Mata Nia membulat saat kakinya menyundul sesuatu, terasa licin tapi berbulu. Ia mengernyit merasakan sesuatu yang panjang membelai kakinya.
Saat Nia menunduk, napasnya tercekat dan tubuhnya kaku seolah ada yang merubahnya menjadi patung. Mata merah itu menyala, menatap tajam Nia.
"AAAAA MENJAUH! PERGI! PERGI! AYAH, IBU, KUMOHON BUKA PINTUNYA!" Nia langsung berlari ke pintu, menggedor-gedor sampai debu berjatuhan. Tapi... tentu saja tak ada sahutan.
Nia memeluk tubuhnya sendiri, air mata kembali jatuh dari pelupuk, mengotori wajah cantiknya. Ia menangis sesenggukan saat melihat tikus di depannya sementara hewan pengerat itu dengan kurang ajar bergerak mendekati Nia. Dasar hama mengesalkan.
Sepertinya hama yang dibenci petani itu pantas disebut setan. Tikus itu tak takut pada manusia (Nia), dia malah mengeluarkan cicitan seraya terus mendekat. Nia menatap horor tikus, mata merah tikus menyala seperti laser dan gigi runcingnya meneteskan liur.