Masih di warung Ketoprak Ce Mimin, si bunga desa yang super demplon tapi...?
Ah yasudah, mari kita lanjutkan narasinya.
Suasana arisan kampung itu nampak sangat kacau.
Ketika dua emak-emak rempong sedang beradu kekuatan.
Dua emak-emak legendaris itu, sedang melampiaskan dendam kesumat yang selama ini terpendam.
"Eh, Oktaf! Gak tau diri banget lu, ikutan arisan di mari? Emang lu warga sini?!" tanya Mak Jinny sambil mengibaskan gamisnya yang berumbai dan penuh renda-renda gemerlap. Kebetulan baru kemarin Mak Jinny, membelinya di tanah abang, satu kodi seragam dengan emak-emak satu Majelis Taklim di Rawa Goceng.
"Eh, suka-suka gue dong! Gue, 'kan udah bilang kalau gue ke sini, ngikutin laki gue!" jawab Jeng Okta sambil memutar-mutar kepala ala Trio Macan.
"Dasar, Calon Besan Gadungan!" cerca Mak Jinny.
"Ih, bukan gadungan, tapi Calon Besan Yang Gagal! Lagian najis banget kalau sampek besanan sama elu, mana muka anak lu abstrak banget, kayak titisan bekicot!" hina Oktaf.
"La gue dong, bekicotnya?" celetuk Rene yang merasa tersinggung.
"Diam, Pi! Jangan brisik! Mau Mami teriak di deket kuping, Papi?!" tanya Oktaf.
Seketika Rene kembali gemetar. "Jangan dong, Mi, teriakan, Mami, 'kan kenceng banget, bom atum aja kalah, nanti kalau gendang telinga, Papi jebol gimana?"
"Di tambal pakek No Drop!"
"Hah apuaaah?!"
"Jangan lebar-lebar! bauk, Pi! Papi, 'kan abis makan pepes cangcorang sama rendang jengkol!"
Rene langsung menutup mulutnya. "Maaf, Mi, Papi, juga lupa gak sikat gigi, hehe,"
"Tuh, 'kan, Mami, bilang juga apa!"
"Woy! Jadi berantem enggak sih?!" tanya Mak Jinny. "Lu mau berantem apa mau ngomongin masalah rumah tangga di sini?!" teriak Mak Jinny lagi.
Dan dengan segera, Oktaf langsung kembali terfokus kepada Mak Jinny.
Lalu pergulatan sengit yang sempat tertunda kembali di mulai.
"CIAAAAT!"
"WACICAU ...!"
Prang!
Klontang!
Cring!
Debuk!
Gludak!
Seluruh piring, panci, bangku hingga pintu di warung Ce Mimin melayang-layang ke udara.
Seluruh warga yang berada di tempat itu mulai menjauh, karna takut ada serangan yang salah sasaran dan malah membuat mereka celaka.
"Eh, Marpuah! Itu yang dandannya aneh pakek syal bulu-bulu, Emak elu ya?" tanya Jamillah kepada Marpuah.
"Iya, Mami aku cantik, 'kan?" sahut Marpuah penuh percaya diri.
"Ih, cantik apaan, mukanya putih licin banget, tapi leher item! Udah gitu gak pakek makeup sama sekali, pasti Emak elu itu pakek skincare racikan yang belinya di pasar malem ya?!" cerca panjang kali lebar dari Jamillah.
"Uh, enak aja, Mami aku itu mukanya bisa glowing begitu karna perawatan laser tau!" sangkal Marpuah yang tak terima.
"Sekalian aja gak perawatan obor? Tetap aja Mak Jinny lebih cantik, mukanya lebih cetar lihat deh, makeupnya cucok banget kayak punya gue!" ucap Jamillah penuh bangga.
Jamillah memang satu server dengan Mak Jinny, karna dua-duanya adalah wanita yang hobby bermakup tebal, apa lagi mereka berdua tinggal berdekatan.
Bahkan Jamillah di juluki the next ratu dempul sebagai penerus dari Mak Jinny.
"Mami aku, paling cantik natural kayak orang korea!"
"Eh orang korea pakek plastik semua!"
"Eh, biar pakek plastik tapi mukanya glowing!"
"Elu penggemar drakor ya?" tanya Jamillah.
"Iya!" jawab Marpuah.
"Kok muka lu lebih mirip yang di filem horor?!"
"Apa?! Muka lu tuh yang mirip badut! Tu bedak abis berapa kilo?!" cerca Marpuah.
"Ih muka lu tompelan! Pasti itu tompel kutukan ya?!"
"Enak aja ini tompel keberuntungan!"
"Haha! Tompel ke beruntungan tapi lu masih jomblo aja tuh!"
"Eh kurang ajar! Elu kan juga gak laku-laku!"
"Eh, enak aja! Gue pacarnya Bang Qimons tau!"
"Bang Qimons, itu mantan gua!"
"Jangan halu!"
"Gak halu tuh! Lu tau enggak kalau sebenarnya tompel gue itu adalah bekas dari cipokkan, Bang Qimons?!"
"Apa?! Jangan ngada-ngada! Berani lu ama gua?!" tantang Jamillah
"Berani dong! Masa enggak!"
"CIAAAAAT!"
"WATAAAUUUU!"
Dan dua gadis yang sama-sama merasa cantik itu pun turut beradu kekuatan.
Sedangkan Ce Mimin, hanya bisa menangis tersedu-sedu, sambil memeluk Bambang.
Ce Mimin sangat sedih melihat barang-barang di warung ketoprak serba adanya itu hancur.
Padahal sebagian cicilan panci belum lunas.
"Ya, Gusti! Apa salah hamba?!" ucap Ce Mimin sambil memandangi panji penyok dan gelas piring yang sebagian masih berterbangan.
"Sabar ya, Mimin," ucap Bambang menenangkan sahabat seperjuangannya itu.
"Tau begini, ogah banget warung gue di pakek buat arisan kampung! Kalau begini caranya bukannya gue untung gede, tapi malah rugi parah!" keluh Mimin.
"Sabar, Mimin," Sekali lagi si Bambang Magfur menenangkan Mimin.
"Ah ini tidak bisa di biarkan, kalau dua Emak-emak Barbar, itu masih ada di sini maka warung gue bisa hancur! Gue harus hentikan mereka!" ucap Mimin penuh yakin.
Lalu Mimin pun langsung mengerahkan kekuatannya, dia mencopot pakaian kebayanya yang anggun, dan seketika lengan Mimin yang awalnya terlihat ramping langsung berubah menjadi kekar berotot, perut Mimin yang tadinya langsing juga berubah menjadi kotak-kotak khas Binaragawan.
"WOY! BERHENTI WOY!" teriak Mimin dengan suara berat menggelegar serak-serak jember.
Mak Jinny dan Jeng Oktaf seketika langsung menghentikan perkelahiannya.
Begitu pula warga yang lainnya, yang awalnya mereka saling bersorak memberi dukungan juga tampak berhenti.
"Suara siapa itu?" tanya Mak Jinny.
"Iya, suara siapa ya, kok mirip suara, Abang-abang tukang nagih utang?" imbuh Jeng Oktaf.
Lalu mereka semua secara serempak menoleh ke arah Mimin.
Dan mereka pun kaget melihat Ce Mimin sudah menjadi makhluk jadi-jadian.
Dengan masih menggunakan bawahan kain batik, dan atasan berupa bra motif Doraemon, tapi tubuhnya berubah kekar berotot mirip Adi Ray.
Mereka semua melongo keheranan, melihat penampilan Ce Mimin.
"WOY! TUNGGU APA LAGI! AYO CEPETAN BUBAR!" sergah Ce Mimin.
"Kabur woy! Ada Hulk!" teriak Juju.
"Ah, kayaknya ini lebih mirip kolor ijo deh!" imbuh Jamillah.
"Mana? badannya gak ijo tuh!?" tanya Martiana Cemani yang tiba-tiba muncul di antara mereka berdua.
Seketika Juju dan Jamillah saling menoleh sambil mengernyitkan alis ke arah Martiana.
"Tunggu apa lagi, ayo cepetan kabur! Ce Mimin udah di rasuki siluman kingkong!" teriak Patria yang mulai mengada-ngada.
Sedangkan Prof. Wans malah sudah sejak tadi keluar dari dalam warung Ce Mimin, karna kebetulan ada tukang cilok berwajah glowing mangkal di depan warung Ce Mimin. Wans sedang mengeluarkan jurus gombal buayanya.
Mak Jinny sudah berlari sambil koprol duluan dan berda paling depan di antar yang lainnnya.
Sedangkan Abah Rene berlari sambil batuk-batuk bengek karna menggendong istri tercintanya.
"Mi, jalan sendiri dong! Papi, lelah!" keluh Rene.
"Enggak ah, Pi! Kata dokter Mami gak boleh lari-larian, nanti betisnya gede!" jawab Jeng Oktaf.
Marpuah juga berlari, tapi dia berlari zig-zag sok imut sambil membawa-bawa payung dan tak sadar Marpuah malah menabrak Juju, si mantan pacar yang sekarang jadi saudara.
Glebuk!
"Maaf, ya Juju," ucap Marpuah.
"Ih, sok imut banget," celetuk Jamillah.
"Sirik aja lo!" sahut Marpuah.
Puk!
Marpuah melemparkan sendalnya ke arah Jamillah tapi malah salah sasaran dan sendal mendarat tepat di kepala Mbah Tresno.
"Woy! Sendal siapa nih!?" teriak Mbah Tresno.
"Jangan-jangan sendalnya, Cinderella, Mbah!" tebak Martiana Cemani.
To be continued.