Descargar la aplicación
6.2% Mirror Seizes The Soul / Chapter 19: Perlindungan dan Kenyamanan

Capítulo 19: Perlindungan dan Kenyamanan

Hujan telah berhenti, dan Alex memilih untuk membungkam mulutnya daripada mengajukan berbagai macam pertanyaan yang Nada sendiri saja tidak tahu jawabannya. Ia membiarkan perempuan tersebut untuk berfikir jernih dengan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Ya sudah, sebaiknya aku pulang saja."

"Pulang? Kenapa tidak tinggal di sini lebih lama lagi? Mungkin kamu bisa di sini untuk beberapa menit kemudian."

"Tidak, aku memiliki tugas kampus yang harus segera di selesaikan. Dan ku pikir, sudah banyak waktu yang ku buang untuk mu."

Nada yang mendengar itu pun langsung menganggukan kepalanya. Ia cukup sadar jika Alek sudah menyumbangkan waktu untuknya, ia menyadari jika Alex telah membantunya menyelesaikan semua permasalahan aneh yang mulai hinggap di hidupnya.

"Oke, sebaiknya kamu hati-hati. Tangganya masih ada, kan?" ia berkata, sedikit khawatir dengan Alex karena pasti halaman belakang rumahnya lumayan menampung genangan air karena saluran air di rumahnya memang berkendala sering tersumbat.

Alex tersenyum, ia juga menatap Nada dengan khawatir. Namun sebelum ia merasa jatuh ke dalam pesona perempuan tersebut, ia lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya. "Masih. Nanti jika sudah memiliki keberanian untuk bercerita, segera hubungi ku dengan apa yang terjadi pada mu."

Tin

Tin

Belum sempat Nada membalas perkataan Alex, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. "Itu ayah ku, sudah pulang." gumamnya. "Ah baiklah, aku akan memberitahu mu. Jangan marah pada ku setelahnya, berjanji dulu." sambungnya, kini menjulurkan tangan dengan jemari kelingking yang di perlihatkan tepat di hadapan Alex.

Tentu saja Alex menaikkan sebelah alisnya. "Ini seperti perjanjian anak kecil, Nada." ia berkomentar.

"Gak masalah, yang penting pegang janji mu seperti layaknya orang dewasa."

"Oke."

Pada akhirnya Alex memutuskan untuk keluar dari rumah nada melalui jalan keluar yang sama dengan jalannya masuk tadi. Ia berusaha keras agar tidak ketahuan dengan ayah Nada yang baru saja pulang dari tempat kerjanya, bisa-bisa iya ketahuan karena telah menyusup masuk ke kamar nada yang jelas perempuan tersebut tengah dihukum oleh ibunya.

Sedangkan Nada? Ia kembali duduk di sudut ruangan sambil memeluk tubuhnya sendiri. Tidak jarang sejak kejadian menyeramkan beberapa menit lalu itu, ia mulai mengamati cermin beberapa kali untuk mengecek apakah ada sosok yang di maksud atau tidak. Tapi saat ini, terlihat aman dan damai.

Nada memberikan ketenangan pada diri sendiri.

"Euhm maaf aku melupakan sesuatu."

Dan ya, bertepatan dengan suara bariton tersebut, tubuh Nada terlonjak kaget dan langsung menolehkan kepala ke sumber suara. Ia melihat Alex yang kini sudah berada di kamarnya lagi, menyengir dengan aneh.

"Kenapa? Apa yang tertinggal?" Refleks Nada beranjak dari duduknya, ia berjalan menghampiri Alex dengan wajah kebingungan. Ia berniat membantu jikalau memang ada yang tertinggal.

Alex tersenyum. Lalu dengan gerakan yang tiba-tiba, ia langsung memeluk tubuh Nada dengan sangat lembut dan penuh kehangatan.

Nada mengerjapkan kedua bola mata, lalu merasa pasokan udara di sekelilingnya mulai menipis.

"Jika ada masalah, tolong bilang pada ku. Jangan di pendam sendirian, aku akan membantu mu sampai semua masalah selesai."

Apa ini benar Alex yang menyebalkan itu? Mengapa saat ini terdengar sangat… manis?

Nada tidak membalas pelukan Alex, ia menghembuskan napasnya. Tubuhnya kaku, menegang. Ini adalah kali pertama seorang laki-laki memeluknya dengan kehangatan yang tulus seperti ini.

"Nah baiklah, ku pikir kamu sudah lebih tenang. Aku kembali pulang, sampai jumpa. Kerjakan juga tugas kuliah mu, besok kalau ada kesempatan, aku akan mengantar mu ke kampus."

Sentuhan akhir, Alex mengecup kening Nada.

Setelah itu Alex memutuskan untuk kembali keluar kamar Nada melalui tangga yang ia sandarkan pada balkon.

Nada mengerjapkan kedua bola matanya. "Hati-hati, jangan sampai ketahuan ibu ku."

"Siap." balas Alex sambil memberikan tanda 'oke' dengan ibu jarinya yang ia angkat ke udara.

Nada baru saja ingin kembali memutar haluan berjalan untuk duduk di sudut ruangan, namun tiba-tiba pintu kamarnya terketuk. Membuatnya menolehkan kepala ke sumber suara dan melihat ada sosok ayahnya yang sangat ia rindukan.

"AYAHHHH?!!!"

Nada bahagia, dan ia berlari ke arah ayahnya dengan merentangkan tangan. Langsung saja memeluk tubuh laki-laki berbadan atletis yang sangat ia rindukan.

"Ayah kemana saja, aku sangat merindukan mu."

Namanya Mike, ayah Nada si pekerja keras perusahaan ternama. Memang, keluarga Nada itu berkecukupan namun tidak di sangka-sangka jika anaknya berada di tangan yang salah.

Mike tersenyum hangat membalas pelukan Nada, setelah itu mencium puncak kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana kabar mu? Kenapa menutup diri di kamar sendirian? Kata ibu mu, kamu melakukan aksi mogok makan. Apa kalian bertengkar?"

Mendengar ucapan Mike mengenai Bela yang mengeluarkan jurus 1000 alasan itu, tentu saja alasan dengan penuh bumbu kebohongan.

"Huum, aku rindu ayah dan secara tidak langsung kehilangan nafsu makan ku yang biasanya suka sekali makan." balas Nada dengan ketawa yang di paksakan, tentu saja jika ia tau saat Bela mengarang alasan, maka ia akan melanjutkan karangan ibu tirinya tersebut.

Mike menatap anaknya dengan cemas, ia takut Nada terjadi sesuatu. "Maaf ayah baru pulang, tadi mobil masuk bengkel." ucapnya, ia ingin mengendurkan pelukan, namun di tahan oleh sang anak.

Nada menahan pelukan Mike agar tidak terlepas dari tubuhnya. Ia mencari kehangatan dan juga kenyamanan serta perlindungan. Mike adalah orang pertama dan utama yang akan selalu ia sayang sampai kapanpun.

Mike merasa ada yang janggal, ia menghembuskan napasnya guna melepaskan rasa sesak yang bersarang di rongga dadanya.

"Ada apa, nak? Ada yang salah atau bagaimana?" Ia bertanya, karena memang merasa tidak enak dengan keadaan seperti ini. Firasatnya memburuk. "Ibu mu tidak memperlakukan mu dengan baik—"

"Tidak, sangat baik." ucap Nada yang langsung memotong perkataan Mike yang bahkan belum terselesaikan. "Aku hanya ingin memeluk ayah, hari-hari ku sangatlah berat."

Nada memeluk Mike, memendamkan kepalanya pada dada bidang sang ayah. Ia menelan segala penderitaan tanpa Mike tau. Dari awal, ia tidak ingin menolak pernikahan kedua Mike —bersama dengan Bela— karena ingin ayahnya bahagia. Tapi kini, ternyata ia yang menderita.

Suasana membiarkan mereka bersama, Mike yang merasa tidak memiliki banyak waktu untuk Nada. Dan Nada yang baru bisa menyalurkan kesedihan setelah sekian lama ia pendam sendirian.

Setelah ini, sebaiknya Nada tidak ingin jauh-jauj dari ayahnya. Ia pasti akan terhindar dari segala macam bentuk kejahatan dunia. 'Makhluk' mengertikan itu sudah pasti tidak dapat mengganggu, belum lagi Bela yang juga di yakini akan merasa tidak berdaya untuk menyiksanya.

"Ayah besok jadi libur, kan?"

"Jadi sayang, ada apa?"

"Setelah pulang kuliah, aku ingin di ajak jalan-jalan menghabiskan waktu berdua."

"Dan ibu mu?"

"Bisa kah kita hanya menghabiskan waktu berdua layaknya ayah dan anak?"

Ya, Nada merasa jika Mike sudah terlalu sering mengutamakan Bela. Jadi, ia akan meminta haknya untuk esok hari.

Next chapter


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C19
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión