Descargar la aplicación
5.59% Hasrat Terpendam / Chapter 15: HARAPAN

Capítulo 15: HARAPAN

Beberapa hari menghabiskan waktu bersama dan membuat kedekatan ku bersama Bima semakin erat terjalin, dan hari ini kami harus kembali ke Batam untuk mengakhiri liburan selama di Bintan beberapa hari ini.

Sedih terasa hati ini harus berpisah dengan Bima lagi, walaupun rumah kami di Batam tidaklah jauh. Tapi tidak akan sesering berjumpa selama berada disini, ntah kenapa selama tiga hari ini sudah terbiasa tidur di sampingnya dan terbangun selalu melihat wajahnya pertama kali.

Tapi mulai besok itu hanyalah menjadi sebuah kenangan bahagia saja, tak bisa aku membayangkannya tapi aku harus kuat ngejalanin ini semua. Rasa yang terpendam dan selalu akan jadi terpendam untuk selamanya.

Waktu terus berputar dengan cepatnya, malam berganti pagi dan itu bertanda waktunya kami harus meninggalkan Pulau Bintan ini yang akan menjadi tempat favorit ku saat ini, iya itu karena disinilah kedekatan bersama Bima menjadi semakin dekat.

Perjalanan kamipun menuju Batam sekarang dimulai, ya sama seperti pergi kesini kami menggunakan kapal. Sesampai di Pelabuhan kami langsung masuk ke dalam kapal sambil menunggu kapal berlayar, di balik kaca aku hanya memandang keluar dengan rasa sedih.

"Kenapa Dit, kok diam aja sejak tadi ?" tanya Bima yang duduk di samping ku dan menyadari aku hanya terdiam dan membisu sejak keberangkatan kami ke pelabuhan.

" Hmmmmmm... gak tau sedih aja gitu rasanya ninggalin Bintan," jawabku dengan tak semangat.

"Udah jangan sedih, lain kali kalau ada waktu lagi kan kita bisa datang kesini lagi buat liburan," ujar Bima yang mencoba menghibur ku.

"Iya Bim, makasih ya," ujarku

"Iya santai aja, kalau misalnya kamu kangen akukan bisa datang kerumah, lagian kan rumahku gak jauh, ahahahha," ujar Bima menggoda ku untuk mencairkan suasana hatiku.

"Hahahaha...kepedean banget ya, yang ada dirimu kali yang bakal ngangenin aku duluan," ujar ku membalas godaan Bima yang berhasil membuat suasana hatiku berubah lebih baik seketika.

"Hahahah...ok let's see, siapa yang bakal kangen duluan," ujar Bima yang masih saja mencoba menggoda sekaligus menantang ku.

"Hahaha..ok kita lihat aja nanti," ujar ku yang sebenarnya tau Bima lah yang menang dari tantangan ini, jangankan harus menunggu besok atau lusa. Untuk saat ini aja aku sudah gelisah dan sedih akan berpisah dengannya apa lagi nanti.

Aku tidak seperti biasanya, ini bukanlah perjalananku pertama kali bersama keluargaku untuk berlibur keluar Batam. Tapi entah kenapa baru kali ini aku merasakan hati yang sangat sedih yang mendalam dan sangat gelisah, ketika harus kembali kerumah ku.

Apa karena liburan kali ini Bima ikut serta dengan keluarga ku untuk liburan, ?

Sehingga membuat hatiku sangat sedih dan merasa gelisah untuk mengakhiri liburan ini.

"Oh Tuhan tolonglah kuat kan hati ini jika Bima lah menjadi alasanku merasa gelisah ini" pintaku dalam hati.

Kapal mulai berlayar menuju pelabuhan Batam, sepanjang perjalanan aku hanya memandangi lautan dan mengingat kenang-kenangan kami selama di Bintan. Lucu memang Bima yang masih berada disampingku duduk, tetapi entah kenapa hati ini sudah merasa gelisah saja.

Kenangan demi kenangan yang aku ingat bersama Bima sambil memandangi lautan yang biru, dan berfikir tidak akan ada kesempatan lagi seperti itu untuk bersama dengannya, terutama bisa bangun pagi untuk memandangi wajah Bima ketika lagi tidur yang terlihat begitu manis.

Dan tertidur di pelukan Bima sepanjang malam yang mungkin bermimpi dan menganggap ku sebagai bantal gulingnya, sungguh itu adalah sebuah anugerah untukku, walaupun aku hanyalah sebagai bantal guling untuk Bima dalam mimpinya. Tapi setidaknya aku bisa merasakan kehangatan dari tubuh Bima sekaligus menjadi penghangat tidurku dari dingin nya kamar resort itu.

Aku berharap suatu saat nanti kami bisa menghabiskan waktu bersama-sama lagi seperti itu. Dan lautan ini akan menjadi saksi bisu atas curhatan hatiku kepada mereka, tapi setidaknya aku merasa senang karena kedekatan dan persahabatan ku bersama Bima semakin erat.

Setidaknya nanti aku tidak harus malu dan canggung ketika bertemu lagi bersama Bima secara tiba-tiba di kompleks rumah kami, dan ada menjadi alasanku untuk mengunjungi Bima kerumah untuk melihat dan mengajaknya mengobrol.

Waktu demi waktu perjalanan kamipun menyebrangi lautan sudah berakhir dan kapal yang kami tempati sudah sampai di Pelabuhan Batam, semua penumpang bergegas meninggalkan kapal termasuk keluarga ku. Setelah keluar kapal kamipun menuju mobil yang di parkiran tidak jauh dari sini.

Dan kini saatnya kami menuju perjalanan rumah dan akan menjadi perpisahan ku bersama Bima, ya sedikit berlebihan buat orang lain pada hal rumah kami sangat berdekatan. Tapi bagiku ini sebagai cobaan untuk ku yang harus terlihat baik-baik saja di hadapan keluarga dan teman-teman ku nantinya.

"Om, tante dan semuanya, makasih ya udah ajak Bima ikut jalan-jalannya," ujar Bima berterima kasih dengan sopan nya.

"ya Bim, makasih juga ya udah ikut bersama keluarga kami buat ngerayain ulang tahun Radit," ujar ibuku.

"Oh iya sering-sering main kerumah ya Bim, jangan malu-malu. Anggap aja kami ini keluarga mu juga ya," ujar ayahku memotong pembicaraan ibu.

"Iya makasih banyak om dan Tante, pasti nanti Bima bakal sering-sering main kerumah kok," Ujar Bima dengan tersenyum.

Seperti biasanya Bima anak yang sopan dan sangat beribawa, tidak semua anak dewasa seusianya berani mengungkapkan rasa terimakasih nya secara terus terang di hadapan banyak orang. Sifatnya itu terkadang membuat aku semakin menaroh hati kepada nya.

Tidak lama di perjalanan kamipun sampai di rumah, kamipun turun satu persatu dari mobil dan mengambil beberapa barang dan oleh-oleh untuk keluarga Bima dan teman-temanku yang kami letakkan di dalam bagasi.

Setelah semua sudah di turunkan dalam mobil, ayahku pun memarkirkan mobilnya di dalam bagasi dan kami siap mengangkut barang bawaan ke dalam rumah.

"Gak apa-apa Bim, biar kami aja bawak kerumah, lagian gak banyak kok," ujar ibuku melihat Bima yang berniat membantu barang bawaan kami.

"Gak apa-apa tante, biar Bima bantuin aja sebentar," ujar Bima.

"Udah kami pulang aja, pasti capek kan.? apa lagi pasti udah kangen sama keluarga kamukan gak jumpa," Ujar ibuku.

"Heheh..ya udah deh tante, saya pulang ya kalau gitu, terimakasihmakasih banyak buat semuanya," Ujar Bima dengan sopan den meninggalkan rumahku untuk menuju kerumah nya

"Iya sama-sama, kirim salam sama keluarga dirumah," ujar ibuku.

"Siap Tante," ujar Bima.

Dan Bima pun berjalan menuju kerumah, hati ini terasa sedih ketika harus melihat Bima perlahan-lahan meninggalkan kan kerumahku. Tapi aku tidak boleh egois dan harus memaklumi nya, karena benar kata ibuku pasti Bima sudah sangat kangen dengan keluarganya yang tidak berjumpa dan melihat mereka beberapa hari ini.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C15
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión