Manik hazel Flower menggeliat penuh rasa muak. "Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni omong kosong Anda, Mr. Obsen." Bersamaan dengan itu langsung beranjak dari duduknya.
Wajah tampan langsung murka. "Jangan melampaui batasan Anda, Ms. Flow. Duduk!" Perintahnya.
--
Tanpa dapat membantah lagi, Flower mendudukkan kembali bokongnya pada kursi yang berada tepat di depan meja kebesaran CEO. Tatapan manik hazel masih saja berselimut rasa muak.
"Saya bukan penjahat, jaga tatapan Anda ada Ms. Flow!"
Bibir ranum tampak menyungging senyum smirk. "Tidak ada yang mengatakan Anda seperti itu. Lagi pula siapa yang berani melakukan hal tersebut, melakukan hal paling menjijikkan kepada lelaki terhormat seperti Anda, Mr. Obsen."
"Tidak saya sangka Anda mengakui bahwa saya ini lelaki terhormat. Yang barusan Anda katakan terdengar sangat menyenangkan, Ms. Flow."
Flower langsung mengumpat sumpah serapah. Di dalam hati terdalam tak henti-hentinya memaki lelaki paling menjijikkan tersebut. Akan tetapi, dihadapannya dia pun menunjukkan sikap sebaliknya. Bagaimana pun juga Flower harus bersikap manis supaya bisa segera enyah dari ruangan laknat tersebut.
Menghadapi mu dengan emosi sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Lelaki gila seperti mu tamak akan kehormatan dan juga sanjungan. Menyedihkan! Dasar lelaki gila hormat! makinya dalam hati.
Obsen tampak mencondongkan wajahnya ke depan, bersamaan dengan itu Flower langsung beringsut mundur. "Jaga sikap Anda! Jangan pernah melampaui batasan Anda, Mr. Obsen!"
Bibir kokoh tampak mengangkat sudut bibirnya. "Anda selalu saja bersikap penuh batasan. Jangan Anda lupakan Ms. Flow bahwa sepak terjang para model seperti Anda tidak pernah luput dari pantauan saya. Saya sangat tahu bahwa para model seperti kalian ini haus akan kemewahan sehingga dengan sukarela melemparkan tubuh ramping di antara lengan kekar. Sudah bukan rahasia umum lagi jika para model menjadi penghangat ranjang. Jadi, bagaimana kalau kita langsung menuju ke lantai paling atas, hum? Kita bisa saling memadu kasih, bercengkerama dengan keintiman, dan tentunya melambungkan melodi desahan." Beriringan dengan langkah kaki mendekat ke arah Flower.
Dengan lancangnya, Obsen menyandarkan bokongnya pada pelipis meja. Tatapannya tampak menelisik pada kancing kemeja yang telah membalut tubuh ramping Flower dengan penuh keanggunan. "Para model harus berpenampilan seksi dan juga menarik. Cara berpakaian mu ini kurang hot, sayang." Membuka 2 kancing teratas. "Nah, kalau begini kan cantik." Pujinya sembari mengurai senyum smirk.
Ditatapnya Flower sekilas beriringan dengan pergerakan jemari kekar yang hendak menyusup masuk di antara belahan. Sialnya, seketika itu juga dia merasakan rasa panas yang menjalari pipi sebelah kiri.
"Lancang! Beraninya kau!" Sebelah tangan sudah mengayun di udara hendak melayangkan tamparan balik. Akan tetapi, pergerakannya tertanggungkan oleh kata - kata sarkastik yang baru saja meluncur bebas dari bibir ranum. "Lelaki menyedihkan seperti Anda memang tidak sepantasnya mendapatkan penghormatan dari wanita. Sekali hina, akan tetap hina!" Bentaknya, bersamaan dengan itu mulai beranjak dari duduknya.
"Mau ke mana kau? Kita belum selesai bicara, duduk!"
Flower tampak menolehkan wajahnya, melempari lelaki tersebut dengan tatapan sinis. "Saya sudah memenuhi undangan Anda dengan datang ke sini sebagai rasa tanggung jawab saya atas kekacauan kemarin. Tetapi lihat sikap yang Anda tunjukkan. Sebagai seorang CEO seharusnya Anda memberi jalan keluar, bukan malah memanfaatkan keadaan dengan menekan para model untuk kepuasan ... " Flower sengaja menjeda kalimat dengan menguncikan tatapannya ke arah bawah. "Selangkangan Anda yang sangat menyedihkan itu." Ejeknya dengan sudut bibir sedikit terangkat ke atas.
"Kau!" Bersamaan dengan itu sebelah tangan kembali mengayun di udara hendak membelai hangat pipi putih mulus.
"Cih, memang tidak ada gunanya berbicara dengan otak selangkangan seperti Anda!" Beriringan dengan langkah lebar meninggalkan ruangan. Tak lupa dia pun membanting pintunya dengan sangat keras sehingga menimbulkan suara dentuman.
"Mempunyai senjata pamungkas sebesar biji nangka saja bangga." Makinya.
Bibir ranum tak henti-hentinya melayangkan makian atas hinaan yang baru saja dilemparkan Obsen padanya.
"Hai, kenapa terus menerus memaki? Memangnya apa yang dilakukan oleh Mr. Obsen, hah?" Karyl bertanya.
Wajah cantik menoleh, melempari Karyl dengan tatapan tajam mematikan. "Haruskan ku katakan padamu juga, hah?" Dadanya terlihat naik turun menahan amarah.
Lelaki tersebut pasti berulah lagi! Batin Karyl.
Tidak mau semakin menekan Flower dan membuat wanita tersebut frustasi, dia pun mencoba menenangkannya. "Bagaimana kalau kita ke restaurant pavorit dan menyantap sarapan bersama? Kita sudah lama sekali tidak melewatkan hal seperti itu."
Manik hazel tampak melirik sekilas. "Aku tidak bisa. Pagi ini aku harus pergi ke Gilbert Company."
Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran telah membuat mulut Karyl menganga lebar.
"Tutup mulut mu jika tidak ingin kecoa masuk!" Sinisnya.
"Shitttt, kasar sekali kau bicara."
Flower tidak membalasnya dengan kata-kata, wanita tersebut tengah melangkah lebar menuju mobil kesayangan. Sayangnya, pergerakannya dalam membuka pintu mobil telah dihentikan oleh Karyl. "Aku ikut!"
Tatapan Flower memicing seketika. "Ikut?"
Karyl mengangguk mantap.
Entah Flower setuju atau tidak, yang jelas wanita tersebut sudah mendudukkan bokongnya pada sisi kursi kemudi.
"Turun!" Bentak Flower.
"Please, ijinkan aku ikut dengan mu, Flow. Kali ini saja." Mohonnya dengan sangat.
"Apa kau tidak mendengar yang ku ucapkan, Karyl? TURUN!"
Dengan perasaan berat hati, Karyl mulai turun dari mobil hingga kakinya memijak lantai. Belum juga sempat beranjak dari sisi mobil, tubuhnya sudah di dorong dengan sangat kuat. "Minggir! Kau menghalangi jalanku."
"Jadi, kau benar-benar tidak mengijinkan ku ikut?" Tanyanya dengan berselimut kesedihan.
"Dasar bodoh! Tentu saja boleh. Ayo, masuklah!" Melemparkan kunci mobil.
Karyl langsung mengulas senyum bahagia. "Manis sekali." Mencubit gemas pipi Flower membuat sang pemilik mengaduh kesakitan. "Auch ... " rintihnya.
Ekor mata Karyl tampak melirik sekilas. "Tidak usah manja. Aku tahu seberapa keras aku mencubit mu. Dasar alay."
"Ish, kau ini. Cepat jalankan mobilnya!"
Saat ini mobil kesayangan melaju dengan kecepatan tinggi membelah pusat Kota London menuju tempat di mana lelaki yang paling dia benci duduk dengan gagahnya pada kursi kebesaran CEO.
"Kurangi kecepatan! Aku belum menikah, jangan membuatku tidak bisa menikmati kenikmatan Surga Dunia." Bentaknya.
"Cih, menikmati Surga Dunia. Aku sangat yakin bahwa kau seringkali melakukannya dengan-" seketika itu juga menghentikan kalimat ketika hampir saja keceplosan menyebutkan nama Jason.
Tatapan tajam mematikan tampak dilemparkan padanya. "Sorry ... " Lirih Karyl.
"Jangan pernah lagi menyebut nama menjijikkan itu dihadapanku. Apalagi nama si pelakor, Rose Gardenia!"
Ish, dasar dia ini. Dia memintaku untuk tidak menyebutkan namanya. Tapi lihat kelakuannya, dia sendiri yang menyebutkan namanya. Bisa - bisanya dia ini menjilat ludahnya sendiri. Dasar aneh! Makinya dalam hati.
🍁🍁🍁
Next chapter ...
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Darren. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!