Ya Allah, gumam Rezqi lagi di dalam hati. Baru saja hamba bersyukur, kenapa sekarang malah harus merasakan bahwa hamba akan gagal lagi, dan lagi, yaa Allah?
"Ya sudah," kata Pak Ben kemudian. "Saya mau ke bawah dulu."
"Baik, Pak," ujar Heni seraya melirik lagi pada Rezqi.
Setelah itu, Rezqi mengikuti langkah Pak Ben yang menuju ke arah lift.
Sementara Heni tersenyum geleng-geleng kepala memandang punggung Rezqi. Entah apa pun yang sudah direncanakan Pak Ben terhadap laki-laki yang satu itu, pikirnya. Tapi yang pasti, bukan sesuatu yang buruk. Heni yakin itu. Pak Ben bukanlah tipikal orang yang selama ini suka mempermainkan orang lain.
Bahkan, karena sifat baik Pak Ben itu juga yang membuat Heni pernah menaruh hati pada laki-laki tersebut. Sayangnya, Heni tidak seberuntung itu untuk bisa menjadi pendamping hidup bagi Pak Ben.
Tapi tetap saja, sampai sekarang Heni menaruh segan dan hormat pada Pak Ben, bukan lantaran posisi dan jabatan pria itu sendiri tentunya.