Descargar la aplicación
1.83% CINTA YANG BERBEDA / Chapter 7: TERLIBAT 2

Capítulo 7: TERLIBAT 2

Aku berangkat kesekolah nebeng papaku kebetulan dia lagi piket pagi.

Di sekolahan masih sangat sepi, hanya ada beberapa murid saja yang sudah datang.

Seketika perhatianku tertuju pada penjaga kebun pak Karyo, dari sejak awal aku melihat aku merasa aneh dengannya. Tapi apa ya?

Seketika pandanganku terus terfokus pada pak Karyo yang menyapu halaman depan kantor kepala sekolah.

"Deeegghhh," Aku sangat kaget ketika tiba-tiba pandanganku gelap.

"Tebak hayo... siaapa?" aku tersenyum ketika mendengar suara itu, setidaknya aku lega, gelapnya pandanganku karna memang ada yang menutup kedua mataku.

Aku memegang kedua tangan itu dan aku mendongak ke atas.

"Astaga! kak Rizky," batinku.

Dia tertunduk tersenyum melihatku, mana wajahnya dekat sekali dengan wajahku, seketika wajahku merona, dan aku dibuatnya salting.

"Kak Rizky! Sejak kapan di sini?" kataku bingung.

"Belum lama sih. Lagian kamu kenapa duduk sendiri disini sambil bengong memandang pak Karyo! Jangan bilang kamu terpesona sama dia," Candanya

"Iichhh apa sih kak," kataku malu-malu batinku, aku tidak naksir dia, tapi kamu.

Saat jam istirahat seperti biasa aku jarang ke kantin, jika tidak duduk di bawah rindangnya pohon akasia ya pasti aku di perpus.

Kali ini aku duduk di bawah pohon dengan membawa buku baruku, yang dibelikan oleh papaku beberapa hari lalu.

Ku pandangi pak Karyo, wajah yang nampak menyimpan duka mendalam terlihat pada raut wajahnya.

Tiba-tiba kaki ini berjalan melangkah mendekatinya, entah seperti bukan aku, tapi seperti ada yang menguasaiku, mengendalikanku untuk melanglah mendekati pak Karyo.

"Bapak," sapaku dan di sambut senyuman olehnya dan balik menyapaku.

"Neng Ruby, Wah itu buku baru ya?" kata pak karyo setelah melihat sampul buku yang kupegang.

Memang bukan rahasia lagi kalau aku ini adalah seorang kutu buku, semua juga sudah mengenalnya dengan julukan itu.

"Iya pak, ini kemarin saya dapat dari papa saya," ceritaku.

Kini muncul rasa yang tak bisa kujelaskan dengan kata-kata, aku tiba-tiba saja ingin dekat dengan pak Karyo. Aku merasakan seperti ada rasa rindu seorang anak terhadap ayahnya tapi apa? Aku setiap hari ketemu sama papah lalu apa ini yang aku rasakan.

Sejauh ini pak Karyo memang memiliki pribadi yang tertutup dan sopan, maka dia sangat di hormati oleh semua guru-guru di sini.

"Ruby, ayo ikut aku!" ajak Zizie tiba-tiba dan menggeret tanganku.

Dia berlari membawaku melewati lorong yang dulu pernah kulewati bersama kak Rizky ketika masa ospek.

Kembali aku merasakan hawa negatif dilorong ini, pundak serta tengkukku begitu berat kepalaku pusing dan sakit sekali.

Di sela-sela sakit di kepalaku yang menyiksa, aku melihat seorang gadis terdiam di lorong ini dia termenung menangis seorang diri.

Tak lama kemudian datang segerombol geng cewek mendekati anak gadis itu, mereka membully fisik.

Gadis itu berteriak histeris dalam isakan tangisnya dan meminta tolong tak ada seorangpun yang datang menolong.

Teriakannya terhenti bersamaan dengan tubuhnya yang roboh setelah menerima pukulan dari besi di tengkuknya.

"TIDAAAAAAKKKKKKK....." Teriaku histeris.

"Dia mati. Dia pasti mati..." kataku gugup ketakutan.

"Heh, Ruby! Kamu kenapa?" kata Zizie menepuk pundaku.

"Dia meninggal Zie,"

"Siapa?  Ruby! Kamu itu kenapa? Aneh banget sih," katanya lalu meninggalkan aku.

Sejak hari itu aku semakin sering melihat hal yang aneh-aneh.

Dan hantu gadis itu sering sekali muncul meminta tolong sambil tersenyum, dan sesekali bawaku ke sebuah tempat yang entah kemana tapi sejauh ini aku masih bisa mengendalikan diriku.

Semakin seringnya aku didatangi dan mendapat penglihatan dari indra keenamku, semakin aku di anggap aneh oleh teman-temanku.

Di dalam kelas hanya Ziezie dan Candra saja yang masih mau berteman denganku dan di luar hanya Kak Rizky dan Arif saja.

Jadi aku kemana-mana hanya bersama kak Rizky dan Arif saja.

Mereka percaya aku telah terlibat sebuah misteri yang ada di sekolahan ini, dan yang lainnya telah menganggapku gila.

Candra dan Zizie yang awalnya mau gabung dengan kami, mereka pilih buyar saja, karna mereka penakut dan ga mau bahas-bahas tentang makhluk astral.

"Kenapa aku terlibat dengan semua ini? Imel aku tanya dia juga tidak mau jawab. Katanya dia tidak mau ikut campur, sialan dia," makiku tentang Imel gadis kunti di pohon akasia sana.

"Ruby, makhluk seperti itu tidak akan melibatkan sembarang orang, dia memilih salah satu orang yang baginya tepat, bisa menolongnya" Ucap Arif.

"Iya Ruby,Arif benar,"sahut Kak Rizky

"Lalu tau apa aku dengan masalahnya kak, kok asal melibatkan saja," kataku kesal.

"Iya kamu tak tau apa-apa, tapi dia sudah memberitahumu dengan penglihatanmu,"

"Dan karna kamu indogo itu Ruby, dia berusaha berkomunikasi denganmu, coba fikirkan dan rasakan! Pasti kamu akan bisa menjawab dan mengungkap semuanya.

Suport Arif.

"Kamu maju terus kami tidak hanya mendukungmu, tapi juga akan membantumu," Ucap kak Riky sambil menaruh tangan kananku dinatas punggung tangan kanannya dan meletakan tangan Arif di atas tanganku.

"Iya Ruby, aku dan kak Rizky akan selalu siap bantu kamu kapan saja," ucap Arif yang memantapkan Niatku mengungkap misteri di balik semua ini.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C7
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión