Andin menatap Rendra. Tatapannya garang seakan menusuk hinga menembus. "Kalau iya kenapa? Kau sudah tidak punya pekerjaan Rendra. Kau bahkan tidak menafkahiku lagi. Jadi jangan salahkan aku jika ada laki-laki seperti Tommy yang begitu perhatian padaku."
Rendra berdecak. Pandangannya kini teralih ke yang lain sebelum matanya kembali menatap Andin. "Kau pikir aku percaya? Bukan Tommy yang perhatian padamu, tapi kau yang mengejar-ngejarnya. Bukan, begitu?"
Andin tertawa meledek. "Kalau iya kenapa? Tommy itu teman masa kecilku. Dia menyukaiku dan kita sama-sama saling menyukai."
Seandainya Rendra seperti suami pada normalnya, mungkin saat ini Andin sudah babak-belur dihajarnya akibat perkataan itu. Sungguh sangat tidak pantas jika seorang istri melebih-lebihkan pria lain di hadapan suaminya sendiri. Tapi Rendra, ia justru senang Andin mengakui semuanya.
Dengan cepat Rendra berdiri dan berkata, "Kalau benar begitu, aku minta cerai. Aku ingin bercerai denganmu, Andin."
Cie, Andin bakal punya saudara. Hehehe.