Kencana tampak menundukkan kepalanya. Ia memang salah, karena tidak mengatakan terlebih dahulu kepada Nawang bahwa ia sedikit terlambat. Satu jam saja sudah membuat Nawang mengoceh, apa lagi jika ia mengikuti ajakan Ivan tadi.
"Kau dengar tidak sih jika Mbak dan Mas Arjuna bicara? Apa kau sudah lupa pesan Mama dan Papa untuk menjauhi Cantika dan antek-anteknya?!" hardik Nawang.
"Aku tau, Mbak. Tapi, please deh Mbak. Nggak harus marah-marah kaya gini juga! Kita nggak punya bukti juga kan, Mbak kalau dia mau berniat jahat pada keluarga kita."
"Oh, jadi kau menunggu ada bukti? Kau menunggu sampai kau jatuh menjadi korban?! Hah, di mana akal sehatmu, Kencana?! Mbak begini karena peduli padamu. Mbak mau kamu baik-baik saja. Dan Mbak mau kamu juga bergaul dengan orang-orang yang tidak berniat jahat. Apa kau pernah mendengar ada orang yang iri hati terang-terangan berkata iri di hadapan kita? Nggak, kan."