Semenjak kejadian itu, Abah Rene mencoba terus mengalah dengan Jeng Oktaf, selain demi kenyamanan tetangga dan warga sekitar, hal itu iya lakukan demi menjaga keutuhan rumah tangganya.
"Pi, maaf sudah bikin kepala, Papi benjol!"
"Iya, Mi, gak apa-apa, Papi yang salah udah narok kepala di sini!"
"Ih, Papi ...." Jeng Oktaf memeluk suaminya.
"Pi! Maaf Mami gak sengaja numpahin kopi, Papi!"
"Iya, Mi gak apa-apa, Papi yang salah udah narok, kopi di meja!"
"Ih, Papi ...." Jeng Oktaf memeluk suaminya.
"Pi! Maaf, baju Papi, gak sengaja mami gosongin!"
"Gak apa-apa, Mi! Papi yang salah karna gak mau nyeterika baju sendiri,"
"Ih, Papi ...." Jeng Oktaf memeluk suaminya.
"Pi!"
"Iya, Mi! Gak apa-apa!"
Dan seterusnya begitu sampai lebaran monyet tiba.
Tapi berkat sikap Abah Rene yang selalu mengalah itu membuat rumah tangga mereka menjadi harmonis dan jarang terjadi prahara.
Abah Rene adalah serang pria yang berjiwa besar dan penyabar.