Descargar la aplicación
34.78% GENI LANGIT [21+] / Chapter 6: TIPU MUSLIHAT 5

Capítulo 6: TIPU MUSLIHAT 5

Mendengarnya, Zuhri pun tersenyum masam. "Sampein, maaf... saya belum bisa bantu banyak akhir-akhir ini," katanya. "Apalagi subuh nanti harus sudah kembali ke Paciran."

"Siap, lah..." kata Mirza santai. "Njenengan ndak perlu khawatir, Kang. Semua kondisi disini baik, kok."

"Iya. Kang Zaki itu kan canggih," sahut Khilmy. "Jadi pasti beres lah... kalau soal pengaturan pesantren."

"Suwun, ya," kata Zuhri. "Saya jadi tenang mendengarnya."

"Oke," kata Mirza. "Kalau begitu saya pamit dulu, Kang. Nanti nasinya keburu dingin."

"He-em," kata Zuhri. "Hati-hati bawa nampannya, Mir."

"Siap," kata Mirza. "Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam...!" sahut sebuah suara dari dalam mengimbangi kerasnya. "Siapa?"

Suara itu sangat khas. Terdengar nyaring, tapi juga berat pada saat yang sama. Dan tentu, Mirza sangat hapal siapa pemiliknya selama ini.

"Mirza, Kang Yusuf," kata Mirza. "Saya kemari mau nganterin makan malam."

"Oh... sebentar," kata Yusuf.

Tak lama kemudian, suara kenop pintu pun diputar dari dalam.

CKLEK!

"Tumben masakmu cepet, Za?" tanya Yusuf sembari menerima nampan itu hati-hati. "Bukankah ini baru jam setengah delapan?"

"Hehe... iya, Kang," cengir Mirza. "Soalnya tadi Khilmy diutus motong rambut Geni sama Abah," katanya. "Makanya saya harus cepat-cepat, Kang. Daripada telat Cuma karena masak sendirian..."

"Lho, rambut Geni sudah dipotong?" tanya Yusuf.

"Nggih, Kang," jawab Mirza. "Barusan selesai."

"Memang bapaknya sudah tahu?" tanya Yusuf lagi. "Bagaimana kronologinya?"

Mirza jadi ingin tertawa melihat ekspresi antusias itu. "Jadi gini. Tadi siang kan bapaknya sambang. Terus sowan. Nah, Abah ngendikan beberapa hal waktu itu. Makanya..."

"Begitu..." desah Yusuf lega. "Syukurlah kalau langsung Abah yang ngutus. Jadi kumpulan pengurus bulan depan kita ndak perlu lagi mbahas itu, kan..."

"Nggih, Kang," kata Mirza. "Njenangan ndak perlu khawatir. Bapaknya sudah manut, kok. Jadi ndak bakal ada konflik apapun nantinya."

"Iya, Mir. Saya bener-bener seneng dengernya," kata Yusuf. "Soalnya kalau sudah mbahas Geni—jujur susah hatiku. Profil dia itu sudah menakutkan. Mau ngatur dia begini—nanti bapaknya bisa begitu. Mau ngatur dia begitu—nanti bapaknya bisa begini. Haha... bisa apa kita kalau sudah ngelawan orang sekeras beliau, Mir." Keluhnya.

"Haha... Kang Yusuf ini," tawa Mirza geli, "Kalau begitu njenengan tenang aja sekarang. Soalnya Geni sudah dipasrahkan penuh ke Abah waktu itu. Jadi kita sebagai pengurus punya kewenangan lebih bebas untuk ngatur dia—lebih-lebih soal perilaku."

"Bener itu?" tanya Yusuf sekali lagi. "Kita ndak bakal akut dipukul atau diserang bapaknya, kan?"

"Hahaha... ya ndak lah!" seru Mirza menegaskan. "Lagipula—apa hal kok sampai diserang... memangnya pesantren kita ini medan perang?"

"Ya ndak begitu, Mir," kata Yusuf. "Kita sebagai pengurus kan juga bertugas hati-hati dalam bertindak," jelasnya pelan-pelan. "Jadi jangan sampai lah pesantren kita kena masalah Cuma karena berurusan sama pihak wali yang seperti beliau. Bisa repot, kan..."

"Nggih, Kang," kata Mirza setuju. "Dan kabar baiknya lagi... Geni yang sekarang sudah lumayan, kok. Maksud saya, penampilannya. Kan gondrongnya dihilangi. Jadi paling ndak, waktu ganti baju nanti sore bakal kelihatan seperti santri lain."

Yusuf tersenyum kecut mendengarnya. "Ndak bisa bayangin saya," akunya jujur. "Bukankah pembawaannya sudah serem anak itu? Maksud saya... matanya itu lho. Baru melihatnya sekali saja sudah seperti dimarahi saya."

"Apa? Yang bener, Kang?" kaget Mirza. Lalu segera menutup mulutnya sebelum tertawa lebih parah.

"Heee... serius," kata Yusuf. "Kamu ini ngejek saya, ya?"


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C6
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión