Meskipun kesal, Moa tetap bersyukur karena pria yang menyebalkan itu ternyata masih peduli padanya. Setelah sang security membawa Moa memasuki gedung, dan memintanya untuk duduk di lobi gedung yang dilengkapi dengan penghangat, pria itu juga memberikannya secangkir teh panas, sebelum ikut duduk—menemani Moa berbincang sejenak. Beberapa kali Moa mengamati jam di tangannya. Sudah nyaris pukul 8 malam waktu New York. Gadis itu mendesah. Menggerakkan kedua kakinya menghentak pelan lantai—bergantian. Hal yang biasa Moa lakukan saat bosan menunggu. Di mana taxi yang sudah di pesannya? Kenapa belum juga muncul. Padahal biasanya ia bisa dengan mudah menemukan alat transportasi bernama taxi tersebut.
Suara langkah kaki, membuat Moa mengangkat kepala, lalu menoleh ke arah datangnya suara. Dilihatnya, Noel yang sedang berjalan terseok ke arahnya. Moa sudah nyaris berdiri--berniat membantu Noel yang terlihat kesulitan berjalan, sebelum ucapan sang security terdengar.