Arseno menatap Jingga yang pergi tanpa mengatakan apapun kepadanya, bahkan Jingga pergi tidak melihat wajah Arseno lagi. Apa Jingga marah? Pikir Arseno yang tidak tenang.
'Dia kenapa? Marah? Kalau marah, kenapa? Bukankah aku berkata benar?' batin Arseno yang tidak peka.
"Apa Jingga cemburu?"
"Cemburu?"
Arseno tertawa kecil, mana mungkin cemburu, pikir Arseno. Mereka sudah menandatangani surat perjanjian dan mereka tidak akan saling melibatkan perasaan. Lalu bagaimana bisa dikatakan cemburu jika perasaan sama sekali tidak dilibatkan?
"Ah tidak, untuk apa cemburu, kami sudah saling mengatakan kalau tidak akan melibatkan perasaan."
Sementara itu, di ruangan yang terpisah, Jingga sudah langsung duduk di meja rias milik Yuriza. Wajah kecewa dan kesal kini sudah menjadi-jadi. Yuriza hanya terdiam, dirinya benar-benar bingung harus melakukan apa untuk ketenangan Jingga.