Keesokan paginya meja makan sepi kayak kuburan. Nggak ada suara Cia yang ribut kayak biasa. Dhika nggak nyaman dengan situasi seperti ini, dia tau Cia merajuk.
Cia tau sedari tadi Dhika merhatiin dia aja, dia nggak akan nunjukin lagi ketakutannya sama pria ini, nggak di tolong juga.
"Kamu ikut saya kekantor." Cia hampir kesedak, tawaran macam apa ini?
"Nggak, buat apa?" Tanya Cia acuh.
"Kamu takut sendiri di rumah. Hari ini saya tidak masuk kesekolah, ada urusan kantor."
"Saya berani, nggak mungkin psiko itu masuk," jawab Cia enteng.
"Kan saya sudah pernah bilang dia bisa bobol kunci."
"Kan bapak juga pernah bilang dia bukan psiko dan saya tidak boleh berpikir hal yang tidak-tidak." Datar kali nada bicaranya kayak aspal nggak da tanjakan.
Dhika menghela napas, "kamu masih marah?"
Cia mengerutkan alis, "buat apa saya marah?"
Dhika menghela napas, beginilah kalau yang di hadapi anak labil.
hallo, selamat membaca ya ^^
boleh tinggalkan jejak komentar ya, agar kami semangat.
i love u all ^^