"Jadi inikah kekuatan 'The eyes'... sangat menarik, pantas saja pemerintah begitu menginginkannya. Kau berhasil menghancurkan tabir kegelapanku, boleh juga. Tapi biar kuperjelas padamu. Aku tidak akan memberikanmu kepada pemerintah, aku sama sekali tidak peduli dengan imbalan yang mereka tawarkan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku akan membunuhmu!!! Jadi bersiaplah!!!"
"Kau tahu, ketika Tuhan memberikan anugerah padamu suatu kelebihan dan kau mensyukurinya dengan segenap hati, dengan itu kau bisa memiliki dunia ini dan isinya. Seketika aku gunakan anugerah cahaya dari Tuhan, aku tahu kau sudah menyadarinya, seketika itu juga menjadi hal yang mustahil kau dapat membunuhku saat ini, karena dunia ini sekarang adalah milikku, milik mataku. Jadi menyerahlah"
"Sepertinya kau terlalu percaya diri ..."
"Setelah kau kehilangan penglihatanmu, apakah kau bisa tetap menyerangku?"
"Hahaha ... apa maksudmu? Aku masih bisa melihatmu dengan cukup jelas, Kawan."
"White ON!"
"Aaarrrrgh! Apa yang kau lakukan dengan mataku! Mataku, mataku ... kenapa terang sekali? Tidaaak! Apa yang kau lakukan?"
"Sesaat aku menggunakan anugerah cahaya, seketika itu juga cahaya di dunia ini menjadi miliku, termasuk cahaya di matamu. Aku bisa mengendalikan semua pantulan cahaya ke matamu. Mulai saat itu, gambaran lingkungan dan gambaran diriku di matamu adalah rekayasa anugerah cahaya milikku. Serangan yang kau lakukan tadi adalah serangan yang kau tujukan pada bayanganku yang aku ciptakan sendiri di matamu. Dan saat ini aku memberikan semua pantulan cahaya putih ke matamu, itulah sebabnya kau hanya melihat cahaya yang terang sekali dan percuma saja jika kau mencoba untuk menutup matamu, itu tidak akan berpengaruh. Aku tahu kau tipe orang yang penuh dengan perhitungan, oleh karena itu menyerahlah dan sesali perbuatanmu, matamu tidak akan bertahan lama dengan kondisi seperti itu"
Tiba-tiba aku pun melihat dia mengangkat kedua tangan, sepertinya dia sudah tidak tahan dan menyerah.
"Hah ... Sepertinya aku sudah kalah telak. Baiklah, aku menyerah. Kau bisa melepaskan kutukanmu ini dariku, aku tidak akan melawanmu lagi. Sebagai sesama penerima anugerah Tuhan, kau bisa memegang perkataanku."
"Black ON!"
"Waaah ... kutukannya hilang juga. Hah, kau benar-benar berniat untuk membuatku buta ya? Terima kasih sudah melepaskan kutukanmu itu, Kawan. Dan maaf sepertinya aku sudah mengahancurkan harimu."
"Meminta maaflah kepada anak itu dan ayahnya yang sudah kau bunuh!!!"
"Apa maksudmu? Bukan aku yang membunuh kedua orang itu. Kukatakan padamu, aku berada di sini pun hanya untuk sedikit bersandiwara dan melakukan pertarungan denganmu, kematian kedua orang itu hanya sandiwara yang mereka persiapkan untuk pertarungan kita. Kau tidak menyadarinya, sejak awal kau sampai di lorong ini kita tidaklah sendirian, ada sekitar belasan orang yang menyaksikan pertarungan kita. Namun seketika kau mengaktifkan anugerah Tuhan dan melihat dengan mata sendiri kekuatan seperti apa itu, aku merasakan mereka satu persatu pergi dan salah satu dari mereka meninggalkan kantong uang ini di sampingku. Lihat, inilah bayaranku atas pertarungan hari ini."
Aku yakin kelompok itu sedang mengumpulkan kekuatan dan mulai mencari potensi-potensi evolusi anugerah Tuhan. Anugerah kehampaan dan keheningan yang mereka gunakan tadi menghilangkan hawa keberadaan mereka di sini. Pada saat aku sampai di sini, aku tidak bisa melihat keberadaan mereka karena aku masih menggunakan perisai kegelapan di mataku, yang tentunya membatasi penglihatannku. Dari informasi yang aku peroleh akhir-akhir ini, kelompok itu bertujuan untuk melakukan penyerangan dan menghancurkan pemerintah yang mereka anggap harus bertanggung jawab atas kerusakan bumi dan bencana besar yang terjadi lima tahun lalu. Aku sempat berpikir ingin bergabung dengan kelompok tersebut dan melakukan revolusi bersama. Namun, aku tidak menyangka mereka bergerak dengan cara seperti ini, menggunakan segala cara untuk mendapatkan hal dan tujuan yang mereka inginkan. Tapi ini baru dugaan dan prasangka sementara. Tidak menutup kemungkinan mereka mungkin anggota pemerintahan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu mengumpulkan kekuatan anugerah Tuhan. Siapa pun itu, aku tidak bisa memaafkan pembunuhan yang mereka lakukan pada anak ini dan ayahnya. Membenarkan pembunuhan untuk mencapai tujuan. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi terus-menerus. Keinginanku untuk bertahan hidup, keinginanku untuk memperbaiki hidup, keinginanku untuk memperlihatkan pandangan kedamaian bumi kepada adikku, adalah kekuatan terbesarku saat ini.
"Hei, pemilik anugerah angin, siapa namamu? Apakah yang kau katakan tadi masih berlaku? Apakah takdirmu untuk menguburkan kedua jasad ini masih berlaku?"
"Kau bisa memanggilku Reva. Hm ... maksudmu, kau ingin aku membantu menguburkan kedua jasad itu?"
Aku ambil kembali kain yang membungkus kedua kepala tadi dan berjalan menuju jasad anak tadi. Tapi yang aku lihat saat ini sedikit berbeda dengan apa yang aku lihat tadi. Jangan-jangan jasad ini ... sepertinya prasangka burukku kepada kelompok tadi tidak bisa aku benarkan.
"Hei, Reva, anggap saja uang yang mereka berikan tadi adalah upah untuk menguburkan jasad boneka ini."
"Oh, oh, kau sudah menyadarinya ya? Benar, mereka berdua hanyalah jasad mati yang digerakan oleh anugerah Tuhan hasil rekayasa teknologi manusia. Hebat juga kau bisa menyadarinya. Sesaat setelah mereka semua pergi, pada saat itu juga mereka melepaskan sihir pada kedua jasad boneka tadi. Tapi, hahaha ... kau benar-benar tertipu ya dengan sandiwara tadi ... hahaha"
"Sudahlah, bagaimanapun jasad ini pernah hidup sebagai manusia, kita harus menguburkannya dengan layak."
"Baiklah. Tidak masalah, mengingat jumlah pendapatanku hari ini tidaklah buruk. Hmm ..."
Terlihat senyuman lebar di wajah Reva ketika dia melihat isi kantong uang yang dia dapatkan. "Hah." Aku hanya bisa menghela napas mendengar perkataan sombongnya itu.
Hari ini sangat melelahkan, tapi terima kasih Tuhan ... terima kasih atas kekuatan yang Kau berikan, hari ini aku bisa mengendalikannya lagi. Walaupun saat ini mataku sedikit terasa sakit dan lelah, tapi aku masih mempunyai cukup tenaga untuk mengaktifkan kembali perisai kegelapan di mataku.
"Sudahlah, cukup melihat isi kantong uangmu itu, mereka tidak akan lari. Ayo cepat kita selesaikan pekerjaan terakhir kita hari ini, kita kuburkan dua jasad ini dengan layak."
"Hmm ... sok kenal sekali kau ini, padahal baru juga kita berkenalan. Tapi tidak apa-apa, hari ini perasaanku sedang bahagia, aku bantu sebisaku ya. Ngomong-ngomong curang sekali, kau sama sekali belum mengatakan namamu!!!"
"Anggap saja aku orang asing."