Dika saat ini sedang melamun karena memikirkan masalah kedua orang tuanya. Ia tak menyangka kalau sang Ayah akan tega menalak ibunya dan membiarkan rumah tangga retak seperti ini. Ia ingin mencari sedikit hiburan.
"Lama-lama aku bisa stres kalau kayak gini. Kasihan banget Ibu."
Kalau bukan dirinya yang akan memberi dukungan pada Rani, lantas siapa lagi? Ia tak boleh bersedih sedikit pun karena ingin membahagiakan Rani.
"Kalau aku sedih, Ibu pasti akan sedih juga."
Kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar di dalam saku celana. Dika tersenyum singkat saat melihat nama pemanggil itu.
"Hallo, Friska."
"Hallo, Dik. Kamu sibuk ga hari ini?" tanya Friska lewat telepon.
"Iya, Fris. Aku lagi jaga Ibu nih. Aku gak mau ninggalin Ibu sendirian."
"Ya udah kalau gitu, biar aku yang ke rumah kamu ya."
Dika terkejut dan sontak meninggikan suaranya. "Jangan, Fris!"
Friska terkejut mendengar suara Dika setengah berteriak di telepon. "Kenapa, Dik?"