Descargar la aplicación
3.06% Sleep Tight, Honey / Chapter 12: Gelagat Aneh Night

Capítulo 12: Gelagat Aneh Night

Cukup sulit bagi Honey untuk dapat meninggalkan pesta tadi. Seperti yang sudah diduga, teman-temannya malah lebih bersenang-senang saat malam kian menjelang. Mereka menolak untuk pulang. Bahkan mereka mengajak Honey untuk bergabung dengan mereka, bersama dengan teman-teman pria yang tadi.

Pada akhirnya Honey memilih untuk tak ambil pusing. Dia pikir ini memang kesempatan yang jarang baginya untuk dapat bersenang-senang. Sehingga masa bodoh dulu dengan sang vampir yang menunggunya di rumah. Toh kalau memang nanti mahluk itu tidak tahan, ia mungkin juga akan memanggil Denara dengan kemampuannya mengirim intuisi, bukan?

Dan untungnya Night memang tidak pernah mengganggunya. Bahkan hingga akhirnya mereka meninggalkan pesta di jam empat pagi. Di mana dirinya diantar oleh Ariel yang memang tidak minum setetespun selama pesta berlangsung.

Dengan langkah sempoyongan ia memasuki rumahnya itu. Tampak kaget karena kondisinya begitu gelap dan dingin.

'Apa mahluk itu belum pulang? Atau… siapa tahu dia akhirnya memutuskan untuk pergi?'

Sedikit susah payah Honey berusaha meraba-raba dinding untuk mencari sakelar lampu. Sedikit kesusahan karena terlalu gelap. Namun belum sempat menemukannya, tiba-tiba saja seluruh lampu menyala. Membuat seisi ruangan langsung terang benderang.

Di saat itulah Honey melihat sosok Night lagi. Duduk dengan santai di sebuah sofa sambil balas menatapnya. Tatapan pria itu terlihat dinging di atas sebuah masker yang menempel di wajahnya.

"Aneh sekali pakai masker di rumah. Omong-omong kenapa kau diam saja? Lampunya juga kenapa tak dinyalakan?"

Gadis itu mengatakannya dengan cuek. Ia malah terus berjalan ke arah dapur sambil melepas kedua sepatunya di tengah ruang tamu. Tas sandangnya pun di lemparkan begitu saja ke atas salah satu sofa yang dipenuhi oleh tumpukan pakaian dan beberapa majalah.

"Dasar manusia yang kotor," komentar Night sambil geleng-geleng kepala. Matanya terus mengikuti setiap pergerakan Honey yang kini sudah kembali ke ruang tengah dengan sebotol air minum di tangannya.

"Jadi kau masih di sini? Kukira karena rumah ini tadi terkesan kosong, kupikir kau sudah pergi. Apalagi hari ini kau tidak pernah menggangguku dengan bisikan-bisikan hati yang aneh itu."

Gadis itu mendudukkan dirinya di depan Night. Gadis itu menenggak seluruh cairan di botol ke dalam mulutnya sambil memperhatikan sang vampir. Mengernyitkan dahinya.

"Tapi kenapa kau memakai masker di dalam rumah? Kau terlihat semakin menyeramkan tahu."

"Aku hanya mencoba untuk meredam baunya. Karena aku sendiri merasakan tak nyaman."

"Bau apa?" tanya Honey heran sambil ikut mengendus-endus sekitar. Tapi tak ada yang didapatkan. Ia tak menangkap jenis aroma yang aneh di sekitar sini.

"Baguslah kalau kau tak menciumnya, berarti kain ini berhasil meredamnya. Namun berbeda denganku yang memiliki penciuman yang tajam. Rasanya sangat bau dan tidak nyaman."

"Memangnya apa yang berbau? Aku tak mengerti."

"Makananku hari ini. Darah dari seorang gadis perawan."

Honey tersedak. Nyaris menyemburkan kembali minuman tadi. Ditatapnya mahluk itu dengan tak percaya. Berharap ia bercanda.

"Jangan menatapku begitu. Manusia dan vampir sama sekali tak berbeda. Kalian kan juga memangsa hewan-hewan yang lebih lemah daripada kalian seperti sapi dan ayam. Sama halnya dengan kami, yang lebih kuat daripada kalian."

Honey mendengus. Tak tahu harus bilang apa. Sebenarnya tentu saja dia tak peduli dengan ucapan vampir yang dengan mudahnya melabeli manusia sebagai mangsa. Tapi kembali dia tak berhak bicara. Sekarang saja dia sudah mujur mahluk itu tak ikut memangsa dirinya.

Untuk sejenak keheningan kembali tercipta di antara mereka. Honey tampak masih sibuk menghabiskan air di tangannya, sementara Night hanya memperhatikannya tanpa kata. Sesuatu tampaknya mulai terlintas di benak sang vampir.

"Hei, perawan berdarah pucat. Dapatkan aku bertanya padamu?" Suara berat Night akhirnya memecahkan kesenyapan di ruangan itu.

"Siapa yang kau panggil begitu? Aku punya nama, tahu. Panggil gue dengan bener!" sembur Honey semakin sebal. Nyaris saja dia melepar botol di tangannya ke kepala mahluk itu karena saking kesalnya. Dia tak peduli kalau nanti si vampir akan pingsan atau bahkan tertidur lagi karenanya.

Perawan berdarah pucat. Siapa yang mau dipanggil begitu?

"Setiap ucapan pangeran adalah sebuah perintah. Kau manusia rendahan wajib mengikutinya…" kata Night kembali dengan hobinya mengeluarkan pepatah tak masuk akal.

"Enak saja menyebutku begitu. Hey, bukankah kau bilang tidak mengingat dirimu. Bisa-bisanya malah mengaku sebagai pangeran." Honey mendengus tak senang. "Awas ya. Jangan panggil aku begitu lagi. Aku ini punya nama. Honey. Nama secantik itu jangan diubah-ubah. Karena kalau tidak, aku janji tidak akan meladenimu bicara!" ucapnya mengancam sambil mengancungkan tangan.

Night sedikit gentar juga mendengar ucapan itu. Sebenarnya walau Honey cenderung tak berdaya begitu berhadapan dengannya, namun setiap kali gadis itu marah atau mengomel Night sedikit takut juga. Ia sendiri tidak yakin apa alasannya. Padahal walau tak ingat, Night merasa kalau dirinya adalah vampir yang tangguh dan ditakuti bahkan oleh mahluk sebangsanya.

"Aku mau bertanya, Miss Honey," ucap Night akhirnya walau dengan nada sedikit lunak.

"Memang kau mau bertanya apa?"

"Ini soal—"

"Stop." Honey malah kembali memotong ucapannya. "Setelah kupikir-pikir sepertinya aku menolak untuk membantu. Aku baru ingat kalau kita berakhir di sini karena aku membantumu membuka peti menyeramkan itu. Gimana kalau hal aneh terjadi lagi kalau aku membantumu lagi."

Giliran wajah Night yang tampak sebal. "Mengingkari janji adalah salah satu dosa terbesar. Di dunia kami, seorang pendusta bisa dipotong lidahnya—"

"Aku tak peduli. Toh, ini kan duniaku bukan duniamu. Ini dunia manusia, Mr. Vampire."

Honey meletakkan botol mineral tadi di atas meja, bangkit dari tempat duduk, lalu segera beranjak untuk memasuki kamarnya. Mengabaikan Night yang masih menunggu jawaban darinya.

"Hey, kau benar-benar berniat pergi. Bukankah tak seharusnya kau memperlakukan seseorang begini?" tanya si vampir yang tahu-tahu sudah berada di depannya lagi.

Gadis itu berdecak. "Minggir. Aku mau tidur."

Night meraih tangannya. Lalu setelah membuka masker di mulutnya, mahluk itu berkata, "Ayolah. Aku benar-benar membutuhkan saran sekarang, sementara hanya kau sendiri yang bisa kutanyai—"

Nada bicara Night menggantung, ketika ekspresinya berubah serius. Tentu saja hal itu membuat Honey ikut terdiam. Ia keheranan karena sang vampir mendadak mengeluarkan ekspresi yang tak biasa.

"Kenapa sih? Ada apa dengan ekspresi aneh di wajahmu itu—"

"Tunggu. Jangan bergerak!"

Wajah Night terlihat lebih serius. Malah kini dengan lancang ia lebih mendekati Honey. Bertingkah aneh seperti tengah mengendusi dirinya. Tentu saja membuat Honey ngeri karena membuatnya mengingat lagi mimpi buruknya waktu itu. Bagaimana kalau naluri pemangsa mahluk ini muncul dan menargetkannya?

"K-Kau ini sedang apa?"

***


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
Putri_Andina_7944 Putri_Andina_7944

Creation is hard, cheer me up!

Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C12
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión