamu bisa berbagi apapun denganku. Setiap kali aku melihatmu bersedih, hatiku sangat sakit. Kumohon..." Ucap Hajun dengan lembut di telinga Sally.

Sally yang mendengar pernyataan itu hanya bisa meneteskan air mata. Sally memberanikan diri untuk menggenggam tangan Hajun.

Hajun memutar tubuh Sally hingga bisa menatap wajahnya.

"Nuna... Percayalah padaku. Ceritakan padaku apa yang terjadi?" Pinta Hajun dengan mengelus lembut wajah Sally dan kemudian mereka duduk di sofa bersama.

Melihat Sally yang masih diam dan menangis, Hajun kembali membujuknya.

"Nuna..."

"Aku akan pindah." Ucap Sally tiba-tiba.

"Pindah? Maksudnya?" Tanya Hajun sungguh tak mengerti.

"Aku sudah nggak bisa membayar sewa apartemenku. Tabunganku juga nggak seberapa. Aku harus pindah besok siang. Tapi aku nggak tahu... Harus pindah kemana... Aku nggak punya siapa-siapa. Aku harus bagaimana?" Jawab Sally dengan menangis tersedu-sedu.

Sally hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Hajun terdiam sejenak lalu kembali memeluk Sally dan kembali berbisik di telinga Sally.

"Nuna... Jika itu masalahnya, jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja."

"Apanya yang baik-baik saja?" Sally tiba-tiba melepas pelukan Hajun.

"Toh walaupun aku bisa membayar sewaku, tetap saja aku harus pindah. Ada sesuatu yang nggak bisa aku ceritakan padamu. Sungguh maafkan aku. Aku sudah nggak mungkin tetap tinggal di sini. Aku sungguh harus segera mencari tempat tinggal lain dan memulai semuanya dari nol."

Hajun tampak berpikir beberapa saat.

"Baiklah! Aku punya kenalan yang menyewakan apartemennya. Aku akan menghubunginya untukmu. Dia pasti mau memberikan harga yang bagus untukku."

"Tapi Hajun..."

"Nuna nggak boleh menolak. Untuk kali ini, aku nggak mau berdebat. Nuna harus menerima tawaranku kali ini."

Hajun mendekatkan tubuhnya ke arah Sally. Ia tatap dalam-dalam matanya. Ia belai rambut dan wajah Sally.

"Kumohon... Biarkan aku dengan bebas mencintaimu. Biarkan aku menunjukkan seberapa besar cintaku untukmu. Nuna hanya perlu membuka hati dan menerima kehadiranku. Itu sudah cukup untukku. Aku nggak menginginkan hal lainnya. Cukup dirimu saja." Ucap Hajun lalu mengeluarkan sebuah benda dari dalam 𝘴𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘨 merah yang ia letakkan di atas meja.

"Mungkin aku terlalu cepat tapi kurasa inilah waktu yang tepat..."

Hajun membuka benda itu di hadapan Sally.

"Selamat ulang tahun Sally. Satu-satunya wanita yang kucintai, kemarin, hari ini, esok dan selamanya. Kumohon, terimalah ini..." Ucap Hajun.

"Ini... Ini apa Hajun?" Tanya Sally dengan wajah bingung.

"Ini hadiah ulang tahun untukmu dariku." Jawab Hajun.

"Ini mahal banget Hajun!"

"Berhenti membicarakan soal harga atau apapun. Semahal atau seberharga apapun benda ini, ini nggak sebanding dengan perasaanku untukmu. Jangan lihat nilai materiilnya, tapi tolong lihatlah dari sisi ketulusanku." Hajun terus menatap lembut wajah Sally.

"Tolong terima ini. Jika nuna menerimanya, kuanggap kalau nuna mau membuka hatimu untukku. Kalau nuna menolaknya, maka... inilah terakhir kalinya nuna melihatku..." Lanjut Hajun.

"Kok... Kenapa memberi pilihan kayak gitu? Aku nggak mau memilih kalau begitu." Ucap Sally dengan wajahnya yang tampak kesal namun juga khawatir.

Hajun tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam dan menatap Sally. Hajun masih menunggu jawaban Sally.

Setelah beberapa saat yang sulit berlalu...

Sally mengangguk! Sally mengangguk pertanda bahwa ia setuju menerima pemberian Hajun!

Hajun tampak menahan senyum bahagianya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ia sungguh merasa bahagia. Ia ambil benda itu dari wadahnya lalu ia pasangkan di leher Sally.

Ya! Itu adalah sebuah kalung bermata berlian 22 karat dengan merk desainer permata ternama asal Italia. Kalung seharga 2.000.000 won!

Bibir Sally pun tampak tersenyum. Ia tak bisa menutupinya. Ia menangis tapi kali ini tangis bahagia. Hajun menghapus air mata di pipi Sally dengan lembut lalu mengecup mesra kening Sally.

"Sungguh... Inilah pertama kalinya aku menginginkan sesuatu. Terima kasih nuna. Aku berjanji nggak akan pernah membuatmu menangis. Kalau aku menyakitimu, potong saja tubuhku menjadi 7 bagian..." Sally menutup mulut Hajun dengan mengecupnya.

"Nuna..." Hajun terkejut. Ini pertama kalinya Sally menciumnya. Wajah Sally pun terlihat memerah karena merasa malu.

Hajun lalu kembali mengecup bibir Sally. Sebuah kecupan lembut. Penuh cinta dan kehangatan.

Kecupan lembut yang perlahan menjadi kecupan penuh gairah. Yang membuat segala rasa sakit di hati Sally seketika lenyap. Sally berharap, Hajun dapat membuatnya melupakan Agung dan segala sisa cinta yang menyakitkan itu.

Sally kemudian beranjak dari duduknya dan memilih untuk duduk di pangkuan Hajun. Mereka pun kembali bercumbu namun kali ini dengan perasaan cinta di antara keduanya.

Nafsu yang sedang menggebu di dalam diri mereka, kini bercampur dengan rasa cinta.

Sally yang duduk di pangkuan Hajun, mulai berani meraba bagian tubuh Hajun. Ia lepaskan kaos yang Hajun kenakan. Tangan Sally pun meraba-raba dan mengelus lembut leher dan dada Hajun. Ia lepaskan ciumannya lalu Ia pandangi tubuh Hajun.

"Hajun... Aku baru sadar tentang sesuatu..." Ucap Sally setengah berbisik.

"Hmm?"

"Ternyata... Aku menyukai dada ini." Jawab Sally sambil menyentuh dada Hajun yang bidang dengan jarinya.

"Nuna..." Panggil Hajun.

"Hmm?"

"Bisakah... Kita melanjutkan yang dulu sempat tertunda?" Tanya Hajun kepada Sally.

Ia dekatkan bibirnya dengan bibir Sally. Sally menjawab pertanyaan Hajun dengan memberikan ciuman penuh nafsu.

Bibir mereka saling melumat. Lidah mereka saling menjilat dan sesekali masuk ke dalam mulut masing-masing.

Tangan Hajun kemudian mulai bergerak ke arah baju Sally. Ia buka satu persatu kancing kemejanya sambil terus bercumbu.

Setelah pakaian Sally terlepas, kini tangan Hajun bergerak untuk melepaskan pengait bra milik Sally. Hanya dengan satu gerakan, kini tubuh bagian atas Sally telah memperlihatkan semuanya.

Sally dan Hajun kemudian berdiri sejenak untuk melepaskan pakaian mereka masing-masing yang tersisa.

Hajun langsung meraih tubuh Sally dan mendekapnya erat. Ia gendong tubuh Sally dan Ia bawa ke atas meja makan. Kemudia Hajun kembali menciumi bibir Sally dengan tangannya yang mulai bergerak ke arah payudara Sally.

Ia remas-remas dengan lembut.

"Hmmpphh..." Sally mendesah perlahan ketika Hajun mulai meremas payudaranya.

Tangan Hajun kemudian terus bergerak mengelus-elus tubuh Sally hingga berhenti di selangkangannya. Ia sentuh lembut bagian sensitif milik Sally. Ia gosokkan perlahan tangannya dan itu membuat nafas Sally terdengar semakin tak teratur.

Hajun semakin berani dengan mulai memasukkan satu jari tengahnya ke dalam vagina Sally.

Ia gerakkan jarinya keluar masuk dengan perlahan. Tubuh Sally semakin menggeliat.

"Hajun-a....!" Ia sebut nama Hajun sambil mendesah saat Hajun masih menggerakkan jarinya di dalam vagina Sally sembari memainkan puting payudara Sally dengan lidahnya. Ia jilat dan ia putar-putar puting milik Sally.

Semakin lama, Hajun bisa merasakan bahwa vagina Sally semakin terasa basah. Hajun tak ingin Sally mencapai klimaks lebih dulu maka ia hentikan dan ia cabut jarinya.

Hajun membawa Sally ke atas tempat tidur.

Sally seakan mengerti apa yang Hajun pikirkan. Sally lalu berjongkok di depan Hajun di atas ranjang. Kini, di hadapan Sally, terlihat kejantanan milik Hajun sedang berdiri tegak.

Ia sentuh dan ia dapat merasakan, sekeras apa milik Hajun.

Sally memegangnya dengan lembut dan langsung Ia kulum milik Hajun. Ia gerakkan mulutnya maju dan mundur. Sesekali Ia jilat berputar di ujung kepala kejantanan Hajun.

"Ssshh... Aahh..." Kini Hajun yang mendesah karena merasakan kenikmatan yang diberikan Sally.

Setelah beberapa saat, Hajun melepaskan miliknya dari mulut Sally. Sally merebahkan tubuh Hajun di atas kasur lalu naik ke atas tubuh Hajun.

Sally mulai berusaha memasukkan kejantanan Hajun ke arah lubang vaginanya.

"Aaahhhhh...." Sally dan Hajun mendesah keras bersamaan saat kejantanan Hajun berhasil masuk ke dalam vaginanya.

Sally mulai bergerak naik dan turun dan Hajun meremas-remas payudara milik Sally. Bagi Hajun, inilah kali pertama Ia dapat melihat betapa seksi tubuh Sally.

Sally merendahkan tubuhnya dan berbisik kepada Hajun.

"Sekarang... Aku milikmu. Inilah hadiah ulang tahunku yang terbaik."

Setelah Hajun mendengarnya, Ia kemudian menggigit kecil telinga Sally.

"Ah!" Sally berteriak perlahan lalu mereka kembali bercumbu sambil tetap Sally bergerak naik dan turun dan bergoyang di atas tubuh Hajun.

Sungguh malam yang indah bagi mereka berdua.

Di sisi lain...

Seorang laki-laki terlihat berdiri di balik pintu kamar Sally dan melihat dengan jelas apa yang Sally dan Hajun lakukan. Seseorang yang bahkan kehadirannya tak mereka berdua sadari. Seseorang yang mampu masuk dengan bebas ke dalam apartemen Sally.

Tak lama, laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan apartemen Sally. Laki-laki itu hanya meninggalkan satu catatan kecil yang Ia tempelkan di bagian pintu kamar yang bertuliskan,

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪!"

- To Be Continued -


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C5
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión