Descargar la aplicación
1.04% Biarkan Cinta Memilih / Chapter 3: Dua

Capítulo 3: Dua

"Kalian jaga diri baik-baik, ya. Jaga kesehatan dan jangan berantem. Kalian harus saling jaga." petuah Helen sebelum berangkat ke Bandung.

Salsha dan Aldi saling tatap. Ada rasa tak rela saat ia harus ditinggalkan oleh Helen. Pasalnya ini kali pertama ia jauh dari Helen. Sementara Aldi hanya menampilkan raut datar. Sedikit sudah bisa menerima kenyataan jika ia harus tinggal bersama gadis manja seperti Salsha. Meskipun sebenarnya ia tak rela.

"Iya, Tante. Tante tenang aja. Aldi bakal jaga Salsha dengan baik. Tante nggak usah khawatir." ucap Aldi penuh tanggungjawab.

"Cih, caper banget." gumam Salsha

"Tuh dengar, Salsha. Aldi itu baik dan bertanggung jawab. Kamu pasti dijagain sama dia." Helen ikut-ikutan membela Aldi membuat Salsha mendengus kesal, "Mama berangkat, yaa."

Salsha memeluk Helen erat. Ada perasaan sedih yang mendalam saat akan ditinggalkan oleh Helen. Tak berapa lama, Salsha melepas pelukan itu. Ia menatap Helen dalam, "Trus Salsha gimana disini."

"Ada Aldi, sayang. Cuma tiga bulan kok." Helen tersenyum. Meyakinkan Salsha jika semua akan baik-baik saja.

Akhirnya dengan berat hati, Salsha merelakan kepergian Helen. Mungkin ini memang yang terbaik buatnya. Bukan berarti ia ingin dijodohkan tapi ia tak ingin membuat Helen kecewa dengan tingkah ke kanak-kanakannya.

Setelah berpamitan, Helen memasuki mobilnya. Ia melambaikan tangannya ke arah Aldi dan Salsha. Ia juga tersenyum manis kepada Salsha. Sebelum mobil itu melaju, Helen berucap, "Aldi, jagain Salsha, ya."

Salsha melepaskan kepergian Helen dengan airmata. Hinggal mobil yang Helen tumpangi sudah tak terlihat tetapi Salsha masih menatapnya. Ntah bagaimana kehidupannya bersama lelaki yang baru ia kenal tadi sore.

"Lebay banget, sih lo. Mama lo itu cuma ke bandung, bukannya mati." cibir Aldi. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah.

Salsha mendengus. Ia menyusul langkah kaki Aldi, "Lo pasti senang 'kan tinggal berdua sama cewek secantik gue." tuduh Salsha sarkastik.

"Apa lo bilang? Senang? Heh, ini musibah sama gue!"

"Musibah apaan. Ini tu keberuntungan sama lo. Lo pasti lagi mikirin siasat gimana caranya biar lo bisa ngapa-ngapain gue, kan." tuduh Salsha lagi.

Aldi jengah. Ia menghentikan langkahnya, "Ngapa-ngapain gimana maksud lo? Lo pikir gue selera ngelihat lo? Kagak!"

Salsha menoyor kepala Aldi, "Nggak selera, tapi lo mau dijodohin sama gue. Pasti lo senang dijodohin sama gue, secara gue cantik begini. Makanya lo datang kesini. Udahlah, nggak usah ngeles lo."

Aldi membalas menoyor Salsha, ia berkacak pinggang, "Mending lo berkaca dulu deh. Lo cantik? Haha modelan kayak lo banyak dipasaran! Dan apa lo bilang? Gue mau dijodohin sama lo? Mimpi! Gue kesini bukan berarti gue mau dijodohin sama cewek modelan kayak lo."

Aldi kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Salsha yang memasang tampang heran, "Modelan kayak gue?" Salsha menunjuk dirinya sendiri, "Maksudnya apaan? Gue cantik, gini. Gue rebutan di sekolah, kalii. Yang ada gue ogah dijodohin sama cowok jelek kayak dia."

*****

Pagi ini, Aldi sudah rapi dengan seragam sekolah barunya. Mellina memang serius untuk melakukan perjodohan konyol ini. Terbukti, ia sudah mengurus kepindahan Aldi dan mengurus semua perlengkapan sekolah Aldi yang baru. Lelaki itu tinggal terima beres saja.

Aldi membuka pintu kamarnya dan melihat Salsha yang juga baru keluar dari kamarnya. Aldi merapikan seragam sekolahnya dan berucap, "Lo masak apa buat sarapan kita?"

Salsha yang mendengar suara Aldi melebarkan matanya. Masak? Yang benar saja. Bahkan sampai umur tujuh belas tahun ini, Salsha belum pernah berkutat dengan yang namanya dapur.

"Masak? Nggak ada." sahut Salsha cuek.

Aldi mengernyitkan keningnya, menerka-nerka, "Jangan bilang lo nggak bisa masak?"

"Memang nggak bisa." Salsha berkata dengan percaya diri, "Kalo lo mau makan, masak sendiri aja."

Aldi menepuk jidatnya sendiri. Gadis seperti Salsha yang akan dijodohkan dengannya? Memasak saja tidak bisa. Apalagi mengurus suami, "Lo udah gede gini nggak bisa masak? Ngapain aja lo!"

"Eh, gue itu dimanjain sama Mama. Nggak pernah disuruh masak. Wajar aja gue nggak bisa!" balas Salsha sewot.

"Make up aja yang lo tebelin, masak nggak bisa. Cewek macam apa lo!" maki Aldi sembari berjalan menuju dapur. Barangkali ia menemukan makanan ringan di kulkas.

Salsha menghentakkan kakinya kesal karena perkataan Aldi barusan, namun tak urung ia juga ikut menyusul langkah Aldi menuju dapur.

Aldi membuka kulkas dan terperangah kaget saat melihat kulkas itu kosong melompong. Tidak ada apapun didalamnya. Jangankan bahan makanan, susu atau rotipun tak ada.

"Astagaa, ini rumah atau apasih. Makanan sama sekali nggak ada." ketus Aldi. Ia menutup kulkas dengan sedikit kasar.

"Santai dong, lo." ucap Salsha. Ia meraih gelas dan menuangkan air putih kedalamnya kemudian menenguknya hingga habis.

Aldi menatap Salsha tak habis pikir, "Ini rumah lo 'kan? Tempat lo tinggal 'kan? Tapi kenapa nggak ada satupun makanan. Kayak nggak pernah ditinggalin aja rumahnya."

Salsha menghendikkan bahunya acuh. Ia tak tahu menahu tentang dapur, "Mana gue tau nggak ada makanan. Udah gue bilang, gue nggak pernah ngurusin dapur."

Aldi maju mendekati Salsha. Ia menunjuk gadis itu dari atas sampai bawah dengan senyum sinisnya, "Modelan kayak gini yang bakal dijodohin sama gue? Yang ada gue bisa mati kelaparan." kata Aldi meremehkan.

"Eh, lo pikir gue mau gitu dijodohin sama lo? Nggak! Nggak usah kepedean lo!" balas Salsha sengit. Ia tak suka lelaki nyebelin seperti Aldi, "Gue udah punya pacar! Jauh lebih ganteng dari lo."

"Cowok mana yang mau sama cewek yang nggak bisa masak kayak lo? Bentar lagi juga pasti ditinggalin." ucap Aldi sembari melangkahkan kakinya. Lebih baik ia pergi kesekolah sekarang dan sarapan dikantin. Tak ada gunanya meladeni gadis bawel seperti Salsha.

Sementara Salsha mengikuti langkah Aldi dari belakang sembari mulutnya mengucap sumpah serapah kepada Aldi, yang tentunya tidak di dengar oleh lelaki itu. Bisa terjadi perang dunia ketiga jika Aldi mendengar sumpah serapahnya itu.

Aldi memasuki mobilnya dan menurunkan jendela mobilnya. Ia menatap Salsha datar yang berdiri tepat disamping mobilnya, "Lo mau bengong disitu atau ikut bareng gue?"

"Lo ngajak gue?" ketus Salsha, masih marah karena ucapan Aldi tadi, "Ogah! Mending gue naik taxi. Lo pasti nggak tau jalan kesekolah makanya ngajak gue pergi barang kan. Ogah gue!"

Aldi terkekeh, menurutnya Salsha terlalu bodoh, "Lo bego apa gimana, sih. Gue bisa pake google maps buat tau letak sekolah lo dimana. Gue tanyak sama lo, emang di perumahan kompleks kayak gini ada taxi lewat? Lo harus jalan dulu kedepan dan butuh waktu lima belas menit, nunggu taxi, belum lagi kalo macet. Lo mau telat? Gue sih baik ya, nawarin berangkat bareng."

Salsha menimang-nimang. Ucapan Aldi memang ada benarnya juga. Apalagi ini hari senin. Bisa dihukum keliling lapangan jika ia terlambat kesekolah. Menurunkan egonya, Salsha akhirnya masuk kedalam mobil Aldi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aldi tertawa, bahkan Salsha tak memandang ke arahnya. Tak berlama-lama lagi, Aldi mulai menjalankan mobilnya membelah jalan raya.

Salsha mengernyitkan keningnya, Aldi bahkan sama sekali tak bertanya dimana letak sekolahnya. Lelaki itu tampak santai melajukan mobilnya. Seperti sudah hapal jalanan. Padahalkan Aldi itu orang Bandung dan baru semalam datang ke Jakarta.

"Lo hapal jalanan?" tanya Salsha memecahkan pertanyaan diotak nya, "Lo kan baru semalam kesini."

Aldi melirik Salsha sekilas, "Lo pikir gue orang kampung yang baru pertama kali ke Jakarta? Gue sering kali kesini. Gue nggak bego kayak lo."

Salsha menggerakkan tangannya ingin memukul kepala Aldi, tetapi ia urungkan, "Sewot banget sih, lo kalo ngomong."

"Suka-suka gue, lah. Mulut-mulut gue." jawab Aldi tak mau kalah.

"Diam lo!" ketus Salsha. Ia menatap lurus kedepan. Ini sudah hampir sampai ke sekolahnya, "Berhenti, berhenti."

Aldi terkejut dan langsung menepikan mobilnya, "Ngapain sih, lo."

"Gue mau turun disini," Salsha melepaskan tali pengamannya. Sebelum turun Salsha menatap tajam Aldi, "Dengar ya, Aldi, nanti disekolah gue nggak mau lo sok-sok kenal sama gue. Lebih baik kita saling nggak kenal. Dan ingat, jangan bilang ke anak-anak kalo kita dijodohin. Ingat!" ucap Salsha sembari keluar dari mobil Aldi.

Aldi terkekeh singkat melihat tingkah Salsha yang menurutnya lucu namun aneh. Ia pun kembali melajukan mobilnya menuju sekolah barunya.

*****


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C3
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión