Happy Reading
.
.
.
"Jadi dia pergi tanpa pamit?" tanya Fatan iba.
"Iya" jawab Fian.
"Hah dan selama ini lo masih suka sama dia?" tanya Agung tak habis pikir.
"Dari dulu gak pernah berubah" jawab Fian membuat orang terkagum-kagum akan kesetiaannya, memang benar kata orang kalau cowok cuek yang tidak pernah mau jatuh cinta kalau sudah terlanjur jatuh cinta pasti orang yang dicintainya itu sangat beruntung.
Prok prok prok
"Gila sih setia banget lo" kagum Fatan sambil bertepuk tangan yang di ikuti oleh Agung.
"Hah gue cuman gak bisa ngeliat cewek lain" jawab Fian dengan nafas berat.
"Kalo lo segitu sukanya kenapa lo pura-pura gak kenal sama dia?" tanya Fatan semakin heran dengan kelakuan Fian.
"Tadinya gue cuman mau bikin dia tau rasanya dilupain karena dia pergi gak bilang-bilang ke gue dan gue senang banget waktu ngeliat dia sedih karena gue gak ingat dia, yang artinya dia masih ada rasa buat gue dan itu buat gue pengen bilang jujur sama dia kalo gue gak pernah lupain dia, tapi gue tau selama nyokap gue masih ada hubungan gue sama Dwi gak mungkin baik-baik aja apa lagi dia sekarang malah suka sama Dila dan itu buat gue bingung" cerita Fian dengan ekspresi berubah rubah dari sedih menjadi senang dan sedih kembali.
"Kenapa bingung lo kan gak suka sama Dila" jawab Fatan saat mendengar Fian bingung padahal dia jelas-jelas cintanya sama Dwi kenapa juga harus bingung.
"Tapi nyokap gue gimana?" tanya Fian frustasi.
"Emang kenapa nyokap lo? lagian selama ini juga lo selalu nentang kemauan nyokap lo kan" jawab Agung bergantian dengan Fatan.
"Tapi ini beda kalo gue nentang dia, dia bisa-bisa bakal nyakitin Dwi" kata Fian dengan raut wajah khawatir.
"Gue gak mau nyokap gue buat Dwi dalam bahaya" lanjut Fian sedih.
"Ha terus lo mau lepasin Dwi?" tanya Agung.
"Gue gak tau" jawab Fian pasrah.
"Lo rela liat Dwi sama yang lain?" tanya Agung lagi.
"Gue gak sanggup liatnya" jawab Fian yang sudah meneteskan air mata.
"Kalo gitu lo jangan mundur" kata Fatan sedikit kesal dengan keberanian Fian yang tiba-tiba menciut.
"Lo tau gak kemarin waktu gue di keroyok Dwi yang nolong gue dan bawa gue ke rumah sakit tapi waktu nyokap gue liat Dwi bukannya terimakasih sama Dwi karena udah nolongin gue, nyokap gue malah nampar dan buat malu dia di depan banyak orang" cerita Fian tiba-tiba berharap agar teman-temannya mengerti kondisi dia saat ini.
"Hah gue heran sama nyokap lo, bukannya Dwi anak orang kaya ya lebih kaya lagi dari pada Dila tapi kenapa dia gak suka sama Dwi dan malah milih Dila" kata Agung yang mengetahui sifat Mama Fian yang sangat mencintai uang.
"Bener juga" kata Fatan yang ikut terheran-heran.
"Gue juga gak tau, dulu gue udah nyoba nanya sama nyokap gue tapi dia malah histeris dan nyuruh gue ngelupain Dwi" cerita Fian yang tidak tau juga jalan pikiran Mamanya.
Too tok tok
"Masuk" sahut Fian.
"Hai" sapa Dila diambang pintu.
"Ngapain lo kesini?" sahut Fian yang sudah kesal hanya dengan melihat wajah Dila.
"Boleh gue masuk?" tanya Dila sambil berjalan mendekati Fian.
"Gak perlu izin lo juga udah masuk kan" jawab Fian dingin.
"Eh liat deh gue bawa apa" Dila pura-pura tidak mendengar perkataan Fian tadi.
"Sebenarnya lo ngapain kesini?" tanya Fian lagi dengan nada yang semakin sinis.
"Jenguk lo lah ngapain lagi" jawab Dila sambil menyibukkan diri dengan merangkai karangan bunga yang di bawanya ke dalam vas bunga.
"Jadi kalian bolos kesini?" tanya Dila pada Fatan dan Agung.
"Seperti yang lo liat" jawab Fatan santai.
"Kalian tau kan kalo tadi ada kuis?" tanya Dila heran karena mereka malah memilih bolos dan tidak mendapatkan nilai.
"Ya" jawab Agung malas.
"Kalian gak senang ya gue datang?" tanya Dila dengan nada sedih yang di buat-buat.
"Kalo lo tau sebaiknya cepat pergi" usir Fian kejam.
"Lo kok gitu sih, gue kesini mau jenguk lo biar lo gak bosan dan kesepian di sini" kata Dila dengan nada suara yang dibuat menyedihkan.
"Gak usah drama deh lo, Lo gak liat gue disini gak sendirian jadi dari sisi mana gue keliatan kesepian?" tanya Fian mulai muak.
"Udah sebaiknya lo cepat pergi dari sini dan bawa juga bunga lo gue alergi bunga" usir Fian yang sudah benar-benar muak.
"Tapi-" kata Dila di potong Fian.
"Pergi" usir Fian.
"Ha ya udah gue pergi dulu ya besok gue kesini lagi" kata Dila tak tau malu dan langsung berjalan pergi dari ruangan itu.
"Gak usah datang lagi" teriak Fian yang pasti masih bisa di dengar Dila.
"Hah dasar gila" kata Fian emosi.
"Haha kayaknya dia benar-benar suka deh sama elo" kekeh Agung saat melihat Fian yang stress menghadapi Dila.
"Kalo kayak gini bakal makin susah" kata Fatan tiba-tiba.
"Makin susah kenapa?" tanya Agung.
"Ya gimana gak susah kalo Dila benar-benar suka sama dia (nunjuk Fian) dan dia dapat dukungan penuh dari nyokap Fian pasti dong bakal makin susah buat hubungan Fian dan Dwi, apa lagi kalo gue liat Dila itu tipe-tipe cewek yang bisa gunain semua cara buat dapatin yang dia mau" terang Fatan yang sudah sangat hafal dengan watak wanita.
"Tapi menurut gue Dila kelihatan baik kok" jawab Agung karena tidak melihat keganjalan dalam diri Dila.
"Hah lo tau gak kenapa gue bisa dekatin semua anak cewek di sekolah tapi gue gak pernah mau dekatin Dila?" tanya Fatan tiba-tiba membuat Agung bingung.
"Ya karena Dila ketinggian buat lo" jawab Agung asal.
"Enak aja" kesal Fatan karena Agung malah menganggap remeh dirinya.
"Hahah terus kenapa?" tanya Agung.
"Karena dia tipe cewek yang bisa ngehalalin segala cara buat dapatin yang dia mau dan kalo gue dapat cewek kayak gitu yang pasti gue bakal susah lepasinnya kalo gitu kan repot" kata Fatan menjelaskan.
"Masa sih Dila gitu?" tanya Agung masih tak percaya.
"Dia emang kayak gitu" sahut Fian tiba-tiba.
"Lo tau darimana?" tanya Agung tak mau percaya pada Fian yang bahkan tidak mengenal wanita.
"Gue tau karena gue pinter nilai orang gak kayak lo" jawab Fian seenaknya.
"Bangsat lo" kesal Agung yang merasa diremehkan.
"Hahahaha" Fatan tertawa senang karena melihat Agung yang ternistakan.
"Eh kalo emang dia seperti yang kalian bilang gak mungkin kan anak-anak kelas kita gak ada yang tau" protes Agung masih tidak mau kalah.
.
.
.
TBC...