Seberapa tegar hatiku mencoba untuk bertahan dan mempertahankan,namun keretakan ini tak bisa kuhindari ya Allah.Serangkaian kejadian membumbung membuatku limbung,sulit sembuh bahkan terluka teramat pedih.Jika hati ini kau takdirkan kosong,maka biarkan kesedihan ini berlalu dan terlupa.Namun jika ada obat dari rasa sakit ini,kumohon...hadirkan penawar terbaik dari rasa sakit ini Ya Rabb.~ayana.
Ayana membuka matanya,entah sudah berapa lama ia tertidur setelah diberikan obat.Serangkaian kejadian lama terus berputar dikepalanya,sampai yang terjadi diruang rawatnya.Akhirnya,....pernikahan yang mati matian ia pertahankan tanpa perasaan sudah berakhir.
Ia memegang kepalanya yang kembali berdenyut.
"kamu sudah bangun....?"
"Kak Ammar..." Ayana berusaha bangun dari posisinya,namun ia kesulitan melakukannya.
"jangan dipaksa,kamu berbaring saja.Dokter akan visit sebentar lagi,seharian semalam kamu tidak bangun.Kakak khawatir,tapi dokter bilang kamu hanya tidur karna kelelahan."
Ayana tertegun,Ah...ia ternyata tidak bangun Semalam.Dan kata kata perceraian itu kembali berdengung ditelinganya.
"Assalamualaikum Ayana.... " pandangan keduanya tertuju pada sosok lelaki yang masuk kedalam ruangan membawa beberapa bingkisan juga bucket bunga mawar.
"wa'alaikumusallam,....."
"Mas Athalla... " Ayana membulatkan mata tak percaya melihat lelaki yang dulu menjadi bosnya.
Dan tak lama juga safa dan Axel masuk kedalam ruangan untuk visit,Mereka menatap pada sosok lelaki lain yang tak Pernah mereka lihat sebelumnya.
"Kamu sudah baikan Ay... "
"Sudah Dokter, hanya kepala Ayana masih sedikit sakit... "
Axel memeriksa kondisinya,sesekali ia menatap lelaki asing yang membawa bingkisan dan bucket bunga.
Sungguh, sikap Axel sangat kentara jika ia terganggu dengan kehadiran lelaki itu.Wajahnya langsung ditekuk saat melihat Ayana tersenyum seperti sekarang.
"Aku dengar dari Ameli dan santi jika kamu mengalami kecelakaan, maaf aku baru bisa jenguk kamu.... "
"iya, tidak apa apa mas..."
"Mas...??" sungguh Axel tidak bisa mengontrol mimik wajah dan juga emosinya. ia mengernyit bingung kala Ayana memanggil lelaki itu dengan Panggilan itu
"Axel.... " safa menyenggol bahu sahabatnya itu, wajahnya sangat tidak enak untuk dilihat. Lelaki ini cemburu atau bagaimana.
"Ah... dokter axel, dokter safa, kenalin ini Mas Athalla dia mantan bos saya dulu..."
Axel mengangguk paham, ia berdehem kecil untuk menghilangkan rasa canggung dan perasaan cemburu yang hadir tanpa ia duga.Aduh,Axel kamu kenapa sih.. .
"Istri mas Athalla enggak Ikut? Maaf Ayana enggak bisa datang ke Acaranya Mas Atha.. ."
"Dia sedang ada keperluan jadi tidak bisa ikut. iya aku mengerti... "
"ini Buat kamu.... " Athalla menyodorkan bucket bunga kearah Ayana, dan semua itu masih dalam pantauan Axel. Ia sengaja memperlambat memeriksa keadaan Ayana untuk mengetahui dialog apa saja yang akan mereka bahas.
"Masih saja.... "
"Apa? "
"memberiku bunga. Gimana kalau istri Mas tau, bisa disangka pelakor ayana.... " wanita itu tersenyum kecil, dan Axel tidak suka senyuman itu.
"Dari dulu aku memang suka memberimu bunga,.... "Ayana mengangguk,... Ingatannya terpatri pada acara lamarannya.Ia pikir laki laki ini yang akan melamarnya, tapi ternyata bukan. Dan malam itu menjadi malam awal hingga semuanya begini, Tampak senyuman pilu langsung menghiasi wajah cantiknya.
"Dimana suami mu ? Kenapa aku tidak melihatnya.... " pertanyaan itu sebenarnya sangat dihindari mengingat kondisinya, tapi Ayana juga tidak mau terus menyembunyikan perasaannya.Ia lelah berpura pura baik baik saja.
"Ayana memutuskan berpisah... " suara itu hampir tidak terdengar, ada luapan rasa yang sulit ia jabarkan.
"hah.!! Berpisah,? Maksud kamu...? "
"Mas Dika menceraikan Ayana semalam, Dia tidak butuh seorang istri yang gila dan cacat... " jawabnya dengan sangat pelan,... Ia bahkan lupa bahwa disana masih ada Dokter Axel dan Safa.
Tampak raut wajah Athalla menunjukan sikap kaget luar biasa. Selama ini ia mati matian membuang perasaannya pada wanita dihadapannya, ia berharap wanita ini bahagia. Tapi kenyataannya,
"Ayana, saya sudah katakan kamu tidak gila, kamu hanya merasa tertekan, kamu juga tidak cacat permanen, kamu masih bisa berjalan normal. Sudah berapa kali saya tegaskan... " Ayana menoleh kearah Axel yang bicara dengan nada penuh penekanan.Bolehkah dia meminta pada pencipta satu saja lelaki seperti itu,....
"Siapa orang yang rela menghambur hamburkan uang hanya untuk mengurus orang cacat.... "
"Astaghfirullah Aya, istighfar sayang...." Ammar mendekati sang Adik, ia merasa Ayana tidak pernah berkata dengan kalimat begitu, Adiknya tak pernah seputus asa ini.Ia memeluk adiknya tiba tiba, merasa gagal melindungi adik kecilnya.
Ayana menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, ia melepas pelukan sang kakak.
"Ayana, apa kamu lupa bahwa Allah selalu bersama orang orang yang sabar.. .."Ayana menatap kearah Axel selama tiga detik, "Apakah kamu lupa bahwa hadiah untuk orang yang sabar itu adalah surga..."
Hening. Masih tidak ada respon apapun dari Ayana, wanita itu seperti mencerna setiap kata yang diucapkan Axel.Bahkan Athalla merasa sedikit kasian dengan semua yang menimpa wanita yang pernah ingin ia lamar.
Siapapun tahu bagaimana hancurnya perasaan Ayana,menikah tanpa perasaan,menjalaninya dengan penuh beban, menikam kesedihan sendiri,Ia bahkan menerima segala kekurangan suaminya menutupinya dengan berpura pura bahagia.Namun akhirnya ia menjadi begini,mengalami kecelakaan depresi hingga tidak bisa berjalan. Ia masih dihadapkan dengan kenyataan bahwa suami yang seharusnya berada disisinya juga pergi meninggalkannya.
Itu beban terberat, Dan Axel salut karena wanita bernama Ayana ini mampu melaluinya dengan amat tenang, tak terusik meski perlahan hatinya terkikis.
"Ayana tidak lupa, ...Itu kenapa Aya selalu menahan diri, karena Ayana yakin ada rencana indah yang telah Allah siapkan.. ."
Meski wanita itu tersenyum namun raut kesedihan diwajahnya masih tampak, Matanya masih berembun meski tak lagi meneteskan airmata.
"Saya malah khawatir kalau kamu menahan diri, itu tidak baik untuk kondisi mental kamu. Kamu bisa meluapkannya,...pada siapa pun asal jangan menyakiti diri sendiri.. .."
Athalla melihat ada gurat kesungguhan diwajah Dokter yang menangani Ayana, ia tidak tahu apa.Tapi ia merasa Dokter inilah yang kiranya mengerti segala sesuatu yang Ayana rasakan. Itu jika ia tidak salah tangkap, feelling nya terkadang benar.
"La tahzan.. .." Ucap Axel.
Ayana tersenyum meskipun getir,tidak lama senyum itu berubah menjadi tangis senduh yang menyeruak keseluruh ruangan. Ammar kaget dengan respon sang adik,ia hendak membujuk namun Axel melarangnya.
"biarkan dia. Dia butuh meluapkan segalanya agar tidak terlalu tertekan.. .."
Ammar mengangguk paham,wanita yang hancur hatinya itu menangis meluapkan segalanya.Ia tidak peduli jika disana masih ada Dua dokter, kakak ataupun mantan bosnya.
Ia hanya berusaha membuat sesak didadanya berkurang,.. .seperti yang Axel katakan ia tidak perlu menahannya lagi sekarang.
Ya Allah hati hamba sakit, tidak tahu mengapa. Meski hamba tidak pernah mencintainya,rasanya sangat hancur ketika kata talak itu terucap.Hamba tidak pernah merasakan apapun bersamanya, tapi sungguh,.. .hamba benci perpisahan ini, rasa pedihnya begitu menyesakkan dada.
Allah,.. .kuatkan aku, tuntun aku,beri aku kelapangan dada untuk bisa mengurus putri kecilku,... .beri aku kekuatan ya Allah....
"sudah merasa lebih baik.. .." Ayana menatap kesekelilingnya, Ah...dia menangis dihadapan semua orang. Terutama Dokter Axel juga mantan bos nya.
"sudah Dokter.. .."
"Saya lebih suka kamu mengeluarkan semuanya...,dengan begitu hati kamu tidak Sesak dengan masalah masalah dunia yang bahkan membuat kamu lupa bahwa Sejatinya Allah selalu bersama Kita.. ."
Dan Athalla akui lelaki yang mengaku dokter ini terlalu bijak dan pengertian dengan kondisi ayana.Lihatlah bagaimana senyuman tulus itu kembali menghiasi wajah sembap yang baru saja selesai menangis.
"aku yakin kamu bisa menemukan pengganti yang lebih baik dari Dika, Sosok lelaki yang bisa jadi imam juga Ayah untuk putrimu. Allah tidak mencoba hambanya lewat batas kemampuan,maka bersabarlah Ayana.. ."
"ehm. Makasih mas Athalla sudah menyempatkan waktu buat menjenguk..."
"tidak masalah. Jika kamu butuh pekerjaan setelah sembuh, perusahaan terbuka lebar untukmu.. .."
Ayana tertawa, dan lagi.. .Axel terhipnotis dengan tawa itu. Ekspresi itu yang ia tunggu sejak lama, dan wanita itu kini tertawa karena ulah lelaki lain.. ..
Aishh.. ..
"Saya tinggal dulu, kondisinya jauh lebih baik. Menunggu hasil tes berikutnya jika tidak ada masalah kemungkinan Sudah boleh pulang...."
"Terima kasih pak dokter.. .."
Axel Memberengut kesal,apakah wajahnya setua itu hingga Ayana memanggilnya bapak. Safa bahkan sampai ingin menyemburkan tawa melihat raut merajuk sahabatnya.
"panggil Dokter Axel saja, saya belum terlalu tua Ayana...."
"Benarkah? Dokter huda bilang usia Dokter sudah hampir kepala tiga, cocok juga dong dipanggil Bapak..." celotehnya tanpa filter,...sekalinya bicara kenapa wanita ini jadi menggemaskan begini.Axel sampai kikuk sendiri karena disana ada orang lain yang mendengarnya. lagian apa apaan si Huda itu, kenapa juga pake membicarakan usianya, kapan mereka bercerita.
"Ayana...."
"Assalamualaikum pak Dokter.. ." ucap wanita itu malah memberikan Axel salam mengingat laki laki itu akan keluar.
Sungguh sangat manis, sampai rasanya Axel tidak bisa marah atau menolaknya.Karena ia suka, wanita itu kembali ceria sebagaimana mestinya. Ya meskipun harus memperjelas usianya, hah tidak masalah.
"ehm.Wa'alaikumusallam Ay.. ."
Dengan begitu Axel dan Safa meninggalkan ruang rawat itu menyisakan ammar dan Athalla.Meski Axel tidak menyukai kehadiran lelaki yang mengaku mantan bos wanita itu tapi biarlah, senyum Ayana dan guarauannya tadi sudah menjadi obat cemburu dan candunya.
"jangan sampai keluar dari ruangan Ayana kamu senyum senyum sendiri xel... "
"hm. maksud kamu..? " safa menggeleng heran, belum sampai tiga detik lelaki itu sudah tersenyum sendiri sambil berjalan menyusuri setiap lorong untuk menuju ruangannya.
"Dia baru ditalak.Kamu jangan terlalu terburu buru... "
"Saya tahu. Saya hanya senang melihatnya... "
"Awas loh zina pikiran...." dan sejak kapan safa menjadi begitu puitis memberinya ultimatum. Ah... benar, saya jadi sering sering memikirkannya. Sepertinya saya harus segera meminangnya setelah semua urusan perceraiannya selesai.
Maafkan saya ya Allah,....
Tapi sungguh hati saya sedang bahagia sekarang.
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña