Descargar la aplicación
1.24% Salju Di Korea / Chapter 3: Bab 3 Perkenalan Sabda Dan Syifa

Capítulo 3: Bab 3 Perkenalan Sabda Dan Syifa

Hari itu Syifa seorang diri menunggu datangnya mobil angkutan dibibir jalan seperti pada hari hari sebelumnya.

Tidak ada teman sekolah yang ikut menunggu datangnya angkutan. Hanya ibu-ibu yang hendak pergi ke pasar. Perasaan cemas menghantui pikirannya khawatir akan terlambat masuk kelas.

Pada pagi hari itu masih terpikirkan olehnya keadaan Kakek Syifa yang masih terbaring di tempat tidur akibat sakit dibadannya. Mungkin kecapekan seharian kerja di sawah. Hujan panas dalam cuaca yang cukup ekstrim dan tidak menentu kadang tak dihiraukannya hingga badan jatuh sakit baru mau istirahat di rumah.

Terpaksa Syifa harus jalan kaki menyusuri jalan kampung hingga sampai jalan beraspal. Dan baru sampai jalan beraspal Syifa sudah kehilangan teman temannya.

Suara mesin sepeda motor terdengar semakin jelas searah dengan laju sepeda motor mendekat kearahnya. Sepontan lamunanya menjadi buyar dan melangkahkan kakinya satu langkah mundur kebelakang. Memberi jarak dan ruang berhentinya sepeda motor didepannya.

"Maaf apakah kamu sekolah di SMU negeri 1?" tanya Sabda kepada Syifa. Dengan anggukan kepala Syifa menjawabnya.

"Ayo sekalian ikut saya" kata Sabda menawarkan tumpangan. Syifa ambil posisi diam dalam keraguan.

"Ayo nanti keburu telat, sepertinya jam masuk sekolah kurang sepuluh menit lagi. Kamu bisa telat jika menunggu mobil angkutan entah kapan datangnya."Syifa tetap diam seakan tak peduli apa yang sabda omongkan. Sedikit perasaan kesal Sabda mengakhiri pembicaraannya.

"Baiklah saya berangkat duluan" sambil mengarahkan motornya ke jalan beraspal dengan tangannya menarik kabel gas membuang kesal.

Laju motor itu semakin jauh dari pandangan Syifa. Namun mobil angkutanpun belum juga datang.

Perasaan cemas akan terlambat masuk sekolah kembali mnghantui pikirannya. Sementara perasaan kecewa menolak tumpangan berebut gengsi demi mempertahankan kehormatannya.

Di lain hal mesin waktu terus berjalan. Detik berganti menit hingga mobil angkutan yang ditunggu-tunggu datang menghampirinya. Perasaan lega mengusir kecemasan yang menghantui pikirannya tatkala Syifa mendapatkan mobil angkutan itu membawanya ke tempat Syifa sekolah.

"Berhenti didepan pak! " kata Syifa kepada Pak Sopir ketika mobil angkutan itu berjalan mendekat pada bangunan sekolah disitu Syifa belajar.

Terburu-buru kakinya berjalan cepat setengah berlari menuju pintu pagar sekolah dan, mata syifa terbelalak manakala pintu pagar sekolahan tertutup rapat. Dan wajah Syifa berubah menjadi pucat, keringat dinginpun mendadak keluar dibalik wajah cantiknya tatkala Syifa mendapati dirinya dihadapan guru BP dengan pasang muka muram bak hantu disiang bolong.

"Mengapa kamu terlambat?" tanya Guru BP dengan pasang muka masam. Syifa tertunduk diam. Dalam hatinya pasrah entah hukuman apa yang akan diberikan Guru BP kepadanya.

"Masuk!..dan berhenti di tengah lapang" perintah Guru Bp kepada Syifa. Syifa menurut saja perintah guri BP itu.

"Berikutnya berdiri tegak hormat di hadapan bendera!" perintah Guru BP menyerukan. Dan Syifa hanya bisa menurut saja apa kata perintah Guru BP kepadanya.

Muka masam dengan wajah menahan capek setelah sekian waktu Syifa menjalani hukuman menghormat bendera di tengah lapang. Terkejut Syifa setelah matanya melirik kepada siswa lain yang mengalami nasib serupa dengannya. Terlebih siswa itu yang menawarkan tumpangan ketika berangkat sekolah pagi tadi. Keduanya saling bertukar pandang rasa penasaran yang hendak tersampaikan.

Bunyi lonceng berdenting keras memecah keheningan suasana kegiatan belajar mengajar. Sesaat kemudian berganti dengan suara riuh para siswa yang berhamburan keluar ruang kelas tanda jam istirahat telah tiba.

Sementara Sabda dan Syifa masih berdiri dengan tangan menghormat bendera di tengah lapangan. Sungguh hukuman terberat bagi Sabda dan Syifa sepanjang belajar di sekolah itu manakala kaki tangan dan sekujur tubuh semakin terasa berat karena kelelahan ditambah rasa malu akibat ulah usil ledekan teman.

"Sudah! kalian boleh istirahat dan jangan terlambat lagi!" Kata guru BP kepada Sabda dan Syifa mengakhiri masa hukuman keduanya. Perasaan lega dan bahagia Sabda dan Syifa bisa kembali masuk ke ruang kelas belajar bersama teman teman yang lain.

Lonceng sekolah kembali berbunyi tanda jam istirahat telah usai dan kegiatan belajar mengajar kembali berjalan. Semua siswa kembali bergegas masuk ke ruang kelas dengan mengambil tempat duduk seperti semula. Tak ketinggalan Sabda dan Syifa kembali mengambil tempat duduk masing masing.

"Selamat siang anak anak" Ucap Bu Sri Guru Bahasa Indonesia menghentikan suara gaduh di ruang kelas.

"Siang Bu" jawab anak anak serempak.

"Ada yang tidak masuk hari ini? " tanya Bu Sri mengawali kegiatan belajar mengajar.

"Tidak Bu " jawab sebagian siswa meyakinkan.

"Baik kita mulai pelajaran melanjutkan yang kemarin. Coba kamu Syifa bacakan pelajaran kemarin!" perintah Ibu Sri.

"Iya Bu" Syifa mendadak gugup sambil menyeka keringat di dahinya dengan tisu.

"Syifa! apakah kamu sedang sakit? wajahmu tampak lelah?" Tanya Bu Sri penuh perhatian.

"Tidak Bu" jawab Syifa singkat.

"Habis pacaran sama Sabda Bu di tengah lapangan" celetuk Dian dengan kata jailnya. Sontak seisi kelas tertawa riuh.

"Memang ada apa sebenarnya yang terjadi pada Sabda dan Syifa?" Tanya Bu Sri penasaran.

"Keduanya terlambat masuk kelas Bu, jadi ya kena deh hukuman oleh guru BP suruh hormat bendera di tengah lapangan" kata Dewi menjelaskan.

Pelajaran berlalu hingga tengah hari. Satu persatu ruang kelas terbuka disusul para siswa berhamburan keluar. Demikian halnya di ruang kelas Sabda dan Syifa juga teman-teman yang lain berkemas tanda usai pelajaran dan kembali pulang ke rumah.

"Hai Syifa! bagaimana ceritanya kamu bisa terlambat masuk sekolah, eh.. Bareng doi anak baru yang kece lagi" tanya Dian dengan canda sambil berlalu meninggalkan ruang kelas. Syifa hanya diam sembari melempar senyum ke arah Dian.

"Oohh.. Jangan-jangan sudah janjian ya kalian berdua pacaran hingga terlambat masuk sekolah." goda Dian lagi.

"Eehh! apaan sih! kenal aja baru kemarin pas waktu dikenalkan sama Kepala Sekolah bersama-sama di ruang kelas" jawab Syifa dengan nada membantah.

Seperti pada hari-hari sebelumnya Syifa bersama dengan teman temannya selalu mengobrol dengan tema apa saja sambil menunggu mobil angkot yang mengantarkannya pulang.

"Hai Syifa, Dewi, Dina aku duluan ya sapa siswa yang lain sambil tarik gas motornya dan berlalu begitu saja.

Tidak lama kemudian mobil angkot berhenti dan menunggu penumpang ditempat tidak jauh dari Syifa dan teman temannya, seakan tahu betul sopir angkot itu pada jam-jam tertentu harus tiba jemput penumpang langganannya.

Syifa, Dewi, Dina dan siswa yang lain segera masuk naik angkot dan berebut mencari tempat duduk barangkali tersisa bangku kosong.

Di dalam mobil angkot Dina menyambung obrolan kecil di tengah teman temanya yang lain.

"Eh ngomong-ngong anak baru itu keren juga, selain cakep juga pinter. Setiap tugas dari guru dia selalu dapat nilai bagus" ujar Dina.

"Masak sih? " sambung Dewi rasa penasaran.

"Kalau tak percaya coba aja tanya saja pada teman sebangkunya Si Budi." Sementara Syifa hanya diam saja sambil mengarahkan pandangan bergantian antara Dina dan Dewi.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C3
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión