Mila menatap Devan dengan wajah sendu, air matanya tak berhenti mengalir. fakta dimana sang suami telah berdua dengan wanita yang tidak lain adalah adiknya.
"Sayang percayalah aku tidak ada hubungan apapun dengannya ini semua jebakan sayang, aku bersumpah demi cinta kita sayang " Devan merengkuh tubuh Mila yang hanya diam membisu. tubuhnya yang berdiri tanpa ekspresi, membuat Devan ketakutan.
"Sayang katakan sesuatu pukul aku, tapi aku mohon jangan seperti ini " Devan menitikkan air matanya, melihat Mila hanya diam.
"Sayang apa kamu tau wanita yang kamu peluk itu adalah seorang jalang. dan dia adalah sepupuku, oohh...bukan sepupu karena kita tidak memiliki hubungan darah apapun."Jenni memandang sinis pada Mila.
"Mila apa kamu tau jika Devan dan aku akan bertu..." sebelum Jenni menyelesaikan ucapannya Devan lebih dulu memotongnya.
"Cukup Jenni keluar dari ruanganku!!!?" Devan berteriak di depan memotong ucapan Jenni. berlahan Mila melepas pelukan Devan berlahan tubuh Mila mundur dari hadapan Devan.
"Sayang jangan diamkan aku, seperti ini tolong bicaralah " Devan terus mendekati tubuh Mila.
"Selesaikan urusan kalian, permisi " setelah mengatakan yang seharusnya dia katakan. akhirnya Mila keluar dari ruangan Devan dengan langkah lebar menuju lift khusus. Devan yang melihat Mila keluar dari ruangannya berlari mengejar namun Mila tak terlihat lagi.
"Dewi cepat kejar nyonya !!!" setelah melakukan panggilan pada Dewi sang bodyguard Mila.
"Maaf Tuan saya ada di rumah, tadi nyonya yang menyuruh saya pulang karena nyonya akan pulang bersama Tuan."
"Apaa...cepat kamu cari nyonya!!!" Devan berlari ke lift khusus karyawan namun lift penuh. sehingga Devan berlari menyusuri tangga darurat. hingga di parkiran Devan tidak melihat Mila.
Seorang satpam menghampiri Devan.
"Tuan Devan Anda mencari nona Mila?"
"Benar apa kalian melihatnya?"
"Non Mila barusan menaiki taksi tuan kearah sana " Jawab salah satu satpam yang berjaga di depan kantor. tanpa menunggu lagi Devan berlari kearah mobilnya dengan kecepatan tinggi Devan meninggalkan tempat parkiran kantor. untuk mengejar taksi yang di naiki Mila.namun sayang setelah mengelilingi kota Jakarta hingga sore Mila tak di temukan. karena panik Devan tidak memikirkan jika ponsel mika telah di pasangi alat pelacak dengan cepat Devan membukanya dan sinyal menunjukan posisi Mila berada Satu jam dari posisi Devan saat ini. Devan yang mengerahkan anak buahnya telah di tariknya untuk pergi dan Andy yang posisi tidak jauh dari posisi Mila dengan cepat bergerak kearah yang di maksud Devan.
Mila yang tak tau arah kakinya melangkah, hingga tiba di sebuah danau yang sangat indah. Mila memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang berada di taman. air mata Mila yang terus mengalir tanpa bisa di hentikannya.
'Dev kamu tega, inikah yang kamu maksud dengan cinta hiks..hiks.. kamu jahat Dev '
"Jika ingin berteriak berteriaklah jangan di pendam" Mila menolehkan kepalanya kesamping terlihat seorang pria berkaca mata duduk di kursi yang tidak jauh dari posisi Mila.
"Siapa Anda??"
"Perkenalkan namaku Steven Gerrard" Mila menatap tangan Steven yang terulur kepadanya.
"Mila.." akhirnya Mila menyambut uluran tangan Steven.
"Ada apa denganmu, kenapa kamu menangis di sini nona Mila?"
"Aku tidak apa-apa, hanya merindukan rumahku "
"Jangan di pendam seperti itu berteriaklah sekuatmu disini tidak ada orang selain kita, cobalah bebanmu akan hilang seketika " Steven memandang Mila dengan pandangan yang rumit.
"Aaaaggghhhhh...." Mila berteriak sekuat tenaga seolah mengeluarkan semua sesak di dadanya. Steven menyodorkan sebotol air mineral kemasan yang dia bawa pada Mila.
"Ambillah setelah berteriak aku yakin suaramu serak "
"Ini masih baru, dan aku tidak memasukan racun disini " Mila meraih botol yang di sodorkan oleh Steven.
"Terima kasih "
"Sama-sama " mereka saling diam dengan pikiran masing-masing. diam-diam Steven mencuri pandang pada Mila, wanita yang dia lihat di kantor Devan yang telah mencuri hatinya kini berada di hadapannya dengan air mata yang mengalir.
"Aku permisi, terima kasih minumannya dan saran teriak tadi"
Mila berbalik namun baru dua langkah tiba-tiba tubuhnya lunglai. Steven dengan sigap menangkap tubuh Mila, namun sebuah tangan besar dengan cepat menopang tubuh Mila.
"Tuan Devan Anda disini??" Devan memandang Steven dengan pandangan yang tajam.
"Ada hubungan apa Anda dengannya.? atau jangan-jangan dia adalah..?"
"Dia istriku permisi!! " Dengan suara yang dingin Devan, memberitaukan jika Mila adalah miliknya. dengan sigap Devan mengangkat tubuh Mila ala bridal dan membawanya pergi.
Saat akan melangkah tiba-tiba Steven mengatakan yang membuat wajah Devan berubah merah padam.
"Jika dia istrimu kenapa, wanita itu berada di ruanganmu dan mengatakan jika dia tunangan Anda??"
"Itu bukan urusanmu!!!?" Devan menatap dingin mata Steven.
"Itu akan menjadi urusanku karena aku mencintai Mila. aku mencintainya dari awal aku melihatnya di kantormu sebagai OB jadi jika dia tidak bahagia maka bersiaplah untuk kehilangannya " Steven menatap Devan penuh dengan permusuhan.
"Jangan harap kamu bisa mendekati istriku!!"
"Kita lihat saja Devan, aku pasti bisa mendapatkannya " Devan meninggalkan tempat itu. Steven menatap punggung Devan.
'Aku pasti bisa mengambilnya darimu Devan, tidak akan aku biarkan Mila bersamamu '