"Ini ... foto Mama, Nek."
"Kenapa memegang foto Mama? Memangnya Mama Arini kenapa? Kamu rindu dengan Mama Arini?" tanya Nenek mencoba mencairkan suasana.
Kemudian Radit melihat ke arah Sang Nenek yang kini duduk bersama tepatnya di sebelah kanan Radit. "Mama ... M-M-Mama sakit Nek," ujar Radit tersedu.
"Sakit? Sakit apa, Nak? Sini, cerita sama Nenek! Tapi ingat Radit, jangan ada yang kamu tutup-tutupi ya, Nak. Ayo, ceritakan semuanya pada Nenek, Nenek siap mendengarkan semua keluh kesahmu," ujar Nenek seraya mengusap pundak Radit yang masih kecil.
"Tapi ... Tapi aku takut, Nek. Aku bingung harus memulainya dari mana. Bahkan, Mama pun belum tahu jika aku sudah mengetahui tentang penyakitnya," ujar Radit yang semakin menangis keras.
"Tidak apa-apa, Nak. Ceritakan saja intinya. Nenek sangat penasaran dengan apa yang sudah kamu ketahui tentang Mama Arini. Radit ... Mama Arini itu, anak Nenek. Jadi Nenek berhak mengetahui semua tentang Mama Arini."