"Fatih, katakan padaku, apa masalahmu dengan geng Zekly?" Tanya Martin dengan tatapan tajam bak pedang menghunus kejantung Fatih.
"Saya yang membunuh adiknya Zekly." Jawab Fatih dengan tatapan serius.
"Bagaimana bisa?"
"Saat itu kami sedang berlibur ke negara C, tempat salah satu kerabat kami, dan ketika aku dan saudara ku bermain ke suatu tempat tersembunyi, aku melihat Zakly membunuh seseorang dan memergoki kami, lalu kami kabur namun kami hampir tertangkap, lalu aku berusaha mengambil salah satu pistol milik mereka saat saudara perempuanku berhasil menendangnya. Lalu aku membunuh mereka semua, ternyata salah satu dari mereka adalah adik Zakly."
Martin menarik nafas panjang. "Kalian dalam masalah besar, apa saudaramu itu Yoa?" Tanya Martin.
"Bukan dia bukan Yola, bahkan Yola baru mengetahuinya setelah kami berada di negara ini."
"Kalian hanya berniat kuliah disini atau ada niat yang lain?" Tanya Martin seperti seorang polisi yang menginterogasi penjahat yang baru saja tertangkap.
"Tidak, kami kuliah disini karena Yola membutuhkan perawatan untuk penyakitnya."
"Penyakit?"
"Ya, Yola pernah terkena leukemia, walau kondisinya berangsur pulih namun Ia membutuhkan pengobatan lanjutan yang intensif, dan hanya negara ini yang mempunyai teknologi canggih untuk menyembuhkan penyakit itu."
"Begitukah?"
"Ya."
"Lalu lak-laki yang bersama Yola?"
"Abdul maksud anda?"
"Mungkin."
"Dia suami Yola, mereka sudah lama menikah walau umur mereka masih sangat muda, tapi mereka saling menyayangi satu sama lain, bahkan Abdul tak pernah meninggalkan Yola saat Ia merasakan kesakitan."
Dada Martin seolah tertusuk sembilu, mendengar gadis yang ia sukai pernah menderita penyakit mematkan dan mendengar bahwa Ia telah menikah, membuat Dada Martin kian sesak.
Tak berapa lama ponsel Yola berbunyi, dan tertera nama Abdul disana.
"Assalamualaikum." Sapa Fatih.
"Waalaikumsalam." Sapa Abdul.
"apa yang terjadi dengan Yola, kenapa kau yang mengangkat telponnya?" Tanya Abdul seolah telah mengetahui apa yang terjadi.
"Dia pingsan, tadi kami diikuti oleh beberapa orang yang berniat membunuhku, tapi sayangnya Yola hampir diculik karena diriku, tapi untunglah, ada Mr. Martin yang membantu kami, sekarang kami tidak apa-apa, Yola hanya shok tadi sudah diperiksa oleh dokter, tapi dia tidak apa-apa." Ucap Fatih apa adanya.
"Syukurlah kalau begitu."
"Nanti kalau Yola telah bangun, aku akan menyuruhnya untuk menelponmu segera." Ucap Fatih.
"Oke, aku akan tunggu telpon darinya."
"Abdul, maafkan aku." Ucap Fatih penuh penyesalan.
"Tak perlu meminta maaf, kita sudah tahu resiko ini, semoga Allah melindungi kalian."
"Amiin."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Fatih menaruh ponsel Yola diatas meja nakas,lalu kembali menatap Martin.
"Suami Yola?" Tanya Martin, lalu Fatih mengangguk.
"Untuk sementara kalian harus dalam pengawasanku." Ucap Martin.
"Maksud anda?"
"Aku tak ingin mahasiswaku dalam bahaya."
Fatih menarik nafas panjang, lalu mengangguk, "Terimakasih atas kebaikan anda." Ucap Fatih tulus.
"Hm,"
Fatih mendengar rintihan dari Yola, lalu segera melihat keadaan saudara sepupunya itu, "Yola, apa kau mendengarku? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Fatih dengan nada penuh ke khawatiran.
Yola mengerjapkan matanya lalu menatap Fatih.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Yola.
"harusnya aku yang bertanya padamu."
"Aku baik-baik saja, hanya tanganku sedikit sakit."
"Iya kau mengalami memar di tangan dan kaki, tapi sudah ditangani dokter jadi kamu tenang saja, sudah tidak apa." Ucap Fatih.
"Baru saja Abdul menelponmu."
"Abdul?"
"Ya."
Yola menyingkap selimutnya lalu mengambil ponsel diatas meja nakas lalu menghubungi suaminya dengan panggilan video. Dan semua yang dilakukan oleh Yola terlihat dengan jelas oleh Martin, betapa Yola sangat mencintai suaminya itu.
"Assalamualaikum, sayang." Sapa Yola saat melihat wajah Abdu; memenuhi ponselnya.
"Waalaikumsalam, syukurlah kamu baik-baik saja, aku khawatir mendengar berita dari Fatih, kalian benar-benar harus berhati-hati dari sekarang." Ucap Abdul.
"Iya, kami tahu, kamu jangan khawatir aku akan menjaga diri dengan baik, dan kami akan saling menjaga satu sama lain." Ucap Yola.
"Bagus, aku akan kesana jika waktu ku sengang."
"Baiklah, aku akanmenunggu, aku kangen sama kamu."
"Apa lagi aku Yola, aku serasa mau mati saat kau tak ada disisiku. Dan pas mendengar kabar memberitahukan jika kau terkena masalah dengan geng negara C."
"tidak apa-apa sayang, kamu jangan mengkhawatirkan tentang itu, dan satu lagi, tolong kamu fokus kuliah dan kerja, aku akan selalu mengabarimu." Ucap Yola.
Martin merekam cara Yola berbicara dan juga caranya menatap Abdul, terlihat sekali jika Yola benar-benar mencintainya.
'Apa aku benar sudah tak ada kesempatan lagi untuknya?,' Batin Martin di dalam hati, hingga beberapa menit kemudian, Yola telah memutus nsambungan telponnya, lalu menatap pada Fatih dan Ia menangkap sosok yang begitu Familiar.
"Tuan Martin?" Tanya Yoala.
"Ya."
"Terima kasih atas bantuan anda." Ucap Yola.
"sama-sama, karena kau sudah sadar, jadi aku pulang dulu." Ucap Martin.
Fatih mengangguk sopan negitu pula dengan Yola.
"Sekali lagi terimakasih."
Martin hanya tersenyum sekilas lalu keluar dari kamar Yola. Ia melangkah dengan gontai mendengar Yola berbicara beguitu romantisa dan merdu bersama Abdul.
'Biarkan aku menjagamu Yola, walaupun apa yang terjadi biarkan aku membantu setiap kesulitanmu.' Martin terus bergumam hingga tanpa ia sadari kakinya telah melangkah masuk ke dalam pagar rumah tanpa membawa mobil sport yang terparkir di halaman rumah Yola.
"Ternyata kalian sangat baik, tak sampai hati aku memisahkan kalian betdua." Gumam Martin.
Sementara Yola sedang berbicara dengan Fatih di dalam kamarnya.
"Yola, ternyata Mr. Martin itu sangat baik, terlihat tadi dia sangat mengkhawatuirkan dirimu." Ucap Fatih.
"Benarkah? Berarti benar yang dikatakan Abdul kalau sesungguhnya Mr. Martin itu baik."
"Iya nyatanya Ia menunggu sampai kamu siuman, terus lagi Beliau rela membagi waktunya untuk menyelamatkan kita, dan apa kau ingin tahu apa yang ia katakan tadi saat kamu pingsan?" Tanya Fatih.
"Apa?"
"Beliau bilang, kita dibawah perlindungannya."
"Apa maksudnya?"
"Aku juga tidak tahu."
"Apa itu artinya beliau ingin membantu kita?" Tanya Yola.
"Mungkin saja."
"Apa tidak akan terjadi masalah?"
"kurasa tidak, Mr. Martin benar-benar tulus pada kita. Dan aku percaya dia mengetahui sesuatu tentang Zakly."
"Lalu apa kita harus mempercayainya?"
"Yola, bahkan dia yang menyelamatkan kita." Kata fatih.
"Kamu benar, lagi pula tidak ada pilihan lain kecuali menurut padanya. Dia sepertinya lebih tahu tentang Zakly."
"Ya, kamu benar."
Yola menarik nafas panjng. "Semoga Allah selalu membantu kita dalam hal apapun."
"Amiin."
"Ya sudah kamu istirahat lagi aja, aku mau mandi dulu, nanti aku tidur di sini ya, aku tidur disofa untuk menemanimu." Ucap Fatih dan Yola hanya mengangguk.
Fatih keluar dari kamar Yola menuju ke kamar milik nya yang berada disamping kamar Yola, lalu segera mandi dan kembali ke kamar Yola untuk menemani sepupunya itu.