Yaa, mungkin orang memang sengaja mempermainkan dirinya. Aneh saja, kenapa bukan orang-orang dari HRD yang menginterview dirinya ketika itu?
Rezqi berada di situasi yang serbasalah, setidaknya seperti itulah yang ia rasakan kini.
Diam saja, rasa-rasanya justru ada sesuatu yang harus ia ketahui. Memilih untuk bertanya, mungkin ini akan membahayakan posisinya sendiri. Bisa-bisa, akan dipecat sebelum sempat bekerja.
"Jangan kelihatan bingung seperti itu."
Pak Ben pun meraih berkas yang sudah ditandatangai oleh Rezqi, sang direktur utama berdiri, menggerakkan kepalanya mengajak Rezqi untuk meninggalkan ruangan.
"Ayo!"
Tidak banyak pilihan yang ada, Rezqi pun akhirnya mengemasi tas punggungnya itu, dan saat akan berdiri, ponsel di dalam saku celanannya berbunyi. Hanya saja, Rezqi berpikir yang menelepon itu mungkin adalah Steaven, dan berhubung boleh dikatakan ia sendiri dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk menjawab panggilan itu, jadilah Rezqi mengabaikan saja.