Hati Jeanna remuk mendengar erangan kesakitan Rain yang berlutut di sebelahnya, dengan tangan mencengkeram dadanya. Pria itu tampak begitu tersiksa. Dan Harvey tidak berhenti di sana.
"Kau bisa saja menghentikan itu saat itu," Harvey berkata. "Kau bisa saja membujuk Ibu untuk melakukan hal lainnya. Tapi, apa yang kau lakukan saat itu? Kau hanya diam di sana dan melihat bagaimana masa depan mengerikan akan menyambut keluarga istrimu itu."
"Hentikan, kumohon …" tangis Jeanna. "Jangan katakan apa pun lagi padanya …"
"Tidakkah kau berpikir, Rain, bagaimana perasaan gadis itu?" Harvey melanjutkan. "Ketika ayahnya mati untuk menyelamatkan nyawanya, dia malah menikah dengan anak dari pembunuh ayahnya."
"Cukup!" Jeanna memekik. "Kumohon … jangan katakan apa pun lagi …" Jeanna tersedu.
"Jeanna," panggil Rain. Suara pria itu begitu pelan.
"Aku di sini, Rain," Jeanna menjawab sembari mengulurkan tangan pada Rain.
"Maafkan aku …" Rain berkata.
Jeanna mengernyit. "Rain, kumohon …"