Farisha merasa heran dengan Vania karena berbeda dengannya yang sulit untuk mencari karyawan. Padahal ia sudah memasang banner di depan swalayan dan sudah mengirimkan banyak iklan di sosial media. Tapi sekarang ia tidak terlalu mengkhawatirkan itu semua. Yang penting ia memiliki satu orang.
Sebenarnya bukan tidak dapat, mereka tiba-tiba pergi begitu saja saat baru sekitar beberapa hari. Bahkan mereka tidak mau mengambil gaji. Berbeda dengan Usman yang berbeda dari orang lain. Walau Usman bukan orang pintar, tetapi karena dia baik dan setia, Farisha akan mempercayainya.
"Farisha ... kamu ke mobil duluan, yah! Mau pakai mobilmu atau punyaku? Kalau pakai punyaku, ini kuncinya! Aku hari ini harus menyelesaikan sesuatu dulu di belakang!" Vania memberikan kunci mobil kepada Farisha.
"Iya sudah, pakai mobil kamu saja, hehehe. Kamu jangan lama-lama, urusannya, yah!" pinta Farisha yang menyelonong keluar dari restoran milik Vania itu.