Descargar la aplicación
97.05% Cinta Cowok Dingin / Chapter 33: Butut

Capítulo 33: Butut

Happy Reading

.

.

.

"Mereka kan sama aja kayak lo gak bisa bedain mana yang baik, mana yang buruk karena kalian cuman mandang fisik luarnya doang" jawab Agung membuat Fian tersenyum tipis.

"Eh kalo soal mandang fisik mah itu jelas-jelas elo kan" timbal Agung tak terima.

"Biarin tapi seenggaknya sebelum gue dekatin gue tau dia bukan cuman bagus fisiknya aja tapi sifatnya juga" balas Fatan sombong.

"Hah kalo emang lo kayak gitu kok bisa sih lo sampe ketipu sama Silvi anak SMA sebelah" ejek Agung.

"Eh ngapain lo bawa-bawa masa lalu?" tanya Fatan tak terima.

"Biar lo gak sok" jawab Agung tepat di depan muka Fatan.

"Wah wah wah ngajak ribut" kata Fatan sambil menggulung lengan bajunya.

"Berisik, pergi sana" usir Fian.

"Lo dengar kan pergi sana" kata Fatan pada Agung.

"Eh Fian nyuruh lo yang pergi bukan gue" balas Fatan seperti kucing dan tikus dengan Agung.

"Kalian berdua pergi" usir Fian.

"Eh" kaget Fatan dan Agung.

"Kok gue juga sih" keluh Fatan pada Fian.

"Gue mau tidur tapi gak bisa karena ada kalian, jadi sebaiknya kalian pergi aja" kata Fian yang berusaha sabar pada kedua sahabatnya itu.

"Ya udah deh besok kita kesini lagi" pamit Agung.

"Gak usah kalian pasti sibuk" kata Fian yang tidak mengharapkan kehadiran Agung dan Fatan.

"Gak papa besok kita kesini lagi buat nemanin lo" putus Fatan tak peka.

"Beneran gak usah" tolak Fian.

"Gak papa, gak usah sungkan lah kita kan sahabat" kukuh Fatan dengan serius membuat Fian ingin melempar wajahnya.

"Sudahlah terserah kalian, sekarang gue mau tidur jadi kalian silahkan pergi" pasrah Fian.

"Ya udah kita pergi" pamit Fatan dan Agung.

"Bye"

.

.

.

"Gimana kalo kita antar aja?" saran Dwi karena Milla yang sudah menunggu lama jemputannya yang tidak kunjung datang.

"Gak usah Wi ini jemputan gue udah di jalan" tolak Milla.

"Emang lo gak papa nunggu lama gini?" tanya Dwi khawatir.

"Gak papa Wi lagian nunggunya juga sambil duduk" Milla menenangkan Dwi.

"Hah ya udah deh biar gue temenin" kata Dwi sambil duduk di samping Milla.

"Gak usah kalian duluan aja, lagian kalian juga harus ngambil motor Briyan dulu di bengkel kan, nanti keburu tutup loh terus kalian pulangnya bakal ke sorean kalo nungguin gue dulu" tolak Milla karena tidak mau menyusahkan Dwi dan Briyan.

"Gak papa tadi gue udah nelpon orang bengkelnya" kata Briyan saat mendengar perkataan Milla.

"Tuh dengar kata Fian gak papa" sahut Dwi agar Milla tak terus menolak karena sebenarnya dia sangat khawatir kalo harus meninggalkan Milla sendirian, khawatir kalau dia dan Briyan meninggalkan Milla dan Milla malah pingsan lagi.

"Ya udah deh" pasrah Milla sambil bersandar di bahu Dwi dan mereka pun banyak bercerita sambil menunggu jemputan Milla.

.

.

.

Tin tin tin

"Eh tu jemputan lo datang" kata Dwi saat melihat mobil yang biasa mengantar jemput Milla mendekat kearah mereka.

"Oh iya, ya udah gue pulang dulu ya" pamit Milla pada Dwi dan Briyan.

"Iya hati-hati ya" sahut Dwi.

"Hati-hati" kata Briyan sedikit keras karena Milla yang sudah berjalan menjauhi mereka.

"Iya makasih ya" teriak Milla di ambang pintu mobilnya sambil melambaikan tangan yang di balas dengan Dwi dan Briyan.

"Kuy kita ambil motor butut lo" ajak Dwi sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Bisa gak pakek butut nya gak" protes Briyan sambil berjalan beriringan dengan Dwi.

"Lah emang kenapa kan emang butut" ejek Dwi tak mau mengalah.

"Eh itu tuh bukan butut tapi antik ANTIK" kata Briyan sambil menekankan kata antik.

"Masa sih tapi kok bagi gue cuman kelihatan motor butut aja gak ada antik antiknya" balas Dwi tak mau kalah.

"Ya mana bisa barang antik kayak lo liat barang antik yang di bawah elo" ejek Briyan.

"Sembarang gue di bilang antik" marah Dwi.

"Sini lo" teriak Dwi sambil mengejar Briyan yang sudah kabur duluan.

"Wkwkw tangkap gue kalo bisa" tantang Briyan.

"Awas lo kalo dapat" ancam Dwi dengan membawa-bawa sebongkah batu yang entah didapatnya dari mana.

.

.

.

#Bengkel#

"Akhirnya datang juga" kata montir bengkel itu yang sudah menunggu Briyan dan Dwi dari lama.

"Iya bang sorry ya lama" kata Briyan sambil menghampiri montir bengkel itu.

"Gak papa yang penting datang hehe" jawab montir itu cengengesan.

"Ya udah berapa semuanya bang?" tanya Briyan.

"Semuanya 6,5 juta bang" kata montir itu membuat Dwi melongo.

"Oke tapi saya gak ada uang cash segitu banyak gimana kalo saya transfer" tawar Fian.

"Oke oke boleh bang, ini nomor rekening saya" kata montir itu sambil memperhatikan hpnya.

"Oke sudah ya" kata Briyan setelahnya.

"Oh iya udah masuk makasih bang" girang montir bengkel itu.

"Wi lo mau bawak motor apa bajaynya?" tanya Briyan yang sudah berada di depan Dwi lagi.

"Lo gila ya baikin motor gitu aja abis 6,5 juta" kata Dwi sambil berbisik-bisik agar montir bengkel itu tidak dengar.

"Itu udah murah kali" kata Briyan.

"Murah?" tanya Dwi tak paham.

"Namanya juga ganti mesin apa lagi mesin motor ini udah susah nyarinya jadi wajar kalo mahal" terang Briyan karena Dwi tak paham.

"Sayang banget duitnya mending beli baru" omel Dwi seperti orang yang mengeluarkan uang.

"Haha udahlah lo gak bakal paham, sekarang lo pilih mau pakek yang mana" kata Briyan gemas sambil mengusap-usap kepala Dwi.

"Motor aja deh gue gak bisa bawa bajay" kata Dwi yang langsung turun dari bajay Briyan.

"Oke deh nih kuncinya" Briyan melempar kunci motornya ke Dwi.

"Jadi kita ke rumah lo dulu kan?" tanya Dwi memastikan.

"Iya antar motor nanti dari rumah gue baru gue antar lo pulang" terang Briyan yang sudah duduk manis di dalam bajaynya.

"Oke deh kalo gitu siapa yang sampe duluan traktir makan sepuasnya besok" teriak Dwi curang karena dia yang mencuri start duluan meninggalkan Briyan yang bahkan belum menghidupkan mesin bajaynya.

"Curang woi" Briyan meneriaki Dwi yang sudah jauh.

"Hais" desisnya yang langsung menghidupkan bajaynya dan langsung tancap gas mengejar Dwi.

"Gue duluan" teriak Briyan dari dalam bajay saat berhasil menyalip Dwi.

"Hais tunggu aja" kesal Dwi yang langsung menarik kuat gasnya.

"Wekkk gue duluan" teriak Dwi yang langsung melaju meninggalkan Briyan di belakang.

"Haha mau lo ngebut ninggalin gue juga kalo salah jalan percumah" teriak Briyan senang karena melihat Dwi yang salah jalan.

"Hais ini dimana?"

.

.

.

TBC...


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C33
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión