Lucas menatapku seolah aku adalah seorang kriminal yang kejam. Sorot matanya merefleksasikan banyak sekali emosi, mulai dari amarah, sedih hingga kecewa. Tetapi kekecewaan yang lebih mendominasi.
"Apakah pembatasan diri yang kau maksud adalah menyingkirkan hubungan kita perlahan-lahan? Dimulai dengan menggantikan foto masa kecil kita dari bingkainya dengan kertas tanda tangan murahan?"
Dia tahu. Kini aku lah yang membisu. Dia mengerti dengan jelas apa yang ku lakukan tak serta merta menemukan selembar potret masa kecil saja. Tetapi lebih dari itu. Aku tahu bahwa tindakanku cukup salah, akan tetapi begitu mendengar ucapan Lucas, gelombang amarah mulai melingkupi isi kepala. Aku tak tahu asal kekuatan itu, semua berlalu secepat kedipan mata. Begitu sadar, ku dapati Lucas telah terjerembab di lantai sambil memegangi punggungnya. Ekspresi sarat akan kesakitan terpampang jelas di wajahnya.