Descargar la aplicación
8.79% Forbidden LOVE. / Chapter 38: Memprovokasi

Capítulo 38: Memprovokasi

"Akh tidak usah, saya tidak perlu tahu tentang anda. Saya bukanlah orang yang ingin tahu kehidupan orang lain." Elena kembali bicara, mendahului Areez yang akan membuka bibirnya.

Tepat setelah Elena menutup bibir, pintu lift dibelakang Areez terbuka. Tanpa membuang waktu Elena pun bergegas keluar karena sudah tidak sabar untuk menghabiskan semua makanan yang ada di tangannya itu. Saat sedang melewati Areez secara tidak sengaja Elena mengangkat wajahnya dekat sekali dengan Areez yang sedang menunduk, hidung mereka bahkan nyaris bersentuhan kalau saja Areez tidak langsung menegakkan kepalanya.

"Kau!!!"

"A-aku tidak sengaja, lagipula itu salah anda sendiri yang tidak mau menyingkir ketika saya sedang berjalan keluar," jawab Elena dengan cepat, secepat gerakannya yang langsung berlari dengan kencang menuju kamarnya.

Areez yang tidak punya niat mengejar Elena mematung selama beberapa saat, berada sedekat itu dengan Elena membuat sekelebat perasaan asing muncul dalam diri Areez. Sebuah perasaan yang sedikit mengganggunya. Lamunan Areez akhirnya buyar ketika lift yang dinaikinya berhenti di lantai tujuan dimana kamarnya berada, Areez pun bergegas keluar dari lift dan berusaha melupakan obrolan singkatnya dengan sekretaris orang yang paling dia benci, Christian Clarke. Orang yang sudah memancing kemarahan seorang Areez Floyen. Areez yang tidak suka diremehkan memutuskan untuk membalas dendam pada Christian.

Elena yang sudah berhasil masuk kedalam kamarnya langsung mengambil air minum diatas meja dan langsung menghabiskannya tanpa sisa.

"Seharusnya tadi aku membalasnya," ucap Elena dengan nafas pendek-pendek. "Akh tidak, kau tidak boleh melakukan itu, Elena. Kalau kau membalas lelaki angkuh itu maka kau tidak akan jauh berbeda dengannya."

Elena lantas menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan kejadian tadi malam dimana dia disiram oleh Areez dengan wine yang akhirnya membuatnya sakit. Karena tidak mau makanannya dingin, Elena pun bergegas berjalan menuju sofa untuk menikmati dua burger besar dengan dua kentang goreng ukuran besar pula. Terbangun karena lapar membuat Elena kalap saat memesan makanan beberapa saat yang lalu.

Dalam waktu yang tidak lama, satu burger besar lezat dengan dua lapisan daging serta sayuran itu berhasil masuk ke dalam perut Elena. Elena yang benar-benar sangat kelaparan itu tidak mau menyia-nyiakan makanannya, karena itu Elena berniat menghabiskan semua makanannya yang berharga itu sembari menonton acara investigasi di salah satu stasiun televisi.

Kalau di luar sana banyak gadis yang menghindari semua hal yang berbau kekerasan atau kejahatan lain halnya dengan Elena, Elena justru menyukai acara investigasi seperti itu. Bahkan dulu, ketika dirinya masih belum mendapat pekerjaan, Elena sering begadang sampai pagi hanya demi menonton acara investigasi yang menurutnya menyenangkan untuk ditonton.

"Sudah jam lima pagi," gumam Elena pelan sembari meremas bungkus kentang goreng yang isinya baru saja dia habiskan tanpa sisa. "Lebih baik aku segera bersiap, kalau tidak si Night King itu bisa marah-marah lagi."

Dengan segera Elena bangun dari atas ranjang tempatnya duduk dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, karena Elena sudah tidur sejak sore saat ini dia tidak mengantuk sama sekali meski baru saja terjaga dari jam dua pagi sampai pagi menjelang.

****

Christian yang sudah terbiasa bangun pagi terlihat sudah rapi dengan pakaian tiga lapisnya ketika Kainer mengetuk pintu kamarnya, dengan langkah ringan setelah mendapatkan tidur berkualitas Christian berjalan menuju pintu.

"Selamat pagi, Tuan." Kainer menyapa Christian dengan sopan, seperti biasa.

Bukannya langsung menjawab, Christian justru mengalihkan pandangannya ke kamar Elena yang masih tertutup rapat.

"Tidak mungkin gadis itu masih tidur, bukan," ucap Christian lirih nyaris tidak terdengar.

Namun, karena Kainer saat ini berdiri sangat dekat dengan Christian dia bisa mendengar kalimat yang baru saja keluar dari bibir tipis Christian yang selalu berhasil menggoda para wanita.

"Sepertinya Elena belum benar-benar sembuh, Tuan," jawab Kainer dengan cepat.

Kedua tangan Christian langsung terkepal. "Gadis keras kepala itu," geram Christian jengkel. "Seharusnya aku tidak mendengarkan alasannya yang takut pada hantu di rumah sakit itu, dia sepertinya masih membutuhkan perawatan lebih la…"

Ucapan Christian terhenti saat Elena yang sudah begitu cantik dengan pakaian berwarna cerah yang sudah melekat indah di tubuhnya secara mengejutkan muncul dari dalam kamar dan langsung beradu pandang dengan Christian yang memang masih menatap kamar Elena.

"S-selamat pagi," ucap Elena gugup tidak menyangka jika Christian sudah berdiri di depan kamarnya.

"Sudah sembuh?" Christian yang berhasil menguasai dirinya langsung memberikan pertanyaan menusuk pada Elena.

Elena mengangguk pelan. "Sudah Sir, saya benar-benar berada dalam keadaan terbaik saya dan siap kembali bekerja melayani anda."

Yang Elena maksud dalam keadaan terbaik adalah dia sudah kenyang dan full energi, namun Christian menangkap hal lain. Dengan tidak merubah ekspresi wajahnya yang kaku, Christian lantas meraih tangan Elena secara tiba-tiba.

"Sir.."

"Kau harus makan, tadi malam kau belum makan dan aku tidak mau jika sampai kau sakit lagi. Kau baru bekerja denganku satu hari tapi kau sudah membuatku mengeluarkan tagihan rumah sakit," ucap Christian dingin, tanpa memberikan waktu Elena bicara Christian langsung menariknya menuju lift meninggalkan kamarnya dan kamar Elena yang masih terbuka lebar. Beruntung masih ada Kainer yang langsung tanggap dengan cekatan menutup pintu kamar sang tuan dan kamar Elena sebelum akhirnya berlari menyusul Christian dan Elena yang sudah hampir sampai di depan lift.

"Makan, Elena!" dengan suara tegas yang tidak mau dibantah Christian memerintahkan Elena untuk memakan makanan yang sudah tersaji di hadapannya.

Elena yang benar-benar sudah sangat kenyang setelah menghabiskan dua porsi burger dan kentang goreng menatap ngeri pada Christian, perutnya tidak akan mampu menampung makanan lagi saat ini. Jika dipaksakan untuk makan maka kemungkinannya hanya satu, dia pasti akan memuntahkan makanan itu kembali.

"Elena…" geram Christian memperingatkan.

"S-saya masih kenyang, Sir. Saya belum lapar," jawab Elena jujur.

Christian mengerutkan keningnya. "Masih kenyang? Belum lapar? Jangan bergurau, Elena. Terakhir kau makan adalah kemarin saat makan pagi sebelum akhirnya kau tidak sadarkan diri, kau tidak sedang berencana untuk kembali pingsan, bukan?"

Elena langsung menggelengkan kepalanya dan bersiap membuka mulutnya sebelum secara mengejutkan terdengar suara tepuk tangan dari meja yang berada tidak jauh dari meja tempat Christian duduk. Christian yang tidak suka ada yang menginterupsinya jika sedang berbicara langsung menoleh, mencari sumber suara. Hal yang sama pun dilakukan oleh Elena dan Kainer yang duduk disamping Christian.

Begitu mengenali siapa orang yang sudah mengusiknya sepagi ini, aura dingin penuh kemarahan Christian keluar. Elena yang tidak sengaja melihat sorot mata Christian bergidik ngeri, tatapan tajam Christian saat ini sudah mirip dengan sorot mata para penjahat yang sering dia lihat di acara investigasi, sadis dan tidak punya belas kasih.

"Adalah sebuah tindakan tidak bermoral yang dilakukan seorang lelaki jika memaksa seorang wanita yang sudah kenyang untuk menghabiskan makanan lagi," ucap sang pengganggu yang tidak lain adalah Areez dengan tenang, mendengar percakapan kecil antara Elena dan Christian sebelumnya membuat Areez tertarik untuk ikut campur.

"Apa maksudmu!!"

Areez menyeringai. "Bukan begitu, Elena? Kau masih kenyang bukan setelah makan junk food yang kau pesan tadi malam?"

"What…

Bersambung


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C38
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión