Tapi Babeh Djaja tidak menggubris Sulaiman, meski anak laki-lakinya itu datang menghampiri dan menemukan bahwa sang adik sedang duduk berselonjor di atas pembaringan dengan satu tangan terjulur lurus ke depan, dan wajah serta sekujur tubuh yang bermandikan keringat. Babeh Djaja lebih mengkhawatirkan kondisi putri bungsunya itu.
"Shari!" panggil Babeh Djaja lagi. "Istighfar, Shari. Istighfar!"
Bola mata si gadis perawan itu bergerak liar ke sana kemari seolah mencari-cari satu sosok atau seseorang di sekitarnya, dan ketika tatapannya bertumpu pada sang ayah, barulah Shari sadar jika semua yang ia lihat tadi hanyalah sebuah mimpi belaka.
"Babeh…" ujar Shari dengan suara tercekat.
Dan kemudian, Shari langsung menghambur memeluk sang ayah dengan tubuh gemetar luar biasa. Babeh Djaja dapat merasakan hal tersebut, dan ini semakin membenamkan ia dalam cemas dan khawatir yang berlebihan.