Sepeminum teh kemudian, ketiganya sudah tiba di sebuah ruangan yang lebih besar. Sepertinya itu adalah ruang tamu. Keadaan di ruang tamu tersebut sama dengan keadaan di ruangan lain.
Kotor, tidak terawat, bau apek dan menyeramkan.
Di ruangan itu, ada beberapa bangku dan meja yang berserakan di setiap sudut. Bangku dan meja itu sudah patah. Malah sebagian ada yang tidak karuan lagi bentuknya.
Di sisi kanan dan kiri ruang tamu, ada beberapa pintu. Entah, apakah pintu itu terkunci atau tidak. Yang jelas sedikit mencurigakan.
Eyang Wijaya Kusuma berhenti sejenak ketika posisinya sudah berada di tengah ruangan. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu akan segera terjadi.
Sebagai tokoh kelas atas, apalagi dia sudah menempati posisi sebagai salah satu dari Empat Datuk Dunia Persilatan, rasanya tidak aneh kalau seluruh tubuhnya sangat peka terhadap segala sesuatu.
Apalagi sesuatu itu menyangkut mati hidup dirinya.