Descargar la aplicación
60% THE GIANT IS MINE / Chapter 9: Rahasia Kerajaan

Capítulo 9: Rahasia Kerajaan

Ellie terbangun dari tidurnya, kemarin dia tidak bertemu dengan Rudolf, dengan segera Ellie keluar kamarnya mencari Rudolf, bagaimanapun caranya Ia harus berbicara kepada Rudolf, nyawa kakaknya dalam bahaya, Ia harus meminta bantuan Rudolf, karena Ellie tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa lagi selain pamannya itu, Ellie melihat Rudolf sedang berjalan di taman Istana sendirian, dengan segera Ellie berjalan cukup cepat untuk menghampiri Rudolf namun sesosok tubuh yang lebih tinggi menabraknya hingga Ellie terpental cukup jauh.

"awww" Ellie memekik kesakitan karena bokongnya menabrak lantai, Ia mendongak kearah tubuh yang menabraknya, laki laki yang ditabrak Ellie menyeringai penuh kebencian, dia adalah david, selir pria King Gideon yang tidak menyukai keberadaan Ellie.

"mau kemana kau buru buru selir baru" Ejek David, David menyilangkan tangannya didepan dada, berdiri dengan angkuh seolah menantang.

"siapa kau? kau sengaja menabrakku?" Tanya Ellie menatap David dengan tajam.

"berani-beraninya kau menyalahkanku, kau buta, kau yang menabrakku" Kilah David, padahal jelas sekali Davidlah yang sengaja menabrak Ellie, dia membenci Ellie, David merasa Ellie telah merebut King dari tangannya.

"Aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu, Aku ada urusan yang lebih penting" Ujar Ellie.

Ellie berusaha bangkit, Ia bermaksud kembali berjalan melewati David, namun tangan David menahan lengan Ellie dan kembali melemparnya, tubuh Ellie terjerembab kebelakang, Ellie kembali mengaduh kesakitan.

"dimana tata kramamu bocah? apa Kau tidak mau meminta maaf terlebih dahulu?" Teriak David dengan garang.

"maaf, untuk apa? kau yang salah, kenapa Aku yang harus meminta maaf" teriak Ellie tak mau kalah.

"berani-beraninya kau, kau tidak menghormati Aku hah!!" balas David kembali berteriak, David mengayunkan tangannya berniat memberi pelajaran dengan sebuah tamparan.

Namun sayang sekali, keinginan David tidak bisa ia realisasikan, sebuah tangan menghalanginya, David terperanjat, buru buru Ia menyingkirkan tangannya dan berlutut dihadapan tangan yang menghalanginya.

Jelas saja David ketakutan, itu adalah Ratu Clarinda, Ratu Clarinda yang menghalangi David untuk memukul Ellie.

"ada apa David? kenapa Kau ingin memukul Ellie?" Tanya Ratu dengan lembut.

"maafkan hamba yang mulia Ratu Clarinda, tapi hamba tidak bermaksud, hamba hanya membela diri, bocah inilah yang memulainya" David berkilah, Ia berbohong.

Ellie terperanjat, bisa bisanya Pria bernama David memfitnahnya, kenal saja tidak, bertemu juga baru hari ini, namun dengan beraninya David mengatakan jika Ellie yang memulai keributan, Ellie geram, tangannya mengerat, jika tidak ada Ratu Clarinda, mungkin saat ini Ellie sudah menampar balik laki laki dengan gaya kemayu yang memfitnahnya.

"apa benar Ellie? kenapa kau mencari keributan dengan David, bagaimanapun juga David adalah selir King, sesama selir, kalian tidak diperbolehkan untuk berkelahi, kau paham Ellie!!" Ujae Ratu Clarinda dengan tegas.

Ellie tertunduk, Ia tidak mau membantah karena Ia sangat menghormati Ratu, berbeda dengan David, David tersenyum puas dan licik atas kemenangannya.

"mohon ampun Yang mulia Ratu, Hamba tidak bermaksud membantah Yang mulia, namun hamba melihat Davidlah yang memulai, bukan Ellie"

Ellie mendongakkan kepala, melihat kearah sumber suara itu, ternyata yang berbicara adalah Claudia, Claudia yang sejak tadi bersembunyi di Pilar besar memang menyaksikan David dengan sengaja menabrakkan diri ke tubuh Ellie, awalnya dia tidak ingin membela atau ikut campur, baginya itu bukan Urusannya, Claudia tidak mau ikut campur urusan kedua pria muda selir King itu, namun hatinya tidak tega saat melihat raut wajah Ellie dari kejauhan tertunduk atas teguran Ratu Clarinda.

"Kau tidak apa apa Ellie?" Tanya Claudia dengan lembut.

Ellie mengangguk.

Claudia menyodorkan tangannya untuk membantu Ellie, Ellie segera meraih tangan Claudia, Jari Ellie kesakitan, Ia terkilir.

"Claudia, bawa Ellie ke kamar, tolong panggilkan tabib kerajaan" Titah Ratu Clarinda menyuruh Claudia.

"baik yang mulia"

"dan kau David, Aku tidak mau kejadian ini terulang lagi, sikapmu dapat mencemarkan nama buruk selir kerajaan bahkan juga kerajaan, kau mengerti!!" Ujar Ratu Clarinda menaikkan nada bicaranya ke David.

"mohon ampun yang mulia" Jawab David tertunduk malu.

David menatap kepergian Claudia dan Ellie yang dipapah Claudia, Ia menatap dengan bengis, Ia semakin membenci Ellie dan juga Ia membenci Claudia, Ia mengumpat mereka didalam hati.

Ratu Clarinda pergi meninggalkan David yang masih berlutut di lantai.

"awas saja kau bocah, Aku harus mencari tahu siapa bocah itu, dengan begitu maka dapat dengan mudah Aku singkirkan" Ucapnya pelan dengan senyum yang menyeringai jahat.

David berdiri, lalu mengibaskan rambutnya yang sama sekali tidak panjang.

"iihhhh tanganku menyentuh kulit kotor bocah itu, aku harus mencucinya segera, iyuuuuuch" Ujar David dengan gemulai berlagak sok cantik.

"Panas sekali disini ehmm" keluhnya mengeluarkan kipas dari saku celananya dan kembali berjalan melenggak lenggok, tak sadarkah dirinya bahwa Ia adalah seorang Pria.

Ellie yang sudah berada di kamarnya, berbaring, tangannya masih terasa sakit karena terkilir saat didorong oleh Pria gemulai bernama David, bagaimana bisa King menjadikan pria itu selir, sangat tidak elegan sekali, Ellie masih kesal, Ia malah memikirkan kejadian barusan, hatinya masih belum puas jika tidak menampar wajah Pria Gemulai itu.

"sudahlah Ellie, tidak perlu dipikirkan, David memang seperti itu, lupakan saja" ujar Claudia dengan lembut.

"terima kasih Clau, kau telah membantu dan membelaku didepan yang mulia ratu" ucap Ellie tersenyum.

"sesama selir, bukankah diwajibkan untuk saling membantu" Ujar Claudia lagi.

"Kau tunggu sebentar, akan kupanggilkan Tabib istana" Tambah Claudia beranjak ingin meninggalkan Ellie.

"Tidak perlu Clau, Aku tidak apa apa, hanya sedikit terkilir, tapi nanti juga pasti akan sembuh"

Claudia mengurungkan niatnya, Ia duduk disisi ranjang Ellie.

"kudengar dari para pengawal istana, bahwa King mampu terpuaskan olehmu hihihi" Ujar Claudia terkekeh, Ellie tersipu malu, wajahnya memerah.

"bagaimana bisa kabarnya menyebar secepat itu"

"Kau tidak perlu malu Ellie, Aku malah ingin berterima kasih padamu"

"ke..kenapa kau malah berterima kasih Clau?" Ellie kebingungan, Claudia tersenyum menggenggam tangan lembut Ellie, Claudia sampai berdecak kagum, kulit Ellie lebih halus dari kulitnya.

"sebelum menikahimu, King pernah mengatakan jika Kau mampu memuaskannya, maka kami akan didepak dari kerajaan, Aku bahagaia sekali Ellie" Pekik Claudia kegirangan tanpa sadar ia menggoyang tangan Ellie sehingga tangan yang terkilir merasakan sakit, Ellie mengaduh kesakitan.

"ah, aduh Ellie maafkan Aku, Aku lupa jika tanganmu terkilir, maaf" Ucap Claudia menyesali kebodohannya.

"tidak apa apa clau, ngomong ngomong, kenapa kau malah senang, bukannya sikapmu seharusnya seperti David, karena merasa memiliki saingan" Ellie kembali kebingungan.

"tentu saja Aku bahagia, dari sekian banyak Selir King, Aku yakin hanya David yang dengan sukarela memberikan dirinya untuk dijadikan Selir, Aku memiliki kekasih di wilayah Femigo, Aku sangat mencintai Pria itu, namun harapanku harus pupus karena King memintaku untuk menjadi Selir" Cerita Claudia, raut wajahnya mendadak sedih.

"kenapa kau tidak menolak?"

"tidak mudah menolak permintaan King, kaupun begitu kan? pasti ada sesuatu yang kau pertimbangkan karena itulah kau menerima lamaran King"

Ellie mengangguk, apa yang dikatakan Claudia kurang lebih benar, namun karena persenggamaan Ellie dan King di malam pertama pernikahannya, membuat Ellie perlahan memiliki hati dan cinta untuk King, entahlah Ellie bahkan bingung, Ia melakukan semuanya terpaksa, namun panggilan sayang dan ciuman sang Raja terbayang bayang di Ingatannya, apalagi saat mengetahui King didatangi seorang penyihir dan King langsung berubah sikap, Ellie meyakini ada sesuatu yang tidak beres di Kerajaan Fikseidon.

"Apa kau tahu dimana King Gideon, clau?"

"sejak kemarin King belum pulang, kudengar King pergi untuk mencari pengkhianat, Panglima kerajaan bernama Olivier dari wilayah Muscula, kemarin King mengerahkan pasukan cukup banyak untuk mencari dan menangkap Olivier, dan yang kudengar, Olivier melarikan diri dengan seorang Ficer yang bernama Edgar, kudengar Edgar berasal dari wilayah Erei" Ujar Claudia menjelaskan.

Claudia memang tahu banyak tentang kerajaan, selama ini dia mengendap dan mencari tahu apapun permasalahan yang terjadi di kerajaan Fikseidon, tujuannya hanya satu, memanfaatkan keadaan agar bisa pergi meninggalkan kerajaan untuk kembali kepada kekasihnya.

Ellie terdiam, di satu sisi Ia bersyukur ternyata kakaknya masih hidup, namun Ia khawatir jika Kakaknya ditemukan, apa yang akan terjadi dengan hidup Edgar, sudah pasti pihak kerajaan akan menghabisi Kakaknya.

"Ellie, kenapa kau menangis? apa Aku membuatmu bersedih?" Tanya Claudia prihatin, tangannya membelai pipi dan mengusap air mata Ellie.

"tidak apa apa clau, oh tuhan, Aku baru ingat, Aku harus bertemu dengan Paman Rudolf"

"paman? apa Rudolf pamanmu? bukankah kau hidup sebatang kara? itu kabar yang kudengar" Claudia mengernyitkan dahi.

Ellie kebingungan, tanpa sepengetahuan Ellie, dibelakangnya Rudolf telah menyebarkan rumor bahwa Ellie adalah anak sebatang kara dari wilayah Erei, hal ini Rudolf tutupi karena untuk menjaga sesuatu yang tidak diketahui Ellie, Ellie semakin penasaran, Ia semakin yakin harus segera bertemu Rudolf, Ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Ellie merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"aku memanggilnya paman karena dia lebih tua dariku clau, baiklah, aku minta maaf, aku harus meninggalkanmu sendirian" Ujar Ellie berbohong.

Ellie melompat dari ranjangnya, lalu bergegas keluar dari Kamarnya, Claudia menggelengkan kepala, Ellie sangat manis dan baik baginya, pantas saja King begitu tergoda melihat Ellie.

Ellie berlari menuju taman, namun Rudolf sudah tidak ada disana, hanya ada pengawal kerajaan yang berjaga.

"Apa kau melihat Rudolf?" tanya Ellie mengagetkan pengawal.

Pengawal itu tertegun memandang kecantikan wajah Ellie, paras Ellie memang sangat mempesona bagi laki laki yang menyukai laki laki.

"ah maaf tuan muda, tadi tuan Rudolf pergi kearah danau" jawab Pengawal setelah tersadar bahwa pria yang ia tatap adalah selir King Gideon, hal itu ia ketahui dari pakaian yang dikenakan Ellie.

"terima kasih, Aku akan kesana" Ujar Ellie berlalu meninggalkan Pengawal yang tertegun.

Pengawal itu berdecak kagum dengan keindahan selir muda King Gideon, Ia berandai andai jika Ellie menjadi miliknya.

Ellie berjalan kearah barat meninggalkan taman, Ia tahu jika Danau kerajaan ada diarah barat, mata Ellie mencari keberadaan Rudolf, dari balik pohon besar, Ellie melihat Rudolf sedang berdiri dipinggir danau membelakanginya.

"ah itu dia" lirih Ellie pelan pelan mendekatinya.

Namun Ellie terkejut, karena Rudolf tidak sendirian, ada penyihir tua yang semalam menemui King Gideon disamping Rudolf, Ellie memutuskan bersembunyi dibalik pohon besar didekatnya, dari pohon itu Ellie samar samar mendengar semua pembicaraan Rudolf dan Soka.

"Kau ingat dengan perjanjian kita bukan? jika kau melupakannya, maka Aku tidak akan mengampunimu Rudolf" Ujar Soka dengan suaranya yang parau.

"tentu saja Soka yang agung, Aku tidak berbohong, Edgar adalah satu satunya keturunan King Henry, dengan mengorbankan Edgar, maka keinginanmu untuk membangkitkan leluhur sura kali ini akan segera terlaksana" Jawab Rudolf membungkuk didepan Soka.

"bagimanapun caranya, King Gideon harus tetap ada dalam pengaruhmu, dengan begitu Aku akan mudah menyingkirkan Raja sialan itu, dengan begitu keinginan kita untuk menguasai Fikseidon dapat berjalan sesuai Rencana" Ujar Rudolf lagi dengan nada yang sangat licik.

Ellie terkejut bukan main, Ia tidak salah dengar jika dalang dibalik semua ini adalah pamannya sendiri, pamannya dengan tega sengaja mengorbankan Edgar untuk membantu penyihir tersebut, Ellie tak mempercayai pamannya seseorang yang jahat, dan bagaimana mungkin King Henry adalah nenek moyang dari Edgar, itu artinya dirinya juga sama.

Ellie mengintip dari balik pohon, Soka telah menghilang meninggalkan Rudlof sendirian, Rudolf berbalik meninggalkan Danau, Ia melewati pohon yang digunakan Ellie bersembunyi.

"kenapa paman begitu jahat?" Tanya Ellie menangis.

"El..Ellie, apa kau mendengar semuanya?"

Rudolf Panik, Ia tak menyangka akan ada orang yang memergokinya, selama ini Ia bertemu dengan Soka secara diam-diam.

"kenapa paman? paman tega mengorbankan keponakan paman sendiri untuk ambisi paman"

"Ellie, paman mohon dengarkan penjelasan paman"

"penjelasan apalagi paman, paman sengaja mengusulkanku menjadi tumbal, dengan begitu Kak Eddy akan menghalangi dan menyerahkan diri, paman sudah pasti tahu hal ini, bukan begitu, katakan paman!!?" Teriak Ellie memekik, tangisnya tak dapat dibendung lagi, Ellie menangis, meringkuk dibawah pohon besar yang rindang.

"paman terpaksa melakukan ini untuk wilayah kita, sejak dulu wilayah Erei tidak dianggap, sejak dulu wilayah Erei selalu dikucilkan, dengan Paman menjadi Raja, maka wilayah Erei akan menjadi wilayah terpandang, percayalah Ellie, setelah paman menjadi Raja, maka kau akan menjadi satu satunya permaisuri yang akan menemani paman"

Sontak Ellie semakin terkejut, tidak menyangka jika pamannya diam diam menginginkan Ellie.

"Jadi karena itu paman menyebarkan Rumor bahwa Aku anak yang hidup sebatang kara?"

"paman harus melakukan ini, karena kau juga keturunan terakhir King Henry, kalau sampai Soka tahu kau adalah keturunan King Henry, Kau bisa dijadikan tumbal menggantikan Edgar, aku mempunyai alasan untuk melindungimu Ellie, karena setahun belakangan ini, Paman telah memperhatikanmu, Paman juga begitu mencintaimu"

"Aku tidak menyangka paman, Aku sama sekali tidak menyangka, Paman tega, paman begitu jahat, apa bedanya dengan mengorbankan kak Eddy!!" Ellie semakin berteriak, kepalanya dipenuhi berbagai pertanyaan.

Ellie sebelumnya mengira bahwa King bersekutu dengan Soka, namun ternyata King Gideon hanyalah diperalat untuk kepentingan Rudolf dan Soka, Ellie semakin yakin dengan cintanya terhadap King Gideon, Ia harus menolong Raja sekaligus Suaminya itu, King Gideon hanya diperalat, Ellie bertekad untuk mencari cara menyadarkan King Gideon.

"Aku tidak akan membiarkan rencana busukmu paman Rudolf" Sekalipun Rudolf tampan dan gagah seperti King Gideon dan hanya Paman Ipar, namun bagi Ellie, pamannya tetap akan menjadi seorang paman, tidak akan mau dia dinikahi pamannya sendiri.

Ellie bergegas pergi meninggalkan Rudolf, namun langkahnya terhenti, nafasnya tercekat, ada sesuatu yang menancap dilehernya, tanpa Ellie ketahui, Rudolf melemparkan jarum yang sudah diberi sihir, siapapun yang terkena jarum itu maka tubuhnya akan pingsan selama lamanya.

"Maafkan Aku Sayang, Aku terpaksa melakukan ini, jika urusanku sudah selesai, akan kubuat kau bangun dari tidurmu, sekarang tidurlah, saat terbangun nanti, kupastikan Aku akan menikahimu" Bisik Rudolf mengangkat tubuh Ellie.

Setelah sampai di taman, Rudolf melukai dirinya sendiri, Ia berteriak kencang meminta tolong, sehingga beberapa pengawal datang menghampiri.

"tolong, kami diserang penyusup, bawa tuan muda ke kamarnya" ujar Rudolf dengan Aktingnya yang sangat menawan, Rudolf ikut terkapar karena darah terus mengucur dari pahanya yang sengaja Ia lukai.

Para pengawal kerajaan dengan panik membawa tubuh Rudolf dan Ellie menuju Istana.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C9
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión