Descargar la aplicación
0.76% (Not) A Perfect Marriage / Chapter 3: Jingga Athalia

Capítulo 3: Jingga Athalia

Sementara itu, di pagi hari yang cerah ada seorang wanita yang sedang asik dengan buku catatan.

"Hai, Jingga Athalia. Sedang apakah kamu?" teriak seorang wanita.

Mendapat ada yang memanggil namanya lantas Jingga mencari sumber suara tersebut. Ya, yang memanggil Jingga adalah Adisty sahabatnya.

"Jangan di atas terus. Ayo turun ini banyak baju-baju baru datang," ucap Adisty yang sangat kelelahan. Buktinya keringat di wajah Adisty mengalir cukup deras.

"Iya Adisy, aku lagi mendata pengeluaran butik kita bulan kemarin," balas teriak Jingga yang memegang buku catatan dari lantai 2.

Dia bernama Jingga Athalia, tidak ada yang istimewa dari dirinya. Ya, dirinya hanya seorang yatim piatu yang di tinggal oleh kedua orang tuanya serta adik kecilnya saat 10 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil, tepatnya saat Jingga berumur 10 tahun. Kini Jingga Athalia berumur 20 tahun, namun diumurnya yang baru menginjakkan kepala dua, Jingga kini sudah mendirikan butik kecil bersama sahabat kecilnya Adisty Tanjaya. Butik inilah yang membiayai hidup dirinya walau penghasilan dari butik ini tidak seberapa.

Jingga kini sudah selesai mendata dan dengan segera menutup buku catatan tersebut. Kini Jingga menuruni anak tangga yang lumayan curam.

"Bajunya sudah datang semua?" tanya Jingga.

"Sudah Nona Jingga, tapi sebagian masih ada yang di luar," ucap seseorang karyawan Jingga.

Saat ini Jingga hanya memiliki 2 karyawan yang membantu dirinya. Jingga tidak ingin mengambil banyak karyawan karena dirinya pasti akan susah membayarnya jika kebanyakan karyawan.

"Jingga, kamu gak salah kan masa iya pesan baju sebanyak ini? Butik kita kecil loh mana bisa muat semuanya kita pajang di dalam," ucap Adisty ragu.

Sama halnya dengan Jingga, Adisty pun bernasib sama seperti Jingga. Adisty di tinggal kedua orang tuanya karena pembunuhan yang sampai saat ini Adisty tidak tahu pelakunya siapa. Adisty datang ke panti asuhan tepat setelah 1 bulan Jingga sudah tinggal disana terlebih dahulu. Adisty dan Jingga menjadi dekat saat itu sampai dengan saat ini, mungkin karena mengalami nasib yang sama sehingga mereka memahami satu sama lain hingga membuat butik kecil semampu mereka untuk bertahan hidup, karena bagaimanapun mereka akan dewasa dan tidak mungkin bergantungan dengan uang panti walaupun mereka sampai saat ini masih tinggal di panti asuhan untuk menjaga adik-adik mereka.

"Tenang aja Adisty. Barang lama nanti kita letakkan di bagian dalam dan untuk baju baru nanti kita pasang di depan agar menarik minat konsumen," ucap Jingga percaya diri.

"Yasudah aku hanya ikut saja apa yang kamu mau," ucap Adisty.

"Percaya sama aku Adisty, aku yakin butik kita akan menjadi butik terkenal, kamu harus percaya sama aku," ucap Jingga.

"Iya Jingga aku percaya kepadamu," ucap Adisty.

Jingga tersenyum kepada Adisty.

"Santi dan Dewi nanti kalian langsung bawa baju ini ke depan yah dan jangan lupa bersihkan semua debu-debu agar dari luar penampilannya menarik, dan aku akan mempromosikannya di media sosial," ucap Jingga.

"Kamu udah bikin brosur atau apa pun untuk memasarkan baju baju kita?" tanya Adisty.

"Belum," jawab Jingga .

"Ya sudah biarkan aku saja yang membuatnya. Kamu disini saja, barangkali ada yang membeli jadi kamu yang menemani pembeli sekalian juga mengawasi karyawan kita bekerja," ucap Adisty.

"Baiklah."

Adisty berlalu menuju tangga dan segera menaiki tangga tersebut.

Jingga pun langsung membantu Santi dan Dewi untuk menata baju yang baru datang.

Jingga sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai dirinya tidak tahu jika ada seseorang yang memasuki butiknya.

"Wah, banyak barang-barang baru datang yah," ucap seseorang.

Ucapan tersebut sontak membuat Jingga menoleh ke belakangnya. Jingga melihat seseorang wanita yang umurnya mungkin sekitar 50 tahunan, wanita itu berdiri di pintu masuk butik Jingga.

"Selamat datang di Butik Ga Adis, maaf tadi saya tidak melihat anda datang kemari" ucap Jingga sangat sopan.

"Tidak masalah lagian saya juga baru masuk kok," ucap Nyonya tersebut.

"Silahkan, anda bisa melihat-lihat barangkali ada yang cocok bisa langsung dicobain," ucap Jingga lagi.

Wanita itu memilih-milih baju yang sudah tersusun rapi. "Kira-kira untuk saya cocok yang mana yah?" ucap wanita tersebut.

"Maaf, untuk bajunya, anda mencari untuk di pakai acara apa?" tanya Jingga.

"Untuk jalan-jalan biasa saja," ucap Nyonya tersebut.

"Ini ada pakaian yang cocok untuk anda, dengan sentuhan warna pastel membuat anda akan semakin awet muda di tambah ada hiasan yang membuat baju ini lebih berkelas," ucap Jingga yang mengambilkan sebuah pakaian.

"Pilihan kamu memang sangat bagus, Jingga," ucap wanita tersebut.

Jingga terkejut mendengar perkataan wanita tersebut yang mengetahui namanya.

"Anda tahu nama saya?" tanya Jingga gugup.

"Nyonya Diva," ucap Adisty dari atas.

'Nyonya Diva? Hah? Apakah dirinya?' batin Jingga tambah gugup.

"Adisty, butik kalian sangat bagus pakaiannya juga sangat oke, sepertinya saya akan sering beli baju disini," ucap Nyonya Diva.

"Butik kami hanya butik kecil, Nyonya DIva," ucap Adisty sopan.

"Adisty, kau memanggilnya Nyonya Diva?" tanya Jingga yang memecah percakapan Adisty dan Nyonya Diva.

"Iya Jingga, Nyonya Diva adalah donatur terbesar di Panti kita, Nyonya Diva sering ke Panti kok, jangan bilang kamu tidak mengenal Nyonya Diva Jingga," ucap Adisty.

"Ya Tuhan Nyonya maafkan saya, saya tahu Nyonya Diva adalah donatur terbesar di Panti saya namun saya tidak tahu orangnya," ucap Jingga yang merasa tak enak.

"Sudah tidak apa-apa, kita memang tidak pernah bertemu Jingga karena kamu selalu tidak ada di panti saat saya ke panti kalian jadi wajar saja jika kamu tidak mengenal saya," ucap Nyonya Diva.

Jingga tersenyum tipis mendengar perkataan Nyonya Diva.

"Nyonya Diva, mau saya buatkan minum?" tanya Adisty.

"Tidak usa Adisy, lagipula saya hanya melihat-lihat butik kalian saja ini saya sudah mau pulang karena saya ada urusan di kantor anak saya," ucap Nyonya Diva.

"Baiklah Nyonya Diva terima kasih atas kunjungannya," ucap Adisty.

"Terima kasih Nyonya Diva, sekali lagi saya mohon maaf," ucap Jingga.

"Sama-sama, baiklah saya pergi dahulu," ucap Nyonya Diva.

Nyonya Diva keluar butik milik Jingga dan melangkahkan kakinya ke mobil yang sudah menunggu Nyonya Diva.

"Bagaimana Ma?" Tanya Tuan David yang melihat istrinya Diva masuk ke dalam mobilnya.

"Mama sudah melihat butiknya, sangat bagus Pa, dan tadi juga banyak barang-barang baru datang sepertinya Jingga adalah sosok wanita yang sangat pekerja keras," ucap Nyonya Diva.

"Baguslah, memang kita tidak pernah salah pilih Ma," ucap Tuan David.

"Mama berharap Arseno menerima perjodohan ini," ucap Nyonya Diva.

"Papa harap begitu, semoga aja Arseno tidak marah dengan keputusan kita," ujar Papa yang membenarkan posisi duduknya menatap ke depan.

"Ini adalah yang terbaik untuk Arseno Pa dari pada Arseno bersama Selva lebih baik Arseno bersama Jingga," ucap Nyonya Diva.

"Semoga saja kita tidak membuat masalah lama tercium kembali," ucap Tuan David.

"Ayo sekarang kita ke kantor Arseno untuk bertanya tentang keputusannya," ucap Tuan David.

Nyonya Diva menganggukkan kepalanya dan terdiam dalam lamunananya.

'Apakah ini solusi baik? Atau malah menimbulkan luka baru?' batin Nyonya Diva.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C3
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión