Di rumah sakit Mila yang baru sadar dari pingsannya menatap ruangan yang bercat putih aromanya obat menusuk hidung Mila.
"Bagaimana keadaanmu Mila?"
"Aku baik, siapa kamu?"
"Aku!! apa kamu tidak mengenalku?"
"Tidak!!"
"Aku Romi, apa sekarang kamu mengingatku?"
"Bukankah kamu kekasih Jenni?"
"Bukan. lebih tepatnya aku mendekatinya karena ingin mengenalmu tapi yang terjadi dia semakin dekat denganku itu sebabnya aku sulit mendekatimu"
"Aku harus pergi,terima kasih sudah menolongku"
"Apa kamu yakin akan pergi?"
"Ya aku harus pergi, suamiku pasti mencariku"
"Apa kamu sangat mencintai Devan?"Mila menatap manik coklat milik Romi.
"Aku mencintainya sangat mencintainya"
"Meskipun dia akan bertunangan dengan Jenni?"
"Mereka di jodohkan"
"Aku tau, tapi Devan tidak menolak perjodohan ini bukan?"
"Suamiku akan menolak, perjodohan ini?"
"Apa yang kamu katakan tidak sesuai dengan hatimu Mila apakah benar yang aku katakan ini?"
"Aku harus pergi Romi, permisi"mila meninggalkan ruang perawatan namun tubuhnya kembali limbung. Romi yang melihat dengan cepat menolong Mila.
"Kenapa kamu keras kepala Mila?'
"Aku hanya tidak ingin,suamiku mengkhawatirkan kondisiku"
"Tetaplah disini, aku akan panggilkan dokter untuk memeriksamu" Romi meninggalkan ruang perawatan Mila, tidak berapa lama Romi datang dengan seorang dokter.
"Nyonya beristirahatlah, kondisi Anda belum sepenuhnya sembuh"
"Aku harus pulang Dok"
"Tunggu sampai nanti sore, jika kondisi nyonya membaik boleh pulang"
"Terima kasih Dok"Entah obat apa yang di berikan Dokter tidak berapa lama Mila tertidur.
Romi memandang wajah cantik Mila yang terlihat sangat pucat. di dasar hatinya terasa nyeri saat Mila ingin pulang menemui Devan, Cinta Mila begitu tulus pada Devan.
Getar ponsel milik Romi menyadarkan dirinya.
'Tuan di parkiran ada berapa orang berpakaian serba hitam dan baru saja Tuan Devan keluar dari mobil, sebaiknya Tuan pergi dari sana' isi pesan dari salah satu pengawal Romi.
Romi meninggalkan ruangan Mila berapa menit sebelum Devan datang.
Dokter yang menemani Devan, mencari sosok laki-laki yang berapa saat yang lalu menemani Mila.
"Dokter siapa yang membawa istriku kesini?"
"Dia seorang laki-laki, saya mikir dia yang suami nyonya Mila ini"
"Apa dokter ingat ciri-ciri orang itu?"
"Ingat Tuan, dia memiliki tubuh yang tegap tampan dan memiliki mata coklat"
"Romi..?"
"Apa Anda mengenal pria itu Tuan?"
"Iya saya mengenalnya"
"Tuan saya permisi, ada pasien yang harus saya cek"
"Silahkan terima kasih"
Dokter meninggalkan ruang perawatan Mila.
Devan menatap wajah Mila yang terlihat sangat cantik namun kini berubah menjadi pusat.
"Maafkan aku sayang, berapa hari ini mengabaikanmu percayakan apa yang aku lakukan saat ini hanya untukmu.
tinggal sedikit lagi sayang"Devan membelai rambut panjang Mila. Devan yang teringat dengan laki-laki yang membawa Mila ke rumah sakit dengan cepat menghubungi Andy sang asisten. terdengar sambungan telpon kedua terdengar suara di seberang sana.
"Tuan Devan ada yang harus saya lakukan?"
"Periksa CCTV rumah sakit ini sekarang, siapa pria yang sudah membawa Mila kesini?"
"Baik Tuan"
Devan kembali menghubungi seseorang, dirinya ingin masalah ini cepat selesai.
"Bagaimana penyelidikanmu?"
"Tinggal menunggu hasil Tuan Devan dan sepertinya Tuan Herman melakukan yang sama dengan Anda?"
"Apa dia meragukannya?"
"Sepertinya seperti itu, terlebih kejadian di restoran hari ini Tuan Herman menyuruh detektif terhebat Tuan"
"Jadi Herman langsung bergerak?"
"Iya Tuan"
"Kapan hasilnya keluar?"
"Jika Tuan ingin hasil yang benar-benar akurat, memakan
waktu sekitar dua Minggu tapi jika Tuan ingin lebih cepat bisa dua hari. bagaimana Tuan?"
"Satu Minggu cukup akurat?"
"Cukup Tuan"
"Aku tidak ingin berlama-lama dengannya, cukup kejadian hari ini nyawa istriku menjadi taruhannya"
"Baik Tuan, secepatnya masalah ini akan saya selesaikan"
Devan memutus sambungan teleponnya, saat melihat ada pergerakan dari Mila.
"Sayang bagaimana apa ada yang sakit?"
"Tidak ada Dev, aku baik-baik saja"
"Apa kamu yakin sayang?"
"Aku yakin Dev"
"Baiklah tunggu sebentar biar aku tanya dokter apakah kamu bisa pulang sekarang"Sebelum meninggalkan Mila Devan mengecup kening Mila.
Saat Devan keluar dari ruang perawatan Mila, ponselnya kembali berdering, tertera nama Andy di sana. dengan cepat Devan mengangkatnya.
"Katakan bagaimana hasilnya?"tanya Devan.
"Tuan rekaman tiga jam yang lalu sudah di hapus"
"Sudah aku duga ini pasti dirinya, baiklah aku minta tetap awasi parkiran aku yakin dia masih ada di rumah sakit ini.
"Baik Tuan"Usai memutus hubungan telponnya Devan kembali ke menuju ruang dokter.
di ruang perawatan Mila yang tengah duduk di kejutkan kedatangan seseorang ke ruang perawatannya. membawa bunga lili yang indah.
"Selamat sore nyonya Devan"
"Sore siapa Anda?"
"Saya utusan dari Tuan besar Herman, mengantarkan bunga ini untuk Anda"
"Terima kasih"Usai memberikan bunga lili pada Mila, orang suruhan Herman pergi dengan cepat dia tidak ingin Devan melihat dirinya disana.
Mila mengamati bunga pemberian Herman padanya.di tengah bunga ada secarik kertas yang diselipkan,Mila mengambilnya.
'Karmila maafkan saya, apa yang kamu rasakan saat ini adalah karena ulah saya. saya tidak tau jika kamu alergi dengan kacang, sekali maaf dan semoga cepat sembuh' isi pesan yang di kirimkan Herman padanya.
"Apa bunga itu dari Herman?"
"Benar Dev"
"Apa yang dia katakan sayang?"
"Dia meminta maaf, karena dia memberikanku kacang"
"Permisi.."
"Masuk Dok " Devan menggeser tubuhnya untuk memudahkan dokter memeriksa tubuh Mila.
"Nyonya bisa pulang sekarang, saran saya perbanyak istirahat mengingat kondisi nyonya yang tengah hamil"
"Baik dok terima kasih" Mila di bantu Devan pergi dari rumah sakit. tanpa bertanya pada Mila Devan mengangkat tubuh Mila ala bridal style. hingga ke mobil. tanpa mereka sadari sepasang mata coklat menatapnya penuh luka.
'Hari ini aku lepaskan kamu kembali pada Devan, jika aku melihatmu menangis aku pastikan tidak akan melepasmu pada Devan'
Tanpa Mila sadari Devan yang melihat Romi berdiri tidak jauh dari ruang perawatan Mila.
'Berhenti berharap karena sampai kapanpun Mila akan tetap menjadi milikku'