"Tul," sahut Dinda. "Lebih baik nyatakan sekarang daripada menyesal nanti."
"Ho-oh," timpal Jong. "Mulut elu bilang iye, tapi hati elu mangkel kek yang mau nerkam gue aje."
"Bisa gak, sih?" ujar Rezqi seraya menghela napas dalam-dalam. "Gak udah bahas hal beginian muluk?"
"Terserah elu deh," kata Ambar. "Terus gimana, si Steave bilang pagi tadi elu diantar ke Graha Abadi buat interview."
Rezqi mengangguk. "Alhamdulillah, semua lancar."
"Yakin?" tanya Ambar lagi. "Jangan-jangan cuman basa-basi kayak yang sudah-sudah?"
"Gua rasa enggak," tukas Steaven. "Kan tadi gua udah bilangin kalo tuh direktur utama ngajakin nih anak atu buat ketemuan lagi Rabu di minggu depan."
"Di—direktur utama?" ulang Ambar, Jong dan Dinda pun sama membelalakkan mata memandang pada Steaven, lalu beralih ke arah Rezqi yang tersenyam-senyum.
"Eeeh," Steaven cengengesan. "Tadi gua belum bilang, ya?"
"Sompret lu!" dengus Jong. "Kalo ngasi tahu tuh jan setengah-setengah, dodol!"