Napas Leony terengah-engah saat berhubungan badan dengan seorang pria dewasa. Mau tak mau, itu semua ia lakukan agar Mira tak memaki dirinya lagi. Sekarang, Leony memang perlu duit tanpa harus kerja banting tulang. Lagi pula, pria itu sudah memasang 'pengaman'.
Pria itu terus menggempur Leony tanpa ampun. Tubuhnya bergoyang maju mundur. Leony menahan rasa sakit yang perih di sana. Wajahnya berubah jadi masam, ketika rudal orang itu telah masuk ke dalam. Kedua tangan Leony meremas seprai tempat tidur. Pria itu sambil meraba-raba setiap lekuk tubuhnya.
"Kamu sangat menggoda cantik," ucapnya.
Kemudian, pria itu menciumi bibir serta leher jenjang mulusnya. Leony tak bisa berkata apa-apa lagi karena menahan rasa sakit. Tubuhnya masih saja ditindih oleh pria asing itu.
Cukup lama mereka berdua bercinta sampai beberapa kali berganti gaya. Hingga, pada akhirnya pria itu menyudahi penyatuan ini. Leony langsung tak berdaya di tempat tidur. Kasurnya jadi basah oleh keringat masing-masing.
Dadanya naik turun seirama dengan embusan napas. Lantas, pria itu tersenyum ke arah Leony dan mendekat. Pria itu mengambil celananya yang berserakan di lantai. Kemudian, mengambil sebuah dompet dari dalam saku. Terlihat beberapa lembar uang berwarna merah diambilnya. Kemudian, ia serahkan semua uang itu untuk Leony.
"Semua uang ini untukmu," ucapnya menyodorkan uang yang banyak ke arah Leony.
Leony masih diam saja dan merebahkan diri di tempat tidur. Perasaannya bingung sekarang. Apakah harus ia ambil atau dibiarkan saja.
"Cepat ambillah. Aku tau kamu memerlukan uang ini."
Perlahan-lahan Leony bangkit dari tempat tidur dan meraih uang itu. Alhasil, sekarang pendapatannya bertambah dari hari ke hari. Pria itu mulai berpakaian dengan lengkap dan akan segera pergi dari sini.
"Terima kasih banyak atas pelayananmu cantik. Nanti kapan-kapan aku akan datang kemari lagi untukmu," ujarnya sambil menyentuh dagu lancip Leony.
Leony turun dari ranjang dan memakai pakaiannya sendiri yang berserakan di lantai. Ia melihat pria itu melambaikan tangan ke arahnya sebelum pergi. Leony pun tersenyum singkat.
Alhasil, malam ini Leony mendapatkan untung yang banyak. Dua pria bersamanya malam ini dan cukup memberi bonus yang besar. Sekarang Leony merasa sudah masuk ke dalam pusaran lembah hitam ini. Tak dapat dipungkiri, bahwa dirinya merasa gampang mendapatkan uang dengan cara seperti ini. Awalnya memang menolak, tapi lama-lama Mira menghasutnya.
Leony melihat dan menghitung bayarannya malam ini. Lembar demi lembar uang ia hitung dengan teliti. Lantas, ia memamerkan senyuman.
"Hasilnya lumayan. Entah kenapa, aku merasa gampang nyari duit dengan cara seperti ini. Kalau memang sudah takdirku begini, aku ikhlas."
Leony berjalan menuju ke cermin rias. Ia mengambil sehelai kapas serta micellar water untuk membersihkan wajahnya dari make-up. Hari sudah larut malam, ia akan segera tidur. Namun, tiba-tiba saja Mira masuk ke dalam kamarnya.
Mata Leony menatap Mira dari pantulan cermin. Kemudian, wanita itu duduk di tepi ranjang. Ia sama sekali tak menghiraukan kedatangan Mira di sini.
"Hebat ya kamu sekarang, sudah bisa melayani beberapa pelangganku dan mereka berkata puas dengan pelayananmu." Mira tersenyum ke arahnya. "Lanjutkanlah seperti ini, Sayang. Jangan kecewakan aku sama sekali."
"Sudah cukup Mami bicara? Kalau sudah, Mami silakan ke luar." Ucapan Leony ketus kepada Mira. Wanita itu sontak bertepuk tangan dan menatap Leony seakan meremehkan.
"Kamu seperti ini berkat siapa hah? Kamu pegang uang yang banyak, berkat siapa juga?" tanya Mira pada Leony. "Baru dapat segini aja sombongnya selangit! Untung kamu cantik dan bisa jadi ladang duit buat aku. Kalau gak, sudah aku beri pelajaran mulutmu itu!"
Kedua tangan Leony bertumpu di atas meja rias. Tatapannya masih mengarah ke cermin. Ia telah selesai membersihkan wajah. Ia berjalan pelan menuju ke ranjang.
Mira menatapnya dengan tatapan angkuh serta memendam emosi. Terlihat dari wajahnya yang sewot. Namun, Leony sama sekali tak peduli. Rasa lelah mengalahkan semuanya. Ia ingin segera tidur saja. Mira masih saja berada di sini.
"Ahh, sudahlah. Percuma juga ngomong sama kamu!" Merasa tak digubris, akhirnya Mira memutuskan untuk ke luar dari kamar Leony.
Perlahan-lahan selimut tebal mulai bergumul dengan Leony. Wanita itu menaikkannya sampai batas dagu. Mata pun mulai terpejam pada akhirnya.
***
"Aduh, ini belum bangun aja ternyata, ya! Heii Leony, ayo bangun! Bangun cepat!" teriak Mira dengan nyaring.
Mira menggoyang-goyangkan tubuh Leony agar terbangun dari tidur. Wanita itu dengan ganas membangunkannya. Ia paling tak suka, melihat ada orang yang bangun kesiangan. Sedangkan, Leony masih merasa sangat lelah karena malam tadi.
"Ayo bangun, hei! Sudah pagi juga. Mau sampai kapan kamu tidur mulu? Anak perempuan gak boleh tidur kesiangan!" ujar Mira sambil mengomel.
"Mi, aku masih sangat lelah karena malam tadi. Sebentar saja lagi, ya. Aku mohon, Mi." Leony berusaha memohon pada Mira agar diizinkan tidur lagi.
"Alah! Alesan aja tuh. Kamu bisanya malas-malasan aja. Iya kan?" Mira berkacak pinggang dan tak terima dengan jawaban Leony.
"Mi, aku serius. Aku masih sangat lelah. Sebentar lagi saja, Mi."
Namun, Mira tak peduli dengan wanita itu sama sekali. Ia tetap menyuruhnya untuk bangun. Dengan uring-uringan, akhirnya Leony menurut.
"Pagi ini, bakalan ada yang ngajak kamu jalan-jalan ke luar," ujar Mira. "Eitts, tapi kamu gak bakalan bisa bebas dong pastinya. Ada anak buahku yang mengikutimu nanti. Jadi, jangan pernah berpikir untuk mencoba kabur dari aku."
Mira menyuruh Leony untuk segera mandi dan berdandan secantik mungkin. Karena ada seorang pria yang ingin mengajaknya jalan ke luar. Leony sudah senang tadi, karena baginya inilah kesempatannya untuk kabur. Namun, Mira sudah memberikan wanti-wanti.
"Heiii, kenapa melamun? Ayo cepat sana mandi! Terus dandan yang cantik. Jangan mengecewakan aku, apalagi sama pelanggan setiaku." Mira mendorong bahu Leony agar tersadar dari lamunan.
Leony mengangguk dan akan segera mandi. Mira pun tersenyum karena wanita di depannya ini menurut.
"Mi, namanya siapa kalau aku boleh tahu?" tanya Leony yang ingin bertanya tentang nama pria itu.
"Ahh, nanti kamu bakal tahu sendiri kok. Ya udah, cepat sana mandi. Terus dandan yang cantik, ya. Inget tuh, gak boleh berpikiran buat kabur!"
Setelah itu, Mira melenggang ke luar dari kamar. Leony pun terpaksa harus bangun dari tidur, padahal tubuhnya masih merasa lelah bekas semalam. Namun, apa boleh buat, ia tak bisa menolaknya.
Dengan tubuh yang masih lelah, serta rasa nyeri yang masih melekat di pangkal paha membuatnya meringis. Leony bangkit perlahan dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi.